Tragedi kapal sapi Jokowi dan banjir Jakarta

Tragedi kapal sapi Jokowi dan banjir Jakarta

Rupanya permasalah pasokan sapi di Pulau Jawa tidak sesederhana pikiran Jokowi. Para peternak di NTT lebih memilih untuk menjual sapinya ke Pulau Kalimantan dibandingkan ke Pulau Jawa.


Melihat tingginya harga sapi di Pulau Jawa, Jokowi berusaha mencari cara untuk menurunkannya. Dalam hati sang Presiden, merasa mendapatkan cara untuk mengatasinya.

Jokowi, melihat populasi sapi di Nusa Tenggara Timur (NTT) cukup tinggi dan di sana harga sapi jauh lebih murah dibandingkan di Pulau Jawa. Dia berpikir bahwa sulitnya sapi dari NTT dipasok ke Pulau Jawa hanya karena tidak adanya kapal pengangkut.

Merasa mudah menemukan solusi, Jokowi membuat kapal khusus untuk mengangkut sapi dari NTT ke Jakarta. Kapal tersebut dinamakan KM Camara Nusantara I dan diresmikan pada tanggal 11 Desember 2015.

Tapi apa daya, pada pengangkutan kedua kapal berkapasitas 500 ekor sapi tersebut tidak membawa satu ekor sapi pun. Sangat ironis bukan ?

Rupanya permasalah pasokan sapi di Pulau Jawa tidak sesederhana pikiran Jokowi. Para peternak di NTT lebih memilih untuk menjual sapinya ke Pulau Kalimantan dibandingkan ke Pulau Jawa. Karena harga jual sapi ke Pulau Kalimantan lebih mahal dibandingkan ke Pulau Jawa.

Selain itu, sapi di NTT berada di tangan milik masyarakat bukan perusahaan peternak sapi. Akibatnya, pasokan dari penjual tidal ada kepastian, karena motivasi masyarakat memelihara sapi tidak hanya untuk bisnis.

Gagalnya solusi Jokowi mengatasi persoalan pasokan sapi ke Pulau Jawa semakin menunjukan bahwa dia sering kali menyederhanakan masalah. Permasalahan hanya dilihat dari satu aspek saja, tidak menyeluruh.

Sebelumnya sudah berapa kali program Jokowi terbukti tidak berjalan. Seperti, sewaktu dia berkampanye untuk menjadi Gubernur DKI dia menghentak rakyat Indonesia dengan mobil nasional bermerek Esemka. Sekarang tidak jelas kelanjutan program mobil nasional tersebut.

Ketika dia menjadi Gubernur DKI untuk mengatasi banjir Jokowi pernah mempunyai ide untuk membuat program deep tunel dan sodetan Kali Ciliwung-Cisadane.

Untungnya, program tersebut urung dilaksanakan, karena program deep tunel tidak mungkin berhasil mengingat kontur tanah di Jakarta mudah longsor. Sedangkan sodetan Kali Cisadane-Cisadane tidak akan sukses sebab sedimentasi Kali Cisadane sudah sangat parah.

Jokowi seharusnya sadar dia mempunyai kekurangan dalam membuat rencana. Sehingga ketika membuat rencana sebaiknya dia lebih banyak meminta masukan dari berbagai pihak, tidak hanya orang-orang disekelilingnya.

Memang hal itu akan membuat keputusan menjadi lebih lama. Tapi ketika keputusan tersebut dibuat, hasilnya lebih matang.

Kalau untuk mengeksekusi rencana Jokowi memang jempolan. Keberaniannya sejauh ini sudah cukup teruji, bahkan untuk mengeksekusi Bandar Narkoba berwarga negara asing saja dia berani.

Sayangnya, untuk menjadi pemimpin yang baik, keberanian untuk mengeksekusi rencana saja tidak cukup. [bt] fd] [ir]
*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda