Melihat peluangnya kecil untuk menang, broker politik menjadi galau jika ingin mencapreskan Jokowi,

Melihat peluangnya kecil untuk menang, broker politik menjadi galau jika ingin mencapreskan Jokowi,

Jokowi saat ini berada di angka 50 persen. Dengan elektabilitas sebesar itu, maka kecil kemungkinan Jokowi akan kembali terpilih di periode kedua. "Untuk menang kembali itu seperti mission imposible,"


Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais menyebut elektabilitas calon presiden petahana Joko Widodo (Jokowi) anjlok. Bahkan menurutnya, kecil kemungkinan Jokowi akan kembali terpilih di periode kedua.

Adapun pernyataan tersebut disampaikan Amien dalam acara Tasyakuran Satu Tahun Ustadzah Peduli Negeri di Balai Agung, Balaikota DKI, Jakarta Pusat.

"Ini elektabilitasnya sudah going down," kata Amien seraya menunjuk foto Jokowi di hadapan para hadirin tasyakuran. Foto Jokowi sebagai presiden yang ditunjuk itu berada di sebelah kanan Amien yang tengah bicara di atas podium.

Amien melanjutkan, berdasarkan hasil survei yang ia peroleh, elektabilitas Jokowi saat ini berada di angka 50 persen. Ia menyebut dengan elektabilitas sebesar itu, maka kecil kemungkinan Jokowi akan kembali terpilih di periode kedua. "Untuk menang kembali itu seperti mission imposible," ujar Amien.

Kekalahan

Disisi lain, faktor anjloknya elektabilitas Jokowi dinilai karena faktor kekalahan PDIP saat Pilkada 2017 lalu di beberapa daerah. Peneliti Senior Network for South East Asian Studies (NSEAS), Muchtar Effendi Harahap, mengungkapkan adanya penurunan elektabilitas PDIP Pasca Pilkada DKI.

"Tentunya merosot jauh lebih rendah. Elektabilitas Jokowi menurun drastis," katanya di Jakarta, Rabu (25/4/2018).

Terlebih, kata Muchtar, pengaruh Pilkada DKI terhadap elektabilitas PDIP tentu sangat berpengaruh. "Kita ketahui, Paslon dukungan PDIP kalah telak. Dan ini tentu sangat berpengaruh," terang dia.

Alumnus Program Pascasarjana Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta ini ‎mengungkapkan, salah satu dari sejumlah faktor sangat mungkin membuat Jokowi gagal dalam Pilpres 2019 mendatang yaitu menurunnya elektabilitas PDIP.

"PDIP adalah pengusung dan pendukung utama Jokowi meraih jabatan Presiden. Meskipun Golkar secara resmi sudah mendukung Jokowi Pilpres 2019, namun tetap saja PDIP sebagai penentu," terang dia.

Dirinya sekaligus percaya, belakangan ini sesungguhnya elektabilitas PDIP kian merosot. Hal ini bisa dibuktikan dengan kegagalan PDIP mempertahankan sejumlah kekuasaan lokal/daerah melalui Pilkada serentak 25 Februari 2017 silam. "PDIP alami kekalahan pahit dan bertubi-tubi pada Pilkada kemarin," ujar Muchtar.

Tiga Cara

Pengamat politik dari Universitas Padjajaran Muradi mengatakan, Jokowi memang diuntungkan karena faktor pejawat. Namun, PDIP sebagai partai pengusung juga memiliki karakteristik serta loyalitas para pendukungnya yang bisa menaikan elektabilitas Jokowi.

Sementara untuk tokoh-tokoh yang akan menjadi penantang Jokowi, bukan berarti mereka tidak bisa mengejar elektabilitas Jokowi. Menurut Muradi, perlu cara yang baik dan elegan untuk dapat bersanding dan menyaingi elektabilitas Jokowi.

"Ada tiga cara bagi para penantang Jokowi di Pilpres 2019. Pertama berhenti menggunakan cara kotor seperti menyebarkan berita bohong," kata Muradi di Jakarta, Rabu (25/4/2018).

Isu hoaks, menurutnya sudah tidak lagi diterima publik secara penuh. Sehingga saran dia cara yang paling gampang untuk menaikkan elektabilitas adalah berhenti membuat maupun menyebarkan isu yang tidak valid atau tanpa bukti.

"Jadi saran saya berhenti menggunakan isu dengan pendekatan hoaks atau tidak memiliki data karena fanataik menyerang pemerintah," ujarnya.

Kedua, Sambungnya, tidak mengarahkan pada isu tertentu. Isu yang sebenarnya hal biasa dalam dunia politik tapi kemudian menjadi besar di masyarakat karena diarahkan. Ketiga, berhenti menyerang pribadi. Dalam tradisi politik Indonesia menyerang pribadi calon sebenarnya tidak memberikan efek, justru menjadi bagian dari back fire atau terkena sendiri bagi penyerang.

"Jadi kalau Pak Gatot dan Prabowo bisa mengelola pemenangan politik yang lebih ramah, diterima publik, maka peluang kenaikan elektabilitas akan tinggi," ujarnya. (HT)

*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda

No comments

Komentar anda sangat berguna untuk meningkatkan penulisan artikel