Anda aktif di facebook? Tahukah anda bahwa data pribadi anda berpotensi bocor dan disalahgunakan? Bagi para pengguna jejaring sosial Facebook, waspadalah. Sebanyak 50 juta data pengguna Facebook diduga telah dicuri dan disimpan oleh firma analis data bernama Cambridge Analytica.
Cambridge Analytica adalah perusahaan data mining (pengumpulan data) dan data analysis (analisis data) yang didirikan pada tahun 2013 di London Inggris dan memiliki tiga pucuk pimpinan dikala itu, yaitu Alexander Nix (CEO), Robert Mercer (investor), Steve Bannon (vice president, former).
Sejak 2015, Mark Zuckerberg sudah tahu ada data yang bocor.
CEO Facebook, Mark Zuckerberg sudah tahu ada data yang bocor di facebook sejak tahun 2015 silam, sebelum pemilihan presiden AS di tahun 2016. Untuk itu, maka Facebook menyewa seorang profesor yang bernama Christopher Wylie.
Wylie diberi akses oleh Facebook hingga ke 50 juta pengguna Facebook, namun rupanya ia mengkopi data-data itu dan memberikannya ke Cambridge Analytica, perusahaan yang menjadi salah satu tim sukses Donald Trump pada pilpres AS di tahun 2016.
Pengguna Facebook yang datanya dicuri memiliki profiling yang dapat menuntun mereka untuk mengetahui apa kesukaan mereka. Misalnya jika Anda membuka Facebook, maka Anda akan dapat melihat iklan-iklan berupa banner yang sesuai dengan apa yang Anda suka.
Dalam hal ini adalah kesukaan hal apapun, seperti jenis berita yang Anda sering baca, kuliner yang Anda suka, dan lain-lainnya. Maka dengan adanya profiling tersebut, membuat mereka dapat framing atau menggiring Anda ke hal-hal tertentu yang sesuai dengan profiling Anda itu.
Dengan mendapatkan profiling, seakan Facebook jauh lebih tahu dari Anda, tentang apa yang Anda suka. Itulah yang akan menggiring Anda, dan akan mengkliknya, dan menuju kepada informasi atau berita yang sudah disiapkan, untuk dapat mengubah presepsi Anda. Inilah yang berbahaya bagi kebocoran data di Facebook dan jejaring sosial berdasarkan profilling.
Dengan adanya profiling dan framing yang telah dimiliki secara illegal dari Facebook oleh tim sukses Trump, maka pihak tertentu dapat menggiring pengguna Facebook yang datanya bocor tersebut, dan menggelontorkan untuk kemenangan kampanye Trump. Dan kemudian, hal tersebut adalah salah satu amunisi kemenangan Trump setelah adanya keterlibatan Rusia terkait kampanye Trump di media sosial.
Rusia disebut telah menggelontorkan dana yang sangat besar untuk membayar iklan-iklan agar banner iklannya masuk ke wall atau beranda-beranda berupa banner kepada pengguna Facebook yang datanya bocor itu, agar menggiring opini dan presepsi yang salah, menjadi seakan benar.
Dengan adanya kebocoran ini, maka kala itu Mark Zuckerberg melakukan review eksternal dan internal yang komperhensif terhadap masalah ini, dan akun Cambridge Analytica langsung di suspend oleh Facebook.
Skandal Pemilihan Presiden AS
Perusahaan Cambridge Analytica pernah bekerja untuk kampanye pemenangan atau tim sukses Donald Trump pada Pemilihan Presiden AS 2016 lalu. Terbukti, api skandal kebocoran puluhan juta data pengguna Facebook di Amerika Serikat, diduga menjadi amunisi kemenangan donald trump dalam pilpres AS 2016 silam.
Walau kini waktunya sudah lewat, bukan berarti data pengguna Facebook tersebut dihapus atau dibuang begitu saja.
Tak hanya itu, data pengguna Facebook tersebut juga tersimpan di dalam arsip rahasia di Strategic Communications Laboratories (SCL). Bagaimanapun juga, SCL dan Cambridge Analytica adalah dua perusahaan yang saling berafiliasi.
Keduanya diduga memperoleh data pengguna Facebook dari peneliti pihak ketiga, bernama Aleksandr Kogan, adalah karyawan yang bekerja dibawah Global Science Research dan kerap menghadirkan survei terkait kepribadian yang tersebar masif di Facebook.
Kogan telah menghimpun respons pengguna atas survei dan kuis Facebook sejak tahun 2015, melalui aplikasi buatannya bernama “thisisyourdigitallife” (this is your digital life / ini adalah kehidupan digital Anda).
Aplikasi itu memang cuma diunduh oleh 270 ribu pengguna Facebook. Akan tetapi efeknya mengena ke 50 juta penggunanya, karena aplikasi ini mampu mengakses data-data teman dari sang pengunduh.
Siapa saja yang mengunduh aplikasi thisisyourdigitallife itu secara tak sadar dan dengan sukarela menyerahkan data personal mereka, seperti apa yang mereka suka, dimana mereka tinggal, serta siapa saja teman mereka.
Sementara itu kebocoran data Facebook ini diungkapkan oleh seorang whistleblower berumur 28 tahun bernama Christopher Wylie, ia adalah seorang Pelapor Pelanggaran atau pembisik alias whistleblower yang mengungkap kebocoran dan penyalahgunaan data 50 juta pengguna Facebook kepada media massa.
Christopher Wylie |
Wylie juga menyatakan bahwa mereka telah mengeluarkan dana sebesar satu juta dollar AS untuk mendapatkan puluhan juta profile pengguna Facebook yang telah bocor ini.
Pada situs theglobeandmail, Wylie menyatakan, “We exploited Facebook to harvest millions of people’s profiles. And built models to exploit what we knew about them and target their inner demons”. (“Kami mengeksploitasi Facebook untuk memanen jutaan profil masyarakat. Dan membangun model untuk mengeksploitasi apa yang kita ketahui tentang mereka dan menargetkan batin setan batin pada diri mereka”.)
Akibatnya, Facebook akhirnya menangguhkan (suspend) akun Christopher Wylie, juga Cambridge Analytica, dan SCL, serta Kogan.
“Kami terus menyelidiki untuk melihat tingkat akurasi dari klaim-klaim ini. Jika benar, ini adalah kejahatan yang tak termaafkan,” kata Vice President dan General Counsel Facebook, Paul Grewal.
Sementara itu, juru bicara SCL membantah tuduhan yang ditujukan ke pihaknya, dan juga Cambridge Analytica. Akan tetapi, tak ada penjelasan lebih rinci soal bantahan itu. “Cambridge Analytica dan SCL tak memegang data Facebook,” ujarnya, dikutip oleh Wired.
“We exploited Facebook to harvest millions of people’s profiles. And built models to exploit what we knew about them and target their inner demons” (Christopher Wylie, whistleblowe).
Sumber dari ‘orang dalam’ mengatakan, bahwa data personal pengguna Facebook masih bisa diakses di database internal Cambridge Analytical pada 2017 lalu. Padahal, SCL telah berjanji ke Facebook dan pegawai Cambridge bahwa semua data itu telah mereka hapus pada 2015 silam.
Sumber dari ‘orang dalam’ itu juga mengatakan, bahwa kumpulan data pengguna yang penting, dimasukkan ke database bertajuk “Kogan-import”. Namun yang bisa mengakses database yang dirahasiakan tersebut hanya sebagian kecil dari pegawai Cambridge Analytical dan SCL saja, yakni pada bagian pegawai data science, engineering, dan staff IT.
Akibat skandal yang diduga dapat memenangkan Trump dalam pilpres AS sejak tahun 2016 tersebut, kini Facebook harus menghadapi regulator dari dua badan investigasi sekaligus, yaitu dari Eropa dan dari Amerika Serikat.
Bursa saham perusahaan teknologi digital ikut anjlok
Bagi sebagian orang, kepercayaan kerahasiaan dalam penyimpanan data pribadi di dunia internet dan digital sangatlah sensitif. Mereka manaruh kepercayaan kepada perusahaan digital terkait. Jadi jika bocor, dapat diprediksi banyak pengguna akan menginggalkan jasa perusahaan itu.
Maka akibat keamanan yang bocor ini, saham Facebook di bursa saham langsung anjlok sebesar 6,8% hanya dalam sehari pada 18 Maret 2018. Dan sahamnya pun juga turun dari US$177 dollar AS per unit saham, menjadi US$172,5.
Facebook yang juga memiliki Instagram dan WhatsApp diduga akan mendapatkan imbas dan efek yang sama. Bahkan saham yang bukan milik Facebook seperti Alphabet milik Google turun 3%, saham Microsoft turun lebih dari 1%, saham Apple turun 1,35%.
Dengan adanya skandal bocornya data pengguna Facebook ini, menjadi ditakutkan oleh banyak pihak di dunia dari banyak kalangan, karena dapat memberikan ide untuk berbuat hal yang sama di kemudian hari di negara manapun, dan dalam hal apapun.
Dari 50 juta data pengguna Facebook yang berceceran ditangan pihak ketiga, 30 persen diantaranya sudah lengkap untuk profiling seseorang. Profiling adalah pengumpulan, pencatatan dan analisis karakteristik psikologis dan perilaku seseorang, sehingga dapat menilai atau memprediksi kemampuan mereka dalam lingkup tertentu, atau untuk membantu mengidentifikasi sub-kelompok orang tertentu, misalnya untuk menjadi provokator atau teroris.
Jika sudah begitu, privasi pengguna tak lagi menjadi privasi, dan justru terbawa arus yang menyetir mereka untuk menjadi sel-sel mereka dalam agenda-agenda tertentu yang mereka rencanakan.
Dan mereka yang di cuci-otak, diubah opininya dan tetap tak mengetahui, sementara yang menyuruh, tetap tak kentara karena ada dibelakang layar.
Pustaka:
- Wired, Cambridge Analytica Took 50M Facebook Users’ Data And Both Companies Owe Answers
- Wired, Cambridge Analytica Is Finally Under Fire Because of Whistleblowers businessinsider.sg, Christopher Wylie, the 28-year-old whistleblower of the Trump-linked data firm
- Cnet, Facebook suspends whistleblower’s account after report
- kompas.com, 50 Juta Data Pengguna Facebook Bocor
- Intisari, Semoga Milik Anda Tidak Termasuk! Sebanyak 50 Juta Data Pengguna Facebook Bocor, Diduga Dicuri Perusahaan yang Berafiliasi dengan Trump
- Wikipedia, Cambridge Analytica