Desa Morosi di Kabupaten Konawe bisa dibilang sebagai rumah kedua bagi ribuan Tenaga Kerja Asing (TKA) asal Cina. Namun, mereka bukan bekerja sebagai tenaga ahli, melainkan sebagai buruh kasar.
Konawe yang merupakan kawasan industri di Sulawesi Tenggara (Sultra), bukan hanya ditinggali ribuan TKA asal Cina, tapi seakan telah berubah menjadi perkampungan Tiongkok.
Tiap sore, ketika jam pulang kerja, warga negara Cina akan mulai memadati jalan dan warung-warung sekitar. Suara yang terdengar pun bukanlah bahasa daerah atau bahasa Indonesia, tapi bahasa Mandarin.
Perangkat Desa Morosi, seperti dilansir jawapos.com, menyebutkan bahwa terdapat 1.913 warga negara asing (WNA) yang mengais rejeki di kawasan industri tersebut. Mereka sebagian besar bekerja untuk PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI).
“Kalau imigrasi dan ketenagakerjaan mau bekerja sama dengan pihak desa, mereka pasti panen,” tutur salah seorang tokoh agama Desa Morosi kepada Jawa Pos.
Data yang dimilii perangkat desa dan imigrasi Sultra memang jauh berbeda. Imigrasi hanya mencatat 609 orang WNA yang bekerja untuk PT VDNI. Begitu pula dinas ketenagakerjaan dan transmigrasi (disnakertrans) yang mencatat hanya 739 TKA di seluruh Sultra. Padahal, jumlah sebenarnya berkali-kali lipat.
Tak hanya tentang ribuan TKA ilegal yang belum diketahui secara pasti jumlahnya, Desa Morosi juga memiliki kisah romantis antara TKA Cina dan gadis lokal.
Hingga kini, sudah ada empat gadis lokal yang dipersunting oleh TKA asal Cina ini. Demi mendapatkan gadis pujaan mereka juga menjadi muallaf, mengganti nama, serta mengikuti adat pernikahan di Morosi.
Meski begitu, TKA ini wajib menyetor uang sebesar Rp 50 juta dan disimpan di rekening sang istri. Uang itu akan menjadi jaminan selama dua tahun, setelah itu akan menjadi hak milik sang istri.(kl/rp)
Akan dilanjutkan Cerita menelusuri lorong desa yang berubah menjadi perkampungan buruh kasar dari Cina...
Dirankum dari berbagai sumber