Kapolri Sutarman itu pensiun Oktober 2015.
Sejak zaman SBY, Kapolri diganti 1-2 bulan sebelum pensiun. Tapi beda saat Jokowi. Sutarman diganti Budi Gunawan saat masa dinasnya msh 9 bln lagi, Kenapa Sutarman diganti sekarang? Karena kalau menunggu September atau Oktober, peluang Budi Gunawan jadi Kapolri tertutup alias tak bisa dicalonkan.
Syarat jadi Kapolri harus pati bintang 3 dan masih mempunyai masa dinas dua tahun. Budi Gunawan ini kelahiran November 1959. Kalau Oktober 2015 Budi Gunawan diajukan tak bisa lagi karena masa dinasnya tak sampai dua tahun lagi. Ini alasan Mega ajukan nama Budi Gunawan ke Jokowi.
Akhirnya Kompolnas ajukan 9 nama pati Polri ke Jokowi untuk dijadikan calon Kapolri. 9 pati itu semua bintang tiga alias Komjen, yaitu :
Haiti, Saud, Joko, Anang, Budi Gunawan, Alius, Putut, Dwi. Mereka terdiri dari angkatan lulusan Akpol 1981, 1982, 1983, 1984, 1985.
Pengantian Kapolri tiba2 ini tentu tidak menyenangkan Sutarman. Masa dinasnya masih 10 bulan lagi kok diganti. Masa nganggur? Hehehe..
Walau pun sakit hati, tapi Sutarman tak berdaya. Dia harus jalankan perintah Jokowi. Artinya suka gak suka dia harus siap diganti. Akhirnya Jokowi kirim surat ke DPR ajukan nama Budi Gunawan dan berhentikan Sutarman. Orang2 Sutarman tentu juga langsung tak senang.
Sudah jadi rahasia umum selama ini hubungan Sutarman dengan Samad KPK "harmonis". Ini berawal waktu kasus Novel Baswedan. Waktu Polda Bengkulu hendak tangkap Kompol Novel Baswedan di KPK, Kapolrinya Timur Pradopo dan Kabareskrimnya Sutarman. Kasus Novel Baswedan itu adalah upaya kriminalisasi KPK atas kasus simulator SIM yang melibatkan mantan Kakorlantas Irjen Djoko Susilo.
Kasus Kompol Novel itu memaksa Presiden SBY turun tangan dan jadi pahlawan. Akhirnya kasus Irjen Djoko di tangani KPK. Timur menyerah. Rebutan kasus Irjen Djoko inilah yg menyebabkan penggiat anti korupsi turun membela KPK, dan SBY berada di pihak KPK. Polri menyerah.
Sebenarnya kenapa heboh Kasus Irjen Djoko. Tak lain karena uang simulator itu nyangkut ke atasan Irjen Djoko. Untung Djoko gak nyanyi. Kriminalisasi thd KPK ini menimbulkan arus besar dukungan rakyat ke KPK. Momen ini dimanfaatkan dengan cerdas oleh Presiden SBY
Kemudian Timur Pradopo pensiun dan Sutarman diangkat SBY jadi Kapolri. Padahal banyak pihak mengira yg akan jadi Kapolri itu Irjen Putut. Kenapa Irjen Putut Bayu Eko, karena dia ajudan SBY. Tapi SBY punya pertimbangan lain akhirnya mengangkat Sutarman senior Putut.
Waktu Sutarman jadi Kapolri, Budi Gunawan masih Irjen dan menjabat Kadiv Propam Mabes Polri. Sebelumnya dia Kapolda Bali dan Jambi. Ketika Komjen Oegroseno jadi Wakapolri, posisinya sebagai Kalemdiklat diisi Budi Gunawan, dengan tiga bintang di pundaknya.
Sejak itulah sebenarnya Budi Gunawan sudah punya peluang jadi Kapolri, namun rezim SBY tak meliriknya karena dia ajudan Megawati. Akhirnya Juli 2014, terjadilah Pilpres dan Jokowi terpilih sebagai presiden. Semua sudah tahu bagaimana hebohnya Pilpres sampai ke MK.
Belum 100 hari Jokowi jadi Presiden tiba2 muncul nama Budi Gunawan sebagai calon Kapolri. Bukan hanya Tarman yg kaget, juga pendukungnya. Pengajuan nama Budi Gunawan ke DPR disambut gembira oleh KIH dan KMP DPR. Ini bukan hanya faktor politik tapi juga penggalang.
Sejak jadi Kapolwil Bogor sampai jadi ajudan Presiden Mega, hubungan Budi Gunawan dengan banyak pihak baik. Budi Gunawan dikenal sBudi Gunawan pamen yg "baik hati"
Setelah jadi ajudan, Budi Gunawan kemudian jadi Karo Binkar SDM Polri, jabatan yg paling mengiurkan, tempat lalu lintas "mutasi dan promosi"
Setelah Karo Binkar, Budi Gunawan kemudian promosi jadi Kapolda Jambi, dan selanjutnya Kapolda Bali. Lanjut ke Kadiv Propam dan Kalemdiklat.
Kenapa Jokowi tak tunggu Sutarman pensiun? Seperti dijelaskan di awal, kalau nunggu Tarman pensiun Budi Gunawan tak memenuhi syarat jadi Cakapolri. Saat nama Budi Gunawan diajukan ke DPR dan Komisi III mau uji kelayakan, tiba2 KPK umumkan Budi Gunawan tersangka kasus gratifikasi. Semua pasti kaget kan?
Baru kali inilah mungkin terjadi di KPK, tanpa ada pemeriksaan saksi2, KPK langsung umumkan Budi Gunawan tersangka. Ini kasus hukum atau politik? Pendukung KPK bilang ini murni penegakan, pemberantasan korupsi. Pendukung Budi Gunawan bilang, ini politik, kok ujug2 pas Budi Gunawan jadi calon Kapolri.
Pro kontra terjadi. Jokowi yg ajukan nama Budi Gunawan tentu juga kaget dan berada pada posisi yg sulit. Maju kena mundur kena..
Bola panas dilempar Jokowi ke DPR, dan DPR kembali melempar bola panas ke Jokowi. Kalau DPR batalkan, tentu Jokowi dilematis. Inilah politik. Tidak ada kawan yg abadi, yang abadi hanya kepentingan. Kepentingan DPR ketemu kepentingan Istana. KIH dan KMP kompak.
DPR ingin Jokowi yg batalkan, Jokowi ingin DPR yang batalkan Budi Gunawan jadi Kapolri. Seperti kita tahu, bola itu kini di tangan Jokowi.
Jokowi makan buah simalakama. Dimakan bapak mati, tidak dimakan ibu mati. Tak mungkinlah buah simalakama ini diambil Jokowi.
Hal inilah yg kurang dipahami pendukung Jokowi. Mereka tahu yes atau no. Batalkan atau lanjutkan. Tak ada yg kasih solusi. Yang lebih menyedihkan lagi, sebagian pendukung mulai menghujat Jokowi. Pendukung lain mendukung abis Jokowi tanpa ada solusi.
Kalau Jokowi batal lantik Budi Gunawan, dia berhadapan dengan parpol pendukungnya KIH. Bagaimana nasib Jokowi kalau tidak di back up KIH di DPR ? Kalau Jokowi tetap lantik Budi Gunawan, dia akan dihujat penggiat anti korupsi. Tak hanya musuhnya, relawannya pun kini sudah mulai menghujat Jokowi.
Tak bisa dibantah, satu2nya lembaga penegak hukum hari ini yg msh dipercaya publik ya KPK. Kalau Jokowi lantik Budi Gunawan dia berhadapan dengan KPK. Kalau Jokowi tidak lantik Budi Gunawan, sangat mungkin dia ditinggal parpol pendukungnya. Bisakah relawan gantikan posisi KIH di DPR?
Apalagi kita tahu masalah Budi Gunawan, juga telah membelah elit korps baju coklat dalam dua kubu. Pro Budi Gunawan dan Pro Sutarman. Tarman juga diback up PD. Kasus Budi Gunawan ini telah membuat posisi Jokowi terjepit. Kalau dipaksakan Budi Gunawan dia akan berhadapan dengan kehendak rakyat yg pro KPK.
Bola itu kini di tangan Jokowi. Dia lantik Budi Gunawan atau tidak. Ini yg sedang ditunggu publik. Rakyat menunggu ketegasan Jokowi. Kasus Budi Gunawan ini tidak murni lagi masalah hukum, tapi telah berkembang ke wilayah politik. Sikap KMP yg dukung Budi Gunawan, bukan tanpa agenda.
Ada dua keuntungan yg didapat KMP dgn dukung Budi Gunawan. Menjadikan Budi Gunawan boneka untuk preteli KPK, dan menghadap2an Jokowi dgn rakyat. Keuntungan lain yg didapat KMP/Golkar Ical, mereka ingin dapat dukungan Jokowi dalam kasus dgn Kubu Agung. Sekali dayung tiga pulau terlampui.
Kubu Golkar Ical juga dapat angin untuk preteli KPK dengan tangan Budi Gunawan kelak. Ini terkait dengan kasus E KTP yg menjerat Setia Novanto. Begitu juga dengan PAN. Akan gunakan Budi Gunawan preteli KPK. Zulkifli dan Hatta juga "pasien" KPK. Kalau PKS sudah lama dendam dgn KPK.
Hal ini lah yg membuat KMP kompak dukung Budi Gunawan, dan PDIP terlena dgn gendang KMP. Lupa kalau elektabilitasnya mulai tergerus. Tapi nasi sudah jadi bubur. Harusnya sebelum fit and proper dan paripurna Jokowi tarik pencalonan Budi Gunawan. Sayang ini tidak dilakukan.
Bagaimana dgn PD? Murnikah mereka dukung KPK? Ini politik bung. PD ingin Sutarman tetap Kapolri sampai pensiun Oktober 2015. Dengan Tarman tetap Kapolri sampai pensiun Oktober, peluang Budi Gunawan tertutup sudah. Apalagi kini Budi Gunawan sudah jadi tersangka di KPK.
Dengan Tarman tetap Kapolri, ia tetap bisa menempatkan orang2nya di posisi strategis. Hampir semua Kapolda hari ini adalah orang Tarman. Kita tahu, Budi Gunawan bukanlah Kapolri yg diinginkan Jokowi. Jokowi berada dalam tekanan yg berat. Apa pun ceritanya Jokowi itu kader PDIP
Seharusnya, setelah dilantik jadi Presiden RI Jokowi bukan lagi kader PDIP, tapi pelayan seluruh rakyat Indonesia. Berdiri di atas kehendak rakyat. Bagaimana dgn KPK. Murnikah ini penegakan hukum atau KPK sedang main politik? Tudingan politis ini juga sulit dihindari Samad.
Kalau memang ingin memproses kasus rekening gendut Polri, harusnya sudah jauh2 hari dilakukan KPK. Bukan hanya Budi Gunawan yg punya rek gendut. Sejak tahun 2004, sudah muncul isu rekening gendut ini. Ada 17 pati polri yg disebut-sebut punya rekening gendut.
Tahun 2010, kasus rekening gendut ini menghangat lagi. Tapi tak ada tindakan kpk. Satu pun pati itu tak ada yg dipanggil KPK. Alangkah indahnya kalau KPK, memproses kasus Budi Gunawan ini sebelum nama ybs diajukan ke DPR. Tidak mungkin yg kehilangan muka.
Pas Budi Gunawan mau uji kelayakan di DPR, KPK langsung umumkan yang bersangkutan. Budi Gunawan tersangka. Bicara Samad pun berapi2. Nampak kali upaya KPK hendak jegal Budi Gunawan. Kalau Budi Gunawan bukan calon Kapolri, apakah KPK akan tersangkakan dia? Saya yakin tidak. Kenapa KPK tidak ingatkan Jokowi tak calonkan Budi Gunawan?
Ada yg bilang raport Budi Gunawan merah waktu seleksi kabinet. Siapa yg bisa lihatkan rapor itu. Apa betul ada rapor merah itu? Masih jernih ingatan kita, nama Samad juga sempat disebut-sebut Budi Gunawan cawapres Jokowi. Juga disebut2 calon jaksa Agung. Samad sakit hati?
Ingat Samad kita ingat sprindik Anas yg dibocorkan sprinya ke media. Bagaimana kelanjutan kasus itu, apa cukup tegoran lisan? Saya tak akan bahas KPK lagi. Walau sy juga tahu, ada kasus saksi palsu BW di MK dalam Pilkada Papua. KPK itu nabi tak boleh dikritik.
Sayang nabi seperti KPK ini begitu lama menggantung kasus SDA, kasus Adi Purnomo dan kasus Budiono. Century apa kabar? Kalau Jokowi tetap lantik Budi Gunawan, dan tidak dinon aktifkan, saya sulit bayangkan apa yg akan terjadi ke depan. Seram. Gelap.
Kepada KPK kita berharap, segerakan proses kasus Budi Gunawan. Jangan digantung pula spt kasus SDA, Adi Purnomo dan Budiono. Kenapa KPK begitu bersemangat tersangkakan Budi Gunawan, ada bisik2 di KPK, kalau Budi Gunawan jadi Kapolri kuat dugaan akan mempreteli KPK.
Jika Budi Gunawan tetap dilantik jadi Kapolri tentu KPK siaga satu. Bukan tidak mungkin penyidik2 terbaik KPK ditarik ke Mabes Polri. Sesungguhnya masalah Budi Gunawan ini adalah pertarungan politik yg belum selesai antara SBY dan Megawati, antara Century dan BLBI .