Proyek kereta cepat yang telah diresmikan pemerintah beberapa waktu lalu ternyata akan menghasilkan utang yang luar biasa. Tidak hanya itu, utang yang akan ditanggung pemerintah tersebut juga akan berlangsung cukup lama.
Utang itu diprediksi akan memakan waktu cukup lama. Dan jika dihitung dari investasi awal, maka itu artinya pemerintahan Indonesia akan menanggung beban utang tiga kali lipat, yang jumlahnya sebesar Rp. 225 triliun.
“Proyek kereta cepat ini akan meciptakan jerat utang dan ketergantungan jangka panjang Indonesia terhadap Cina. Proyek yang dialirkan ke Indonesia dalam bentuk utang/pinjaman kepada BUMN BUMN di Indonesia dengan investasi awal senilai 5,5 miliar dolar dengan usia kelayakan proyek selama 40 tahun.
Pada tingkat bunga 5 % dan kurs Rp. 13.800/USD, maka rakyat Indonesia/para penumpang kereta cepat akan membayar dalam jangka panjang dalam bentuk bunga senilai Rp. 180 triliun, dan pengembalian pokok utang senilai 75 triliun.
Secara keseluruhan rakyat Indonesia akan membayar kepada China senilai Rp. 255 triliun,” demikian kata Salamuddin Daeng dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI).
Karena itu, Daeng melihat bahwa proyek yang memakan dana sebesar Rp. 75 triliun ini tidak akan sama sekali berpengaruh terhadap perekonominan Indonesia ke depannya. Akan tetapi hasil dari proyek ini hanya akan menciptakan keuntungan di satu pihak saja, yakni Cina.
“Proyek ini sama sekali tidak memberikan keuntungan langsung maupun tidak langsung kepada Industri nasional, keuangan nasional dan kesejahteraan rakyat. Justru sebaliknya proyek ini akan menciptakan ketergantungan dalam jangka panjang Indoesia kepada China.” [vo]