Apa yang terlintas di benakmu saat mendengar kata ‘algojo’? tukang jagal dan orang yang memancung kepala si pelaku bersalah tentunya ya. Algojo mungkin merupakan pekerjaan yang tak banyak diminati oleh orang.
Di samping profesi ini hanya ada dan berlaku di daerah yang menerapkan hukum syariat, algojo juga dipandang tak berperasaan dalam merenggut nyawa seseorang. Bahkan ada yang menanyakan, apakah aljogo hukumnya sama dengan pembunuhan?
Dari berbagai negara yang ada di dunia, profesi algojo paling banyak ditemukan di Saudi Arabia. Setiap terdakwah bersalah yang dinilai dosanya tak lagi bisa diampuni, mereka akan berakhir di ujung pedang dan dipancung.
Nah, pertanyaan lain yang mungkin semua kepo, untuk menjadi seorang algojo berapa sih kira-kira mereka mendapat bayaran ? Melansir berbagai sumber, ternyata menjadi seorang algojo tidaklah segagah seperti yang terlihat.
Orang-orang yang menggeluti profesi ini hanya diberi upah menempati level terendah dari skala pegawai pemerintahan. Ya, alasannya jelas karena tidak setiap hari ada orang yang harus dieksekusi mati. Algojo hanya beroperasi menghunus pedang saat ada yang divonis hukuman mati.
Dilansir dari cnn, Arab Saudi pernah membuka lowongan kerja untuk profesi algojo sebanyak delapan orang. Ketika itu, aplikasi lamaran dalam bentuk PDF untuk algojo itu bisa diunduh di situs pemerintah setempat.
Lebih jelasnya, Reuters memuat bahwa tak ada syarat khusus yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut. Pastinya si pelamar harus siap secara lahir bathin memenggal leher mereka yang bersalah.
Di Arab Saudi sendiri ada banyak jenis kejahatan yang menyebabkan seseorang harus kehilangan nyawanya. Pembunuhan, perzinaan, serta penyelundupan narkoba hampir pasti dikenai hukuman mati.
Sedangkan pencurian mendapat imbalan potong tangan, dalam hal ini juga dilakukan oleh para algojo. Sang pelaku kejahatan juga tidak diberi tahu kapan mereka akan mendapatkan giliran duduk di bawah pedang algojo karena eksekusi dilakukan secara mendadak.
Lembaga hak asasi Amnesty International menyatakan negara kaya minyak itu rajin mengeksekusi puluhan terpidana saban tahun. Data para terdakwah hukuman mati dilaporkan oleh Kementerian Kehakiman Saudi, setiap tahunnya bisa mencapai ratusan orang.
Jika kalian bertanya bagaimana rasanya menjadi seorang algojo, mungkin penjelasan dari sosok Haji Abd al-Nabi (algojo asal Mesir). Ia sudah menggeluti pekerjaannya sejak lama. Bila hendak dihitung, ada sekitar 800 nyawa yang sudah melayang di tangannya.
Dan mengejutkan lagi, secara jujur ia berkata bahwa ia mencintai pekerjaan tersebut. Tak pernah sekalipun ia mengatakan ‘tidak’ ketika diminta bekerja.
Namun, walaupun tidak merasakan efek apapun para algojo ini harus paham betul ilmunya, bukan sekedar asal pancung dan mati saja. Mereka harus tahu bagaimana menerapkan pengetahuan teoritis.
Bagaimana caranya berdiri di samping orang yang akan dieksekusi, memegang dan menjatuhkan pedang ke leher si tersalah, serta melihat posisi tanah (di mana kepala akan jatuh). Mengerikan dan susah bukan menjadi algojo ? (boombastis)