Selain berencana melakukan pinjaman kembali kepada Bank Pembangunan China atau China Development Bank (CDB), tiga Bank BUMN (Bank Mandiri, BRI, BNI) rupanya juga berencana menjajaki pinjaman dari Bank asal Jepang.
Sebelumnya BNI, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk memang sudah mendapatkan pinjaman dari CDB masing-masing US$1 miliar. Saat ini, pinjaman tersebut sudah tersalurkan 100% ke sejumlah perusahaaan swasta nasional. (IB)
Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional 3 (2015-2019) menunjukkan keseriusan pemerintah untuk mengejar ketertinggalan di biadng pembangunan infrastruktur. Berbagai insentif dan kemudahan diberikan pada kementerian dan BUMN termasuk Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPu-Pera).
Posisi pinjaman KemenPU-Pera per akhir Januari sebesar US$ 4,6 miliar, atau sekitar Rp 60 triliun. Nilai tersebut masih akan ditingkatkan sebab dana yang diperlukan mencapai US$ 15 - 23 miliar. Alokasi dana selain berasal dari anggaran negara juga berasal dari berbagai pinjaman lembaga keuangan internasional. (KD)
= Opini =
Era pemerintahan saat ini sangat menyukai bahasa demi pembiayaan Infrastrukur, maka melakukan pinjaman kepada asing dan aseng adalah sebuah hal wajar; yang menjadi pertanyaan infrastruktur apa yang sedang dibangun? sehingga menyita perhatian semua sektor strategis bangsa
Dari Bank BUMN, perusahana tambang negara, perusahaan konstruksi, serta perusahaan milik negara lainnya kini seolah ‘keranjingan’ untuk melakukan pinjaman utang kepada China
Entah sudah berapa Milyar USD yang sudah dipinjamkan China kepada sektor strategis milik negara ini, dan anehnya itu belum cukup juga, dengan bukti pengajuan utang utang baru ke negara lain seperti Jepang dan Rusia
Ada apa dengan negeri ini? apakah sudah gali lobang tutup lobang; artinya karena utang kepada China dan harus dibayar kedepannya, maka perlu dilakukan utang baru dengan negara lain? Gilak!
Dan anehnya, semua mengatakan demi membiayai infrastruktur? infrastrukur apa saja yang sedang dibangun?, bukankah selama ini adalah infrastruktur ‘pembangunan berkelanjutan’ dimana anggarannya sudah disipakan sejak lima tahun sebelumnya atau awal proyek itu direncanakan (hitungan pembangunan awal) seperti contoh tol cipali dan tol kanci-pejagan (brebes)
Ingat, pembangunan yang ada saat ini artinya yang diresmikan oleh presiden Jokowi adalah hasil pembangunan yang tidak instan artinya sudah tiga tahun atau lebih sudah dalam tahap pembangunan, artinya bukan hasil pembangunan instan satu dua tahun kepemimpinan Jokowi
Lalu pertanyaannya adalah, untuk pembiayaan infrastruktur apa? kalau yang diklaim dibangun oleh pemerintah saat ini ternyata hasil pembangunan berkelanjutan, bukan dibangun satu dua tahun
Utang demi infrstruktur? yang dikuatirkan adalah skenario gagal bayar utang seperti yunani, ditambah ekonomi negeri ini berkiblat kepada paham ekonomi pencitraan tanpa melihat fakta pondasi ekonomi sesungguhnya
Maka pantas lah, ada proyek proyek pancing pancing dana masuk seperti tax amnesty, kalau bukan untuk ‘antisipasi’ gagal bayar utang, lalu untuk apa?
Demi pembiayaan infrastruktur lagi? halah; kini semua sedikit sedikit infrastuktur, apa infrastrukur yang sedang dibangun?
Yang dikuatirkan adalah kini dengan alasan Infrstruktur tadi, bukan kemajuan yang sedang kita tuju, tetapi kebangkrutan negara sedang kita siap hadapi (LN)
Sebelumnya BNI, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk memang sudah mendapatkan pinjaman dari CDB masing-masing US$1 miliar. Saat ini, pinjaman tersebut sudah tersalurkan 100% ke sejumlah perusahaaan swasta nasional. (IB)
Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional 3 (2015-2019) menunjukkan keseriusan pemerintah untuk mengejar ketertinggalan di biadng pembangunan infrastruktur. Berbagai insentif dan kemudahan diberikan pada kementerian dan BUMN termasuk Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPu-Pera).
Posisi pinjaman KemenPU-Pera per akhir Januari sebesar US$ 4,6 miliar, atau sekitar Rp 60 triliun. Nilai tersebut masih akan ditingkatkan sebab dana yang diperlukan mencapai US$ 15 - 23 miliar. Alokasi dana selain berasal dari anggaran negara juga berasal dari berbagai pinjaman lembaga keuangan internasional. (KD)
= Opini =
Era pemerintahan saat ini sangat menyukai bahasa demi pembiayaan Infrastrukur, maka melakukan pinjaman kepada asing dan aseng adalah sebuah hal wajar; yang menjadi pertanyaan infrastruktur apa yang sedang dibangun? sehingga menyita perhatian semua sektor strategis bangsa
Dari Bank BUMN, perusahana tambang negara, perusahaan konstruksi, serta perusahaan milik negara lainnya kini seolah ‘keranjingan’ untuk melakukan pinjaman utang kepada China
Entah sudah berapa Milyar USD yang sudah dipinjamkan China kepada sektor strategis milik negara ini, dan anehnya itu belum cukup juga, dengan bukti pengajuan utang utang baru ke negara lain seperti Jepang dan Rusia
Ada apa dengan negeri ini? apakah sudah gali lobang tutup lobang; artinya karena utang kepada China dan harus dibayar kedepannya, maka perlu dilakukan utang baru dengan negara lain? Gilak!
Dan anehnya, semua mengatakan demi membiayai infrastruktur? infrastrukur apa saja yang sedang dibangun?, bukankah selama ini adalah infrastruktur ‘pembangunan berkelanjutan’ dimana anggarannya sudah disipakan sejak lima tahun sebelumnya atau awal proyek itu direncanakan (hitungan pembangunan awal) seperti contoh tol cipali dan tol kanci-pejagan (brebes)
Ingat, pembangunan yang ada saat ini artinya yang diresmikan oleh presiden Jokowi adalah hasil pembangunan yang tidak instan artinya sudah tiga tahun atau lebih sudah dalam tahap pembangunan, artinya bukan hasil pembangunan instan satu dua tahun kepemimpinan Jokowi
Lalu pertanyaannya adalah, untuk pembiayaan infrastruktur apa? kalau yang diklaim dibangun oleh pemerintah saat ini ternyata hasil pembangunan berkelanjutan, bukan dibangun satu dua tahun
Utang demi infrstruktur? yang dikuatirkan adalah skenario gagal bayar utang seperti yunani, ditambah ekonomi negeri ini berkiblat kepada paham ekonomi pencitraan tanpa melihat fakta pondasi ekonomi sesungguhnya
Maka pantas lah, ada proyek proyek pancing pancing dana masuk seperti tax amnesty, kalau bukan untuk ‘antisipasi’ gagal bayar utang, lalu untuk apa?
Demi pembiayaan infrastruktur lagi? halah; kini semua sedikit sedikit infrastuktur, apa infrastrukur yang sedang dibangun?
Yang dikuatirkan adalah kini dengan alasan Infrstruktur tadi, bukan kemajuan yang sedang kita tuju, tetapi kebangkrutan negara sedang kita siap hadapi (LN)