Seorang pemimpin adalah seorang yang mengucapkan sesuai dan selaras dengan tindakan jika tidak maka itu merupakan pemimpin yang hanya menghalalkan segala cara untuk kepentingan pribadinya sendiri.
Jika kita menilai seoarang Anies Baswedan tentu saja dalam pikiran kita beliau adalah sosok yang santun, lemah lembut, kalem dan berwawasan ditambah wajah dan pembawaan yang mendukung.
Namun publik jangan sampai mengulang kembali kebodohan yang terjadi masa pasca reformasi dahulu dimana publik memilih seorang pemimpin yang terlihat santun dan lemah lembut. Pada tahun 2004 sosok SBY bukanlah siapa-siapa terpilih, bukan juga karena kemampuannya tapi karena masyarakat memilih karena mengharu biru dimana SBY dianggap terzolimi.
Waktu itu SBY terpilih karena bersitegang dengan Taufik Kiemas ditambah beberapa statemen pelintiran ucapan Taufik Kiemas, ketika menyindir SBY yang dianggap anak kecil dan cenggeng dalam pemberitaan media massa. Dengan momen tersebut maka rakyat semakin prihatin dan simpati terhadap SBY, Simpati karena iba bukan karena isi.
Dan kini publik disuguhi dengan sosok berwajah teduh dan terlihat santun. Pertanyaan nya apakah publik kembali membuat keputusan hanya memilih karena simpati atau memilih karena isi ?
Baca juga :
Anies Baswedan : Prabowo tak memiliki pengalaman untuk memimpin
Anies Baswedan : blusukan Jokowi hanyalah untuk pencitraan tak memberi solusi
Ketika Jokowi terpilih menjadi Presiden RI banyak sekali pihak-pihak yang merasa kecewa dan sakit hati karena sosok seorang Jokowi seharusnya tidak pantas menduduki jabatan Presiden maka suka atau tidak suka Jokowi telah menyematkan namanya dalam sejarah Indonesia.
Salah satu pihak yang merasa tidak puas atas terpilihnya Jokowi adalah Anies Baswedan karena baginya semua tindakan Jokowi kala itu hanyalah mencari sebuah pencitraan belaka. Bagi Anies blusukan yang sering kali Jokowi lakukan hanya menonton masyarakat sebagai anggapan datang ke tengah masyarakat hanya sebagai pencitraan.
Ketika setelah kalah dalam Konvensi Demokrat, Dimana PDIP mengusung Jokowi-JK dan Demokrat berpihak ke Prabowo-Hatta malah Anies bersandar ke Jokowi. Aksi blunder pun dilakukan Anies yang mati-matian membela Jokowi dan memuji serta mengatakan Jokowi merupakan sosok inspirasi dalam stiap aksi-aksinya.
Prilaku Anies pun banyak yang menghujat dan menimbulkan antipati karena sangat terkesan menjijikan layaknya penjilat ditempat manapun. Dengan cuek Anies pun menepis semua anggapan orang disekelilingnya. Malahan dengan terang-terangan Anies menyerang Prabowo secara kasar dan lagi-lagi tanpa logika agar terlihat membela Jokowi.
Anies mengatakan bahwa Prabowo seorang penjiplak dan melakukan kampanye tidak sehat tapi ketika Gerindra menyusungnya sebagai Cagub pilkada DKI mendatang dengan tidak malu-malu Anies pun memuji Prabowo seperti yang pernah dia lakukan terhadap Jokowi.
Padahal sebelum di usung oleh Gerindra, secara terang-terangan Anies menunding Prabowo tidak mempunyai pengalaman dalam memimpin, selalu didukung oleh mafia, antek mafia dan sekarang Anies pun memuji Prabowo anteknya mafia hanya untuk sebuah jabatan. Parahnya lagi Anies pun menanda-tangani sebuah perjanjian dengan PKS salah satu antek mafia yang selama ini dia tudingkan.
Sebagai rakyat kecil tentunya yang kita inginkan adalah seorang pemimpin yang benar-benar merakyat, melindungi dan berbuat untuk rakyat. Semoga dengan tulisan artikel ini maka kita lebih bijak dalam memilih pemimpin, bukan hanya memilih lantaran santun dan berwajah lemah lembut tapi penuh kedengkian dan keserakahan dalam hati dan pikiran. Marilah kita pilih sosok pemimpin yang mampu kinerja mengubah semua kondisi menjadi lebih baik dari sebelumnya. (mh)