Meski pun belum terbukti kebenarannya, isu penarikan uang dari perbankan secara massal (rush money) pada 25 November ini sempat hangat dibicarakan beberapa hari terakhir. Lantas berapa perkiraan dana yang ditarik dalam rush money?
Anggota Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Destry Damayanti mengatakan, jika isu ini benar-benar terjadi hari ini, secara hitung-hitungan potensi dana yang akan ditarik dari perbankan hanya sekitar Rp 100 triliun. Angka ini relatif kecil jika dibandingkan dengan total dana pihak ketiga (DPK) perbankan yang jumlahnya lebih dari Rp 4.000 triliun.
"Memang dihitung-hitung mereka sekitar Rp 100 triliun, kalau dibandingkan DPK yang Rp 4.600-an triliun itu relatif kecil," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Jumat (25/11/2016).
Terlepas dari isu tersebut benar akan terjadi atau hanya hisapan jempol belaka, lanjut Destry, pihak-pihak yang menyebarkan isu ini telah memiliki tujuan yang negatif. Sebab isu seperti ini bakal mengganggu perekonomian Indonesia.
"Terlepas itu hoax, seandainya itu benar, itu tujuannya sudah untuk menghancurkan ekonomi kita. Kalau terjadi seperti itu sudah tidak sehat," kata dia.
Namun demikian, Destry meyakini masyarakat sudah akan mudah termakan isu dan ikut dalam ajakan rush money ini. Selain itu, sebagian besar pemilik rekening perbankan di Indonesia juga merupakan masyarakat golongan menengah ke bawah.
"Saya lihat masyarakat juga tidak sebodoh itu bisa diprovokasi seperti itu. Mereka mau taruh uang di mana kalau dipikir-pikir. Kalau kita lihat 180 juta rekening mayoritas miliki individual, terutama kelompok menengah ke bawah. Jadi tentu mereka akan berpikir ulang kalau melakukan itu akan merugikan diri sendiri," tandas dia.
Sebelumnya pada 21 November 2016, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati meminta masyarakat untuk tidak termakan isu penarikan uang dari bank secara masif (rush money). Menurut dia, tidak ada alasan yang kuat bagi masyarakat untuk menarik uang yang selama ini disimpan di bank.
Sri Mulyani mengatakan keamanan uang yang disimpan di perbankan nasional telah dijamin oleh pemerintah. Oleh sebab itu, masyarakat tidak perlu khawatir akan kondisi perbankan di dalam negeri.
"Saya ulangi sekali lagi, keamanan uang dari masyarakat yang ada dalam sistem perbankan dijamin dan dijaga pemerintah. Kita juga mengharap masyarakat menjaga dan menjaminnya," ujar dia di kawasan Kuningan, Jakarta, Senin (21/11/2016).
Sri Mulyani menyatakan jika masyarakat bisa dengan tenang menghadapi isu rush money ini, maka stabilitas perekonomian Indonesia bisa terus terjaga. Namun jika tidak, maka masyarakat juga yang akan dirugikan.
"Supaya ini menimbulkan tidak hanya masalah ketenangan, tapi juga kemakmuran bagi masyarakat. Termasuk umat Islam yang dihasut untuk melakukan hal yang berpotensi untuk merusak sendi-sendi ekonomi kita sendiri, yang pada akhirnya sangat merugikan masyarakat Indonesia," kata dia. (l6)