Benar sekali orasi siswa-siswi SD Muhammadiyah 4 Pucang, Surabaya beberapa hari yang lalu. Dalam demo penolakan perayaan Valentine di halaman sekolah, salah seorang siswa SD berorasi, “Budaya Valentine itu haram, jadi jangan diperingati.”
Demo antivalentine juga dilaksanakan serempak oleh para siswa, mahasiswa maupun guru di berbagai daerah. Bahkan Majelis Ulama Indonesia berbagai daerah juga memperkuat bahaya valentine dengan berbagai fatwa haramnya. Tapi masih banyak juga orang yang tak mau diatur di jalan yang benar.
Ternyata, peringatan anak-anak SD Muhammadiyah Surabaya itu terbukti benar. Seorang siswi SMP di Subang, Jawa Barat, sebut saja namanya Tini, ketiban celaka seumur hidupnya gara-gara memperingati malam Valentine. Bagi gadis berusia 15 tahun ini, kelatahan budaya barat berhari kasih sayang itu menjadi awal kehancuran masa depannya.
Betapa tidak, pada malam perayaan Valentine, Tini diperkosa empat temannya secara bergiliran, setelah tak sadarkan diri dicekoki minuman keras (miras).
Sebagai remaja yang kurang bimbingan orang tua, Tini terobsesi pemberitaan televisi mengenai hari kasih sayang. Ia pun mendambakan suasana penuh kasih sayang dan cinta bersama pacarnya, He, 17, berduaan dengan mengunjungi obyek wisata air panas, Ciater, Subang.
...akhirnya Tini mau meminum miras hingga mabuk. Saat itulah, empat remaja secara bergantian menggagahi Tini. Setelah puas melampiaskan nafsu setannya, ke empat remaja itu meninggalkan Tini tak sadarkan diri, tergeletak dipinggir jalan hutan karet...
Namun sialnya He,yang mengiyakan ajakan itu juga membawa serta 3 temannya antara lain, Di, To, dan An, ketiganya berusia 18 tahun. Kira-kira jam 8 malam waktu Pantura, Tini pergi bersama rombongan pacarnya berlima mengendarai sepeda motor. Entah kenapa, di perjalanan, He mendadak membatalkan acaranya ke Ciater.
He membujuk pacarnya Tini untuk merayakan Valentine di rumah seorang temannya di daerah Pagaden, Subang. Kelima remaja tanggung itu berbalik arah menuju Pagaden. Sebelum tiba ke perkampungan di Wanakersa, Pagaden, He cs mampir ke sebuah kios dan membeli beberapa botol minuman keras.
Di pinggir jalan perkebunan karet, mereka berpesta minuman keras dan He menawari Tini minum. Awalnya Tini menolak, karena tak biasa menenggak miras. Namun He terus menerus membujuk, hingga akhirnya dia mau meminum miras hingga mabuk.
Saat itulah, empat remaja itu secara bergantian menggagahi Tini. Setelah puas melampiaskan nafsu setannya, ke empat remaja itu meninggalkan Tini yang masih tak sadarkan diri, tergeletak dipinggir jalan hutan karet di Wanakersa.
Keluarga Tini di Desa Simpar, Kec Cipunagara, Subang, cemas, karena semalam anaknya tak pulang . Keesokan paginya Tini pulang dengan keadaan lusuh dan kotor dan langsung menceritakan kejadian yang telah menimpanya.
Karuan saja, kedua orang tua Tini melapor ke Polsek Pagaden dan memeriksakannya ke RSUD untuk divisum.
Kapolsek Pagaden AKP Yaya Mulyana, membenarkan adanya kejadian tersebut. ” Salah satu pelakunya yang masih duduk di bangku SMA telah diringkus,” ungkap Yaya.
Tragis betul nasib Tini. Berharap “kasih sayang,” di hari Valentine, Tini malah dapat “nasib malang” jadi mangsa nafsu setan teman-teman biadabnya. Makanya, jangan latah kebarat-baratan !! (voa-islam)