Kubu oposisi hingga kini masih meramu pasangan capres dan cawapres untuk diusung melawan Jokowi di Pilpres 2019. Sederet nama telah disiapkan, mulai dari Prabowo Subianto, Agus Harimurti Yudhoyono, Ahmad Heryawan, Anies Baswedan, Zulkifli Hasan hingga Chairul Tanjung.
Namun, Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto dinilai akan rugi besar jika menyerahkan mandat calon presiden 2019 kepada tokoh lain. Bukan hanya Prabowo, Gerindra yang dipimpinnya pun akan mengalami senjakala jika hal itu terjadi.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin di Jakarta, Senin (23/7).
PKS menyorongkan duet Anies Baswedan - Ahmad Heryawan atau sebaliknya. Desakan Prabowo untuk menjadi king maker di Pilpres 2019 pun sudah disuarakan.
Menurut Ujang, Prabowo itu identik dengan Partai Gerindra. Begitu juga sebaliknya, Partai Gerindra itu identik dengan nama Mantan Danjen Kopassus itu.
"Jadi jika Prabowo tidak jadi maju dalam Pilpres, maka Gerindra tidak akan menikmati elektoral dari ketokohan Prabowo," kata Ujang.
Ujang menjelaskan, karena Pilpres dan Pileg 2019 dilaksanakan serentak, maka maju atau tidaknya Prabowo akan menentukan suara Gerindra.
"Jika Prabowo tidak jadi maju, masyarakat yang mengidolakan Prabowo bisa saja memilih partai lain," jelas Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) ini.
Namun, tegas Ujang, jika Prabowo maju, maka suara pendukung Prabowo kemungkinan besar akan tetap ke Gerindra.
Ujang pun mengingatkan, Gerindra malah akan menemui 'petaka' di Pemilu 2019 kalau seandainya Prabowo menjadi King Maker dan mencalonkan tokoh lain.
Namun belakangan, timbul pula wacana Prabowo akan berbesar hati menjadi King Maker dan mengusung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai capres di Pilpres tahun depan.
Terkait wacana tersebut, Ujang menilai, meskipun Gerindra dan partai koalisinya mengusung Anies, tak mungkin mereka mampu meraih kemenangan.
"Termasuk kalau mencalonkan Anies, peluang menangnya tipis. Anies berat untuk menang," kata dia.
Menurutnya lagi, Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu levelnya masih level cawapres, bukan capres. Bukan hanya itu, Anies belum memiliki kinerja yang luar biasa untuk pencitraan yang membuat rakyat terkesima.
"Dan elektabilitas Anies untuk Capres rendah," tambah Ujang.
Ujang pun menyarankan agar Anies fokus menuntaskan amanat rakyat di DKI Jakarta sebagai gubernur, sembari menyiapkan diri untuk Pilpres 2024 mendatang.
"Kecuali dia dijadikan cawapresnya Jokowi. Tapi sudah tidak mungkin. Anies siap-siap saja untuk 2024," tutup Ujang. (rnd)