Cerita dari negeri para bedebah sosok taipan terkaya di Indonesia perampok uang rakyat

Cerita dari negeri para bedebah sosok taipan terkaya di Indonesia perampok uang rakyat

Orang Cina terkenal dengan segala trik tipu dayanya. Saat krismon, perusahan Salim Grup yang "bangkrut" hanyalah Bank BCA. berutang BLBI sebesar Rp. 56 triliun


Setiap ada pertanyaan mengenai siapa orang terkaya di Indonesia, banyak yang menjawab Antony Salim. Bukan Hartono atau Eka Tjipta Wijaya. Lalu apa buktinya, sulit menjawab secara pasti. Tapi dengan logika sederhana, boleh dikatakan sbb:

Salim Grup sebelum krismon 98 adalah pemilik ratusan perusahan besar di segala sektor dari hulu sampai ke hilir. Saat krismon, perusahan Salim Grup yang "bangkrut" hanyalah Bank BCA. Utang BLBI sebesar Rp. 56 triliun.

Perusahaan Salim yang lain seperti perkebunan, kimia, manufacture, consumer goods, otomotif, insurance, shipping dll, tidak "bangkrut", dan berani taruhan potong jenggot, Bank BCA saat itu pun tidaklah Bangkrut. Tapi sengaja dibangkrutkan agar mudah merampok uang negara. Kenapa begitu? Karena para debitur BCA saat 98 ke bawah itu adalah grupnya sendiri. 35-50% grup salim sendiri.

Saat 98 dan sebelumnya, ketentuan legal lending limit (3 L) memang sudah berlaku. Di atas kertas, Bank-Bank memang batasai max 30%, tetapi faktanya, Bank-Bank terutama milik para WNI Cina, semua melanggar batas 3 L tsb. Sudah jadi rahasia umum saat itu...Disamping itu, krismon 98 tak terlalu pengaruhi jaringan bisnis Salim yang lain. Jika pun ada yang rugi, paling 1-2 perusahaan dari ratusan perusahaannya.

Lalu kenapa BCA akhirnya diambilalih BPPN sampai 90% sahamnya ? Ya karena BCA yang menerima dana BLBI untuk rekap. Dana rekap 56 Triliun itu dibuat seolah-olah habis untuk kewajiban yang tak pernah ada sebelumnya alias fiktif. Modus yang sama seperti Bank-Bank lain. Modus perampokan dana BLBI di semua bank rekap itu sama saja. Buat utang atau kewajiban bank fiktif pada pihak III.

Atau buat daftar debitur fiktif yang macet kreditnya sehingga menimbulkan kerugian (fiktif) pada banknya sendiri. Semuanya tipu-tipu. Rekayasa agar banknya kalah kliring dan harus melunaskan tagihan Giro wajib minimum (GWM) di BI. Semuanya modus rampok Bank ke BI.

Saat terjadi krismon 1997, Bank BCA terkena rush (pengambilan uang nasabah besar-besaran). Untuk meredam rush, BCA disuntik BLBI 32 triliun, jumlah tersebut diberikan secara bertahap : 8 triliun, + 13 trliun dan Rp. 11 trliun, atau seluruhnya 32 triliun.

Dari jumlah tersebut yang telah dibayarkan oleh BCA adalah cicilan utang pokok sebesar 8 triliun. Pembayaran bunga tidak dihitung sebagai cicilan. Sisa utang BLBI adalah 24 Triliun. Jumlah ini dianggap ekivalen dengan 92.8 % dari nilai saham-saham BCA.

Maka saham BCA yang disita oleh pemerintah dianggap sebagai pelunasan utang BLBI oleh keluarga Salim. Dengan disitanya 92.8 % saham BCA dari tangan keluarga Salim menjadi milik pemerintah, utang BLBI keluarga Salim dianggap lunas. Jadi ketika itu juga keluarga Salim sudah tidak punya utang BLBI.

Utang keluarga Salim di BCA sebesar 52.7 triliun dianggap bukan utang BLBI. Karena ketika 92.8 % BCA dimiliki oleh Pemerintah, utangnya keluarga Salim tersebut beralih menjadi utang kepada pemerintah. Edan kan? Jadi Pemerintah yang harus menagih kepada keluarga Salim karena pemerintahlah yang saat itu menjadi pemilik Bank BCA. Gileeee !

Keluarga Salim mengatakan bahwa mereka tidak punya uang untuk membayar utang hampir 53 Triliun itu. Lalu apa solusinya ?

Maka dibayarlah dalam skema Pelunasan Kewajiban Pemegang Saham (PKPS) atau bahasa kerennya Master Settlement and Acquisition Agreement (MSAA). Pakai apa Keluarga Salim bayar utang 53 Triliun itu ? Pakai uang 100 M dan 108 perusahaannya ! Lalu oleh Lehman Brothers, pembayaran utang oleh Salim sebesar 100 M tunai ditambah dengan 108 perusahaan dinilainya = Rp. 53.2 triliun.

Pemerintah saat itu pun menerima. Lunas deh. Malah harus dikembalikan sisa kelebihannya. Lalu pemerintah pun mencoba menjual kembali 108 perusahaan yang awalnya milik Salim itu. Ga laku. Ga ada yg mau beli seharga 53 Triliun ! Karena tak laku-laku seharga 53 Triliun, pemerintah lalu sewa konsultan Price Waterhouse Coopers (PWC) yang ditugasi menilai harga yang wajar.

Tetapi harga "wajar" yang dimaksud pemerintah itu diembeli-embeli asumsi yang intinya berbunyi : “harus dijual dalam waktu 8 dan 10 minggu”, akhirnya PWC menilai harga wajar 108 perusahaan Salim itu hanya 20 Triliun saja !!! Dan hebatnya lagi pemerintah saat itu pun menjual 108 perusahaan Salim itu dengan harga pas 20 Triliun. Luar biasa begonya ! Akhirnya pemerintah pun rugi alias tekor dan buntung. 108 perusahaan salim dinilai 53 T tapi dijual hnya 20 T. Rugi besar 33 Triliun.

Sementera itu Salim Grup bersiul-siul dan berjoget kesenangan karena berhasil menipu pemerintah RI yang bego. Kenapa itu bisa terjadi ? Pasti Salim taburkan suap sekapal uang kepada para pejabat yang terkait sehingga mau saja pura-pura maklum. Sejak peristiwa kebodohan pemerintah itu (modus yang sama terjadi pada Bank-Bank penerima BLBI lainnya), Salim pun semakin kaya raya.

Situasi krismon menyebabkan Salim mudah merampok banknya sendiri, menjual 108 perusahaannya dengan harga tinggi, dan tidak punya utang ! Agar tdk terlihat makin kaya, Keluarga Salim pun pura-pura miskin. Semua uangnya ditransfer dan simpan di Singapore dll. Di Indonesia, Salim tampil low profile. Bahkan Sudono Salim pun sejak pindah ke Singapore tak mau lagi injakan kakinya di Jakarta, hingga ajal menjemputnya.

Lalu apakah perusahaan Salim Grup sudah tidak ada lagi di RI ? masih banyak bahkan makin tambah banyak. Dengan uang hasil rampokan BLBI dia beli banyak perusahaan baru. Namun banyak yang bukan atas namanya sendiri. Pakai proxy atau nama org lain. Hanya pada perusahaan-perusahaan lama miliknya yang masih menggunakan nama sendiri, salah satunya PT. Indofood Sukses Makmur.

Bank Mega yang diakui sebagai milik Chairul Tanjung pun menurut banyak orang sebenarnya adalah milik Keluarga Salim. Ratusan perusahaan Salim Grup gunakan nama orang lain. Namun, ratusan lagi masih gunakan nama sendiri. Maju jaya dan kaya raya semuanya. Kenapa Antony Salim, anak Sudono Salim tidak tercatat sebagai orang terkaya no. 1 di Indonesia ? Jawabnya mudah sekali...

Sebagian besar perusahaan Salim Grup itu, kepemilikan sahamnya atas nama PT yang berdomisili di Singapore atau luar negeri, sehingga jika ada keuntungan, maka dividennya pun ditrasfer ke perusahaan yang berdomisili di luar negeri. Mau contohnya ?


Lihat saja PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Sahammnya dimiliki publik 20%, sisanya 80% dimiliki oleh Salim,

Sedangkan PT. Indofood Sukses Makmur itu, sahamnya dimiliki oleh Indofood Oil and Fats Pte. Ltd, Singapore 70%, Masyarakat 20%, dan 10% dimiliki oleh PT Mandiri Investama Sejati, PT Bina Makna Indopratama dan PT Multi Langgeng Nusantara.

Artinya keuntungan PT. Indofood Sukses Makmur (produk Indomie) yg rata- rata lebih 5 trliun pertahun itu, 70% nya dikirim ke Singapore, hampir semua perusahaan Salim Grup itu struktur dan domisili kepemilikan sahamnya mayoritas domisili di luar negeri.


Wajar saja, Antony Salim tidak tercatat sebagai orang terkaya di Indonesia, wong hampir semua keuntungan perusahan-perusahannya dilarikan ke LN. Padahal jika dividen antony Salim dari PT. Indofood sukses makmur yang 70% dari 5 triliun tiap tahun itu dia kantongi di RI, harta kekayaannya dari Laba Indofood Sukses Makmur itu saja sudah 3.5 Triliun. Itu hanya untuk setahun dan hanya baru dari PT. Indofood Sukses Makmur doank !!!

Sungguh licik Salim Grup / Antony salim itu. Sembunyikan hartanya dengan berbagai cara. Simpan di LN. Padahal sumbernya dari Indonesia...

Siapakah orang terkaya di RI ? jawab Antony Salim. Tidak ada keraguan sedikit pun. Karena itulah faktanya.

Sumber internet !!!
*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda