Di balik niat Cina mengakuisisi beberapa perusahaan asing di Indonesia.

Di balik niat Cina mengakuisisi beberapa perusahaan asing di Indonesia.

Pemerintah Indonesia jangan semata memandang prakarsa pemerintah Cina hanya sebagai peluang ekonomi


Di tengah semakin santernya Cina untuk mengakuisi beberapa korporasi asing dari Amerika dan beberapa negara Eropa Barat yang beroperasi di Indonesia, antara lain Freport di Papua dan beberapa blok migas yang dikuasai ExxonMobil, ada baiknya pemerintah Indonesia jangan semata memandang prakarsa pemerintah Cina semata sebagai peluang ekonomi.

Harus mencermati juga sasaran-sasaran tersembunyi di balik niat mengakuisisi atau mengambil alih kepemilikan mayoritas beberapa perusahaan asing di Indonesia.

Pada November 2016 lalu, sebuah Komisi Pengkajian Kembali Ekonomi dan Keamanan Amerika-Cina, merekomendasikan kepada Kongres untuk melarang akuisi perusahaan-perusahaan AS oleh entitas Cina. Sebab menurut kajian komisi tersebut, Partai Komunis Cina telah menggunakan perusahaan-perusahaan milik negara sebagai alat ekonomi utamanya untuk mewujudkan tujuan dan sasaran strategis keamanan Cina.

Intinya, ada desakan dari berbagai elemen strategis AS kepada Kongres agar melarang perusahaan-perusahaan milik negara Cina mengakuisisi, apalagi mengendalikan secara efektif perusahaan-perusahaan AS.

Kekhawatiran berbagai kalangan strategis di Washington nampaknya cukup beralasan, karena selain menginfiltrasi jaringan Taiwan untuk membantu operasi-operasi intelijen pemerintah Cina di AS, intelijen Cina nampaknya juga melancarkan operasi intelijen ekonomi melalui strategi akuisisi perusahaan-perusahaan teknologi tinggi di Amerika. Dengan begitu, akuisisi perusahaan-perusahaan AS itu, bukan didasari motif bisnis, melainkan untuk tujuan memperoleh akses rahasia teknologi militer.

Penelisikan tim riset Aktual terkait modus yang diterapkan Cina itu, pada Maret 2006, intelijen AS sempat diminta menyelidiki perusahaan asal Cina, Lenovo. Perusahaan itu menyuplai 15.000 unit PC (personal computer) kepada Kementerian Luar Negeri AS.

Komisi Pengkajian Kembali Ekonomi dan Keamanan Amerika-Cina kemudian khawatir PC itu dapat digunakan sebagai alat memata-matai pemerintah AS. Seperti kita ketahui bersama, sejak 2005 Lenovo membeli anak perusahaan IBM.

Meskipun belakangan sinyalemen Komisi Pengkajian Kembali Ekonomi dan Keamanan Amerika-Cina tersebut dibantah oleh pihak Lenovo, dan bahkan sudah membuktikan bahwa circuit boards dari PC tersebut memang asli buatan Taiwan, dan bukan Cina, namun tidak memupus kecurigaan dan kekhawatiran beberapa kalangan di AS.

Di sektor migas dan energi, manuver Cina juga memicu kecurigaan, ketika salah satu BUMN migas Cina CNOOC bermaksud mengakuisisi perusahaan minyak AS, UNOCAL. Sehingga mengundang tentangan dan kecaman dari kalangan masyarakat AS. Sehingga akhirnya manuver Cina itu gagal, dan UNOCAL beralih ke dalam kekuasaan Chevron.

Sekadar gambaran, berikut beberapa oerusahaan Negara Cina yang berhasil mengakuisis atau membeli perusahaan Asing:

China National Chemical Corporation (ChemChina) membeliSyngenta (swiss), senilai USD 43 milliar.

CNOOC mengakuisisi Nexen (Kanada), senilai USD 15,2 milliar.
Chinalco Membeli saham minoritas Rio Tinto (Australia), senilai USD 14,3 milliar.

ChemChina mengakuisisi Pirelli (Italia), senilai USD 7,9 milliar.
Refiner Sinopec membeli perusahaan eksplorasi minyak Addax Petroleum (swiss), senilai USD 7,3 milliar.

Sinopec mengambil alih 40% saham raksasa energi Repsol(spanyol) yang beroperasi di Brazil, senilai USD 7,1 milliar.

China Minmetals Corp membeli perusahaan tambang Las Bambas dari tangan Glencore Xstrata (Peru), Senilai USD 7 milliar.

Shuanghui International Holdings membeli Smithfield Foods(Amerika Serikat), senilai USD 4,7 milliar.

Alibaba Group membeli perusahaan e-commerce Lazada group (Singapura), Senilai USD 1 milliar.

Suning Commerce Group membeli 70% saham Klub Sepak Bola Inter Milan (Italia) sebesar USD 307 Juta.

Logikanya, kalau negara-negara maju di bidang ekonomi seperti AS, Swiss, Kanada dan Australia saja bisa dikuasai Cina, bisa dibayangkan betapa rawannya matra ekonomi kita jika perusahaan-perusahaan milik negara Cina mengakuisisi perusahaan Indonesia atau perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia.

Hendrajit
*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda