Poros Ketiga Gagal Terbentuk, Peluang Gatot Sirna...hmmm

Poros Ketiga Gagal Terbentuk, Peluang Gatot Sirna...hmmm

Sejumlah langkah untuk menggugat ambang batas pengajuan capres (presidential threshold) di Mahkamah Konstitusi (MK) sangat kecil kemungkinannya untuk diterima.


Perebutan posisi calon wakil presiden dalam pemilihan presiden 2019 mendatang bakal sengit.

Penyebabnya, Pilpres 2019 diprediksi hanya akan diikuti dua pasangan calon presiden, yakni petahana Joko Widodo dan Ketua Umum DPP Gerindra, Prabowo Subianto.

Hal itu sebagaimana diutarakan Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC) Zaenal A Budiyono kepada redaksi, Senin malam (25/6).

Menurut dia, sejumlah langkah untuk menggugat ambang batas pengajuan capres (presidential threshold) di Mahkamah Konstitusi (MK) sangat kecil kemungkinannya untuk diterima.

Karenanya, kemungkinan besar capres yang akan bertarung di Pilpres 2019, hanya Jokowi dan Prabowo. Sementara di posisi Cawapres sampai saat ini masih belum pasti.

"Pertarungan sengit justru terjadi di posisi Cawapres, dimana hingga kini sejumlah nama terus dibahas para elit kedua kubu," ujar dia.

Salah satu cawapres yang mulai menonjol adalah mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo. Bagi Zaenal, posisi Gatot sebagai cawapres masih belum aman. Namanya yang kerap nangkring di posisi tiga besar dalam sejumlah survei tidak menjadi jaminan.

Dosen FISIP Universitas Al Azhar ini menambahkan, masih banyak sejumlah ganjalan untuk memuluskan langkah Gatot.

"Di internal Jokowi untuk nama-nama profesional, selain Gatot masih ada nama Moeldoko, Mahfud MD, Susi Pudjiastuti atau Sri Mulyani. Keempatnya bukan nama sembarangan, karena memiliki rekam jejak mentereng," sambung Zaenal.

Moeldoko adalah mantan panglima TNI, dan sekarang ketua Kantor Staf Presiden (KSP). Mahfud MD memiliki pengalaman di birokrasi, selain akademisi.

Susi dikenal sebagai menteri berprestasi, sementara Sri Mulyani terakhir meraih gelar sebagai menteri keuangan terbaik di dunia. Kedua, lanjut dia, selain nama-nama dari internal Jokowi, koalisi parpol pendukung juga menyuguhkan nama-nama kuat.

"Bila pertimbangannya untuk perimbangan kekuatan politik dan memperkuat elektabilitas, Jokowi cenderung akan memilih calon dari parpol yang sudah memiliki basis," jelasnya.

Lalu bagaimana peluang Gatot di kubu Prabowo?

"Sulit membayangkan Prabowo berpasangan dengan Gatot. Sebab keduanya memiliki latar belakang yang sama, yaitu militer. Pengalaman 2014, Prabowo yang berpasangan dengan sipil (Hatta Rajasa) justru hanya kalah tipis dari Jokowi-JK," terang Zaenal.

Dia memaparkan, mempertahankan momentum 2014 menjadi penting bagi Prabowo. Dia juga butuh sosok sipil yang mumpuni untuk memuluskan niatnya di Pilpres 2019.

"Partner Gerindra, PKS sendiri sejauh ini belum secara terang mendorong Gatot. Mereka lebih fokus mendukung sembilan nama dari internal PKS," jelas Zaenal.

"Satu-satunya peluang adalah mengharapkan terbentuknya poros ketiga, yang bisa mencalonkan Gatot sebagai Capres," sambungnya.

Nama mantan panglima TNI Gatot Nurmantyo dan putra sulung mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Harimurti Yudhoyon, (AHY), menjadi calon wakil presiden (cawapres) favorit.

Berdasarkan hasil survei terbaru Charta Politika yang dirilis baru-baru ini, Gatot Nurmantyo dan AHY menjadi favorit untuk dijagokan sebagai cawapres dari dua calon presiden (capres), baik dari calon petahana Joko Widodo maupun calon penantang Prabowo Subianto.

Survei Charta Politik terbaru soal pilpres 2019 ini dilakukan pada 23-29 Mei 2018, di Jawa yang menjadi lumbung suara nasional, yakni Banten, Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng), dan Jawa Timur (Jatim). (sam)
*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda

No comments

Komentar anda sangat berguna untuk meningkatkan penulisan artikel