Cara Ahok melakukan penjarahan uang Pemprov DKI Jakarta

Cara Ahok melakukan penjarahan uang Pemprov DKI Jakarta

Setelah habis bercinta dan masih diatas ranjang, sambil matanya merem-melek, badan terasa loyo karena habis bertempur, dia menyampaikan keinginannya mendirikan RS Khusus Kanker


Pada awal 2013 Veronika Tan istri wagub Jakarta Ahok d/h Basuki Indra sekarang Basuki Tjahya Purnama, meminta Dinkes DKI agar membeli alat medis untuk penyakit kanker melalui supplier teman Ahok asal Beltim senilai Rp. 1 miliar lebih, peralatan medis ini kemudian dibeli Dinkes DKI Jakarta lalu diserahkan pada Veronika Tan. Oleh Veronika Tan peralatan tersebut dihibahkan ke yayasan kanker.

Tujuan Veronica Tan menghibahkan alat medis ke yayasan kanker di Sunter Jakarta utara adalah untuk memuluskan niatnya menjadi Ketua Yayasan Kanker Jakarta. Tapi sayangnya, peralatan medis ini ternyata tidak berguna dan tidak pernah dipakai oleh Yayasan Kanker. Sampai sekarang hanya teronggok dan berdebu di gudang sunter.

Pada awal Mei 2013 Veronica Tan istri Ahok dilantik menjadi Ketua Yayasan Kanker Indonesia Wilayah DKI Jakarta. Kartini Mulyadi yang mengklaim sebagai pihak penerima kuasa Yayasan RS Sumber Waras berhasil meyakinkan Veronika Tan agar mau membeli lahan RS Sumber Waras untuk mendirikan RS Khusus Kanker, Veronika Tan setuju dengan ide tersebut.

Deal pembelian RS Sumber Waras terjadi setelah Ahok habis bercinta
Menurut cerita yang beredar, setelah habis bercinta dengan Ahok masih diatas ranjang, sambil matanya merem-melek dan badan masih terasa loyo karena habis bertempur, dia menyampaikan keinginannya mendirikan RS Khusus Kanker pada suaminya dan sekaligus merekomendasikan agar Pemda DKI.membeli RS Sumber Waras.

Otak rampok Ahok berputar keras mencari akal bak roda gerobak 
Ahok menyetujui niat istrinya. Ahokpun membayangkang akan mendapat keuntungan besar dari pembelian lahan RS Sumber Waras ini. Latar belakang keluarga Ahok memang pengusaha obat di Beltim.

Ketika jadi Bupati Beltim, pengadaan obat-obatan di Dinkes Beltim dimonopoli oleh ibu Ahok. Adik ahok pernah jadi tersangka korupsi pengadaan Puskemas.

Singkat cerita, Ahok langsung menemui Kartini Mulyadi untuk negosiasi harga penjualan lahan RS Sumber Waras seluas 3.6 hektar.

Padahal yayasan RS Sumber Waras sedang dalam sengketa antara pihak ahli waris pemilik lahan dengan pihak pengurus yayasan, kasusnya belum selesai.

Entah apa sebabnya, Ahok yang tanpa diketahui oleh stafnya di pemda DKI, nekat tetap mau membeli lahan RSSW dari Kartini Mulyadi

Harga NJOP RS Sumber Waras adalah Rp. 12 juta/m2 tetapi Kartini Mulyadi setuju permintaan Ahok agar diturunkan menjadi Rp. 7 juta/m2. Deal ! Bungkus !

Setelah teknis kesepakatan penjualan lahan RS Sumber Waras dicapai, barulah pada tgl 6 Juni 2014 Ahok menyampaikan rencana pembelian lahan itu kepada Dinkes DKI.


Ahok memerintahkan Dinkes DKI untuk membuat rencana alokasi anggaran pengadaan lahan dari sebagian lahan seluas 3,6 hektar milik RS Sumber Waras.

Saat Ahok dan Kartini Mulyadi menyepakati perjanjian jual beli lahan RS Sumber Waras, ternyata juga ada kesepakatan jual-beli lahan yang sama, yaitu perjanjian jual-beli antara PT Ciputra Karya Uunggul (CKU) dengan pihak RS Sumber Waras, bahkan PT. CKU telah membayar uang muka sebesar Rp 50 milyar.

Kesepakatan harga PT CKU adalah Rp. 15,5 juta/m2 jauh lebih murah dengan kesepakatan harga Pemprov DKI Jakarta yang berani membayar Rp. 20.7 juta/m2.

Pihak RS Sumber Waras juga telah menyerahkan akta pelepasan hak atas tanah kepada PT. CKU ketika melunasi tunggakan pajak bumi bangunan (PBB).

Jadi jelas disini Ahok telah melakukan pembelian lahan RS Sumber Waras BODONG karena secara hukum Kartini Mulyadi tidak berhak melakukan transaksi penjualan lahan tersebut.

Berdasarkan temuan BPK, NJOP tanah di Jl Tomang Utara sekitar Rp Rp 7,44 juta/m2. Bukan Rp. 20.7 juta/m2 berarti Ahok telah me mark up harga pembelian.


Dari sejak awal sudah tampak niat jahat Ahok dalam meraih keuntungan besar. Beli Rp. 7 juta/m2 dari Kartini Mulyadi, tapi dimark up Rp. 20,7 juta/m2.


Setelah semua terbongkar, Ahok diberitakan media marah besar karena telah ditipu oleh Kartini Mulyadi. Penipu kena tipu...

Sejarah awal berdirinya RS Sumber Waras
Pemilik lahan RS Sumber Waras sebenarnya adalah Perhimpunan Sosial Candra Naya (PSCN) d/h "Sin Ming Hui" berdiri tahun 1946.

Sin Ming Hui artinya Sinar Baru, pendiri dan pengurusnya adalah orang-orang muda wartawan surat kabar Sin Po yang idealis, jujur, pandai, tidak terkenal dan tidak banyak uang.

Namun berkat kerja kerasnya untuk kepentingan masyarakat luas, dalam usia 10 tahun, perkumpulan Sin Ming Hui telah memiliki ribuan anggota.

Karyawannya dari dokter sampai pegawai rendah saat itu berjumlah 120 orang. Kemudian perhimpunan ini mendirikan Rumah Sakit Sin Ming Hui

Perhimpunan Sosial Candra Naya (1946).
Dana pendirian RS saat itu berasal dari sumbangan masyarakat cina yang terkumpul mencapai Rp. 1,034,703. uang ini sebagian digunakan untuk membeli tanah milik Ny. Oey Han Nio seluas 8 ha hanya dengan harga satu rupiah permeter persegi.

Perhimpunan Sosial Candra Naya (2013).
Peletakan batu pertamanya dilakukan pada tanggal 3 Januari 1956 oleh dr. Loe Pin Kian dan sebagai tanda dimulainya pembangunan RS Sin Ming Hui

Sumbangan warga cina
Tanah inilah yang dijual Kartini Muljadi seharga Rp.20.755.000/m2 kepada Pemprov DKI/Ahok.


Dengan berjalannya waktu, RS Sin Ming Hui kemudian diubah namnaya menjadi RS Sumber Waras.
Surat tanah Sumber Waras oleh pendiri dipecah menjadi dua :

  1. SHM a/n Perkumpulan Sin Ming Hui
  2. HGB a/n. Yayasan Rumah Sakit Sin Ming Hui
Baik Yayasan mau pun RS Sumber Waras, keduanya bernaung dan berinduk pada Perhimpunan Sosial Candra Naya (PSCN).

Ahok sebelumnya diam-diam pernah bertemu dengan pengurus PSCN untuk mengutarakan niatnya mau membeli lahan miliknya. Tapi PSCN menolak menjual ke Ahok.

Penolakan Perhimpunan Sosial Candra Naya menjual lahan RS Sumber Waras karena sudah terikat dengan Ciputra (PT CKU), sudah terima uang muka 50 miliar dan sudah membuat akte pelepasan hak.

Namun, entah bagaimana caranya dan ceritanya, Ahok bisa berkolusi dengan Kartini Mulyadi yang tiba-tiba mengklaim sebagai kuasa dari penjual (Perhimpunan Sosial Candra Naya).

Biar tambah seru baca juga Goyang patah-patah Veronika Tan bikin Ahok gak tahan lama

* @Brani2000 dan berbagai sumber internet.
*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda