Harga beras impor yang diputuskan oleh Kementerian Perdagangan sebesar Rp 8.900 per kilogram membuat anggota dewan geleng-geleng kepala tak percaya.
Wakil Ketua Komisi VI DPR Azam Azman Natawijaya menilai harga tersebut amat kemahalan. Atas dasar itu, politisi Partai Demokrat ini berencana mencecar Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam Rapat Kerja pada Kamis pekan ini.
Menurut Azam, harga beras impor Rp 8.900 per kilogram itu tidak sesuai dengan pengakuan Menteri Perdagangan sebelumnya.
Dalam rapat di Komisi VI DPR beberapa waktu lalu, Enggartiasto mengklaim bisa mendatangkan beras impor jenis premium Rp 8.450 per kilogram. Namun, nyatanya malah mengimpor beras medium dengan harga Rp 8.900.
“Dulu waktu rapat dengan saya, yang ribut waktu itu bahkan sempat viral, dia (Enggartiasto) bilang beras premium dengan pecahan 0 sampai 5 persen bisa sampai ke Indonesia dengan harga Rp 8.450 per kilogram. Itu beras premium ya. Nah, kalau beras medium harusnya bisa lebih murah dong,” kata Azam, kemarin.
Dia pun heran, mengapa harga beras medium itu amat mahal. Harganya bahkan lebih mahal ketimbang dengan kualitas baik yang dihasilkan petani dalam negeri.
“Ya jelas kemahalan. Saya baru pulang dari Makassar, beras beras premium di sana Rp 9.000 per kilogram. Sementara, beras Bulog di sana, yang Rp 8.450 per kilogram saja tidak laku,” katanya.
Beras Bulog yang dimaksud Azam adalah beras stok Bulog lokal sisa tahun lalu. Ada pun beras impor sebanyak 500 ribu ton masih tersimpan di gudang Bulog, belum dikeluarkan.
Azam khawatir, realitas beras impor itu malah membebani Bulog. Sebab, beras impor itu berpotensi tidak laku. Padahal, uang Bulog sudah terkuras untuk melakukan impor tersebut.
“Itu (beras impor) bisa enggak laku. Coba, mau dijual berapa? Sebab, harga beras premium saja cuma Rp 9.000 per kilogram di Makassar. Harga Rp 8.450 per kilogram saja beras milik Bulog enggak laku karena orang lebih senang beras premium. Apalagi harga beli beras impor itu sampai Rp 8.900 per kilogram, Mau jual berapa?” heran dia.
Karena itu, dia memastikan masalah harga beras impor yang kemahalan ini akan ditanyakan dalam Rapat Kerja Komisi VI bersama Menteri Enggar pada Kamis nanti.
“Nanti pada rapat bersama Kemendag akan kami pertanyakan. Ini akan jadi beban Bulog. Kalau tidak laku, kan jadi beban," ucapnya.
Azam pun merasa kasihan dengan Bulog. Sebab, impor tersebut merupakan penugasan yang harus dilaksanakan. Untuk menghindari kerugian Bulog, ke depannya, dia meminta ada jaminan lebih dulu dari Kementerian BUMN terkait impor tersebut.
"Karena bentuknya penugasan, harus ada surat dari Kementerian BUMN bahwa kerugian ditanggung APBN. Jangan ditanggung Bulog. Kalau ditanggung Bulog, enggak bisa kerja nanti,” tambah dia. (ian)