Polisi Semakin Tak Adil, Victor Laiskodat Dibiarkan Emak-Emak Ditangkap

Polisi Semakin Tak Adil, Victor Laiskodat Dibiarkan Emak-Emak Ditangkap

Tidak hanya sekadar menyebar ujaran kebencian dan fitnah, Victor bahkan dituding telah memprovokasi rakyat untuk saling membunuh.


Cara-cara Kepolisian dalam menegakkan hukum semakin mendapat sorotan. Karena aparat tidak adil dalam menangani kasus yang muncul di masyarakat.

Yang terbaru Polisi menangkap seorang ibu rumah tangga yang juga dikenal sebagai aktivis Aksi Bela Islam (ABI), bernama Asma Dewi Ali Hasjim.

Dia ditangkap dan ditahan kemarin dengan tuduhan dugaan melakukan tindak pidana menyebarkan ujaran kebencian (hate speech) lewat media sosial.

Sedangkan kasus yang lebih parah terkait Ketua Fraksi Partai Nasdem Viktor Bungtilu Laiskodat misalnya sampai saat ini masih didiamkan aparat.

Padahal ada empat partai melaporkan Victor terkait pidatonya pada 1 Agustus lalu di Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Tidak hanya sekadar menyebar ujaran kebencian dan fitnah, Victor bahkan dituding telah memprovokasi rakyat untuk saling membunuh.

Sikap kepolisian yang tak adil ini salah satunya disayangkan oleh politikus Gerindra Iwan Sumule, yang juga turut melaporkan Victor.

"Polisi semakin tak adil tegakkan hukum. Bekukan atau cairkan? Emang-emak bikin status ditangkap, tapi Victor Laiskodat dibiarin bebas," katanya (Minggu, 10/9). [zul]


Video pidato Ketua Fraksi Nasdem di DPR RI, Victor Laiskodat, beredar luas dan diprediksi bakal melahirkan kontroversi.

Isinya menuduh empat partai politik berada di belakang kelompok ekstremis dan gerakan khilafah yang ingin mengganti NKRI.

Dari informasi yang diterima bersamaan rekaman itu, pidato tersebut dia lakukan di Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada 1 Agustus lalu. Video rekaman yang redaksi dapatkan berdurasi 2 menit 5 detik dan tidak utuh.

Dalam potongan pidato itu terdengar secara eksplisit bahwa Victor mengajak hadirin tidak memilih para calon kepala daerah atau calon legislator dari partai-partai yang ada di belakang ekstremis dan gerakan pro khilafah. Ia menyebut Partai Gerindra, Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN).

"Celakanya, partai-partai pendukungnya itu ada di NTT juga. Yang dukung supaya ini kelompok ekstremis ini tumbuh di NTT, partai nomor satu Gerindra, partai nomor dua itu namanya Demokrat, partai nomor tiga itu PKS, partai nomor empat namanya PAN," tegasnya.

Ia jelaskan, jika khilafah berhasil berdiri maka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak akan ada lagi. Bahkan, semua orang Indonesia akan diwajibkan melaksanakan salat dan gereja tidak boleh lagi berdiri.

Walau di tengah pidatonya ia mengaku tidak memprovokasi, tetapi Victor juga mengajak hadirin untuk melawan para pendukung ekstremis dan khilafah itu. Ia mengingatkan kepada Tragedi 1965 di mana orang-orang yang dianggap komunis atau pendukung PKI dibantai.

"Kita bunuh pertama mereka, sebelum kita dibunuh. Ingat dulu PKI 1965, mereka tidak berhasil, kita eksekusi mereka," begitu salah satu bagian pidato Victor yang terekam dan beredar.

Ia juga menyindir partai-partai tersebut yang menolak Peraturan Pemerintah Pengganti UU tentang Organisasi Kemasyarakatan (Perppu 2/2017).
*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda