Cerita Mistis "Hoax yang membangun impor minyak murah dari negeri Angola"

Cerita Mistis "Hoax yang membangun impor minyak murah dari negeri Angola"

Pada 31 Oktober 2014, Pertamina telah meneken nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) dengan Sonangol EP, impor minyak dari Angola akan diberikan diskon harga 15 persen


Cerita ini berwal ketika PT Pertamina (Persero) meneken kesepakatan kerjasama impor minyak dari Angola. Ternyata, kesepakatan impor minyak dari negara Afrika melalui China Sonangol tersebut, hingga kini tidak pernah terwujud dan direalisasikan oleh Pertamina.

Padahal, pada 31 Oktober 2014, Pertamina telah meneken nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) dengan Sonangol EP, perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asal Angola, di Istana Kepresidenan, Jakarta.

Penandatanganan itu disaksikan oleh Presiden Joko Widodo, yang kala itu baru 10 hari dilantik menjadi presiden, didampingi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said dan Wakil Presiden Angola Manuel Domingos Vicente.

Kesepakatan perusahaan minyak dari dua negara ini memuat tiga poin kerjasama. Yaitu: impor minyak dari Angola dengan diskon harga 15 persen, pembangunan kilang minyak di Indonesia, dan kerjasama eksplorasi minyak.

Kerjasama ini digadang-gadang akan menguntungkan Indonesia karena bisa mengamankan kebutuhan impor minyak dengan harga murah. Namun, menurut Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto (ketika itu), kesepakatan kerjasama tersebut hingga kini tidak terealisasi.

Ia menjelaskan, janji pembelian minyak dengan harga diskon dari Sonangol tidak ada. Padahal, pembelian diskon itu merupakan salah satu syarat untuk membentuk perusahaan patungan antara Pertamina dengan China Sonangol. "Karena tidak ada special treatment, (akhirnya) kembali ke business to business biasa," kata Dwi.

Alhasil, kerjasama yang dilakukan Pertamina dengan Sonangol EP saat ini hanya bisnis biasa. Sejak Januari 2015, Sonangol memang memasok minyak mentah untuk kilang Cilacap milik Pertamina. Jumlahnya sekitar 900 ribu barel per bulan.

Nah....

Pakar energi dari Universitas Indonesia Iwa Garniwa mengatakan bahwa Pemerintah dinilai telah melakukan kebohongan publik jika realisasi kerja sama impor minyak dari Sonangol EP batal dilaksanakan.

Pasalnya, Menteri BUMN Rini Soemarno dan Menteri ESDM Sudirman Said sebelum kontrak ditandatangani sudah melakukan pencitraan ke publik dengan mengatakan ada diskon USD15bbl atau penghematan Rp30 miliar per hari.

Surat Pertamina ke Sonagol

"Pembelian minyak Goverment to Goverment bisa saja terjadi. Namun Angola itu masuk dalam anggota pengekspor minyak, artinya mereka juga terikat dengan harga pasar dunia," ujarnya, Senin (1/12).

Menurutnya, diskon bisa saja diberikan apabila kerja sama itu Goverment to Goverment, artinya yang memberikan diskon adalah pemerintah. Sedangkan Angola sebagai negara pengekspor minyak bagian dari OPEC tidak bisa serta merta menurunkan harga di bawah harga market.

"Diskon itu ada di kebijakan negara. Kalau Angola tidak termasuk dari anggota OPEC, dia bisa memberikan diskon. Pasalnya, Angola adalah anggota OPEC," tegasnya.

Seharusnya, sebagai tokoh publik, pernyataan Presiden dan menteri ESDM dan menteri BUMN itu mewakili jajaran di bawahnya seperti Pertamina. "Pernyataan mereka seharusnya mewakili jajaran di bawahnya. Kalau pernyataan Presiden dan Menteri tidak bisa dipercaya bakal susah juga jajaran di bawahnya," tegasnya.

Jawaban dari sonagol tak mau kasih diskon

Sementara itu, bekas Direktur Utama Pertamina, Ari H. Soemarno, sudah meragukan kerjasama Pertamina dengan Sonangol sejak awal MoU tersebut diteken. Apalagi, ada iming-iming pembelian minyak dengan harga diskon.

Pasalnya, minyak Angola itu berkualitas bagus dan sangat laku di dunia. “Kelasnya hampir sama dengan (minyak) Minas di Indonesia. Jadi, sangat laku. Pembelinya paling banyak dari Amerika,” katanya.

Jadi, tidak mungkin Angola mau menjual minyaknya dengan harga diskon kepada Pertamina. “Memangnya (Angola) negara sosial.”

Belakangan, keraguan itu terbukti. Sonangol hanya memberikan diskon untuk pembelian empat jenis minyak. Antara lain minyak dari Venezuela, Rusia, dan Iran. “Yang ditawarkan minyak kelas berat dan tidak dapat dipakai (kilang di Indonesia). Diskonnya hanya 15 persen. Padahal waktu zaman saya jadi Dirut Pertamina, pernah ditawarkan (diskon) hingga 30 persen,” kata Ari.

Cerita ini masih akan berlanjut pada episode berikutnya..."Sepak Terjang Sonangol EP Mirip VOC  "

Di himpuan dari berbagai sumber
*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda

No comments

Komentar anda sangat berguna untuk meningkatkan penulisan artikel