Kita secara sadar atau tidak, sekarang ini memang sedang menjalani hubungan LDR (Long Distance Relationships) dengan penguasa negri. Pahit manisnya hubungan kita dengan penguasa, ada yang merasa tertindas sehingga tidak lagi ingin menjalani hubungan ini, ada yang merasa tertindas namum pasrah entah karena memang begitu sayangnya dengan penguasa, dan juga ada yang senang menjalani hubungan ini.
Kisah percintaan ini tak jarang pernah dirasakan kita sebagai manusia yang penasaran dengan sesuatu dan ingin merasakannya. Tak lepas pahit manisnya LDR, adapun yang tidak ingin lagi menjalani hubungan ini dan juga ada pula yang memang nyaman menjalani hubungan ini, apapun itu alasannya.
Bagiku LDR dibangun oleh sepasang kekasih dengan pondasi kuat berupa kepercayaan tinggi, komunikasi yang lancar, dan tak lupa pemilihan pasangan yang tepat agar hubungan ini dapat berjalan semestinya. Karena tanpa adanya hal tersebut, LDR tidak akan berjalan lancar, mudah goyang, dan pada akhirnya runtuh,
Cara-cara ini sudah dilakukan oleh penguasa kita, mereka membangun kepercayaan dengan rayuan gombal, janji-janji palsu, mengatasnamakan kesejahteraan, mengatasnamakan keadilan, mengatasnamakan hukum, dan mengatasnamakan rakyat.
Komunikasipun dibangun dengan cara blusukan juga dibungkus secara apik menjadi istilah terjun langsung ke lapangan, seolah-olah kita dengan penguasa tidak ada jurang pemisah, seolah-olah kita sangat dekat dengan mereka. Sehingga kita beranggapan bahwa mereka adalah pilihan tepat untuk menjalin hubungan cinta dengan kita.
LDR memang kisah cinta yang rumit, terkadang sepasang kekasih menurun tingkat kepercayaannya dan juga berdampak putus yang tak lain disebabkan rasa takut sebuah perselingkuhan, tak kuat menahan hasrat ingin bertemu, dan lelah dengan ketidakpastian sebuah jarak yang jauh.
Bagi kita LDR adalah kisah cinta yang nikmat, walaupun kepercayaan kita dengan penguasa menurun, kita bisa mengatasi itu dan terus melanjutkan hubungan ini. Penguasa berselingkuh dengan modal itu sudah biasa, kita juga terus melanjutkan hubungan ini.
Dalam menjalani LDR, pada intinya haruslah mempunyai sikap. Apabila pasanganmu memang sudah melanggar kesepakatan yang telah dibuat, apalagi berulang-ulang kesepakatan itu dilanggar, jangan ragu katakan putus. Daripada harus merasakan kekecewaan dan sakit hati pilihlah pasangan yang baru, dan tak harus menjalankan LDR. Ingatlah lagu dari Meggy Z, daripada sakit hati, lebih baik sakit gigi.
Tapi kisah cinta hubungan jarak jauh kita dengan penguasa tidaklah sama, tak seharusnya kita menjalankan LDR dengan mereka, karena tak seharusnya ada jarak diantara kita dengan mereka. Kita adalah manusia, bukan cinta monyet mereka. Dan kita bukanlah mesin mekanik, yang bisa seenaknya mereka kendalikan.
Perlu diingat, LDR yang kita jalani dengan penguasa ini bukanlah timbul begitu saja, hubungan LDR ini ada karena memang sengaja diadakan agar mereka bisa langgeng berkuasa dan membuat hidup kita seolah tidak terjadi apapun.
Masih haruskah kita menjalankan LDR dengan mereka ?
Relakah kita LDR ini dirasakan oleh anak cucu kita nanti ?
Ingatlah perkataan Wiji Thukul (yang direfleksikan dari masalah ini).
“Jika kita terus menjalankan hubungan LDR dengan mereka, kita memperpanjang barisan perbudakan ! Maka hanya satu kata: Putus !” Anjir