Anggota Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Bambang Haryo S. mengkritisi kerugian negara terkait proyek Light Rail Transit (LRT) Palembang.
Bambang, menyoroti biaya pembanguan LRT Palembang yang dinilainya lebih boros jika dibanding dengan pembangunan kereta biasa.
"Omset LRT di Palembang nggak lebih dari 15 persen dengan biaya pembangunan sebesar 10 , 9 triliun rupiah," kata Bambang kepada GoNews.co, Senin (04/02/2019).
Nilai pembangunan sebesar itu, kata Bambang, cukup untuk proyek kereta api dengan 30 gerbong barang.
"Satu lokomotif 10 gerbong penumpang, itu Rp10 miliar. Bisa dapat 150 rangkaian kereta api, kan?" kata Bambang.
Lagi pula, kata Bambang, tranportasi Palembang ke Lampung masih kekurangan rangkaian kereta api. "Selalu penuh, over. Medan juga,".
Belum lagi soal manfaat publik dari kenokvitias yang dihasilkan LRT dengan pengorbanan memindahkan semua anggaran ke LRT.
"Ini kan tidak tersambung dengan pasar, pelabuhan, terminal. Jadi gimana?" tukasnya.
Operasional LRT pun, dinilai Bambang, sangat boros. Ia mengatakan, "LRT habiskan listrik 4.8 negawatt per hari dengan listrik generator. Itu, sekitar Rp80 juta rupiah perjam, Rp1,6 miliar selama 24 jam. Direduksi, akhirnya LRT habiskan sekitar Rp15 miliar sebulan,".
Sementara itu, kata Bambang, pendapatan LRT hanya Rp500 juta per bulan. Nilai ini, setara dengan bunga utang RI ke China sebesar 4, 7 persen.
Demikian juga soal pilihan kemana negara berhutang, menjadi catatan serius bagi Bambang. Ia mengatakan, "EDB itu padahal sanggup kasih bunga cuma 0,5 persen. Dan kita punya saham di sana. Kenapa harus ngutang Ke China?" tukasnya.
Sekedar pengingat, setiap unit LRT hanya terdiri 2-4 rangkaian kereta dengan kapasitas 600 orang penumpang. Sedangkan Kereta Api Listrik (KRL), rata-rata terdiri dari 8-10 rangkaian kereta dengan kapasitas penumpang sebanyak 2000 penumpang. (goriau)