Ritual adat Jawa yang dianggap klenik oleh sebagian masyarakat

Ritual adat Jawa yang dianggap klenik oleh sebagian masyarakat

Terlepas dari polemik klenik atau bukan, artikel ini bukan membahas sisi agama akan tetapi ragam budayanya.


Banyak sekali tardisi-tradisi dari nenek moyang orang Jawa yang diungkapakan dalam bentuk ritual, bagi sebagian orang terutama muslim, beberapa tradisi ini mungkin dianggap klenik. Terlepas dari polemik klenik atau bukan, tapi kenyataanya masih banyak yang melakukannya hingga abad ruang angkasa, dan umat Islampun tidak sedikit yang melaksanakannya. Artikel ini bukan membahas sisi agama akan tetapi ragam budayanya.


Tingkeban adalah salah satu tradisi masyarakat Jawa, upacara ini disebut juga mitoni berasal dari kata pitu yang arti nya tujuh. Upacara ini dilaksanakan pada usia kehamilan tujuh bulan dan pada kehamilan pertama kali. Upacara ini bermakna bahwa pendidikan bukan saja setelah dewasa akan tetapi semenjak benih tertanam di dalam rahim ibu.

Dalam upacara ini sang ibu yang sedang hamil dimandikan dengan air kembang setaman dan disertai doa yang bertujuan untuk memohon kepada Tuhan YME agar selalu diberikan rahmat dan berkah sehingga bayi yang akan dilahirkan selamat dan sehat.

Suasana menanam padi di daerah Prambanan Jogjakarta
In the Javanese and Balinese cultures revere rice as a goddess, goddess of rice, goddess of fertility, goddess of harvest, goddess of plenty, goddess of blessing, goddess of properity, goddess of luck and of course, goddess of food because rice is a staple food for the population of agricultural Java, Bali and most islands of Indonesia.

DEWI SRI DALAM PEMUJAAN MASYARAKAT JAWA

Di Indonesia, pemujaan terhadap kekuatan yang menimbulkan atau menguasai kesuburan sudah berlangsung sebelum datangnya pengaruh Hindu. Pemujaan tersebut berpangkal dari kepercayaan terhadap roh atau arwah nenek moyang.

Karena arwah nenek moyang dianggap mempunyai banyak pengalaman, maka di dalam kehidupannya arwah tersebut dilingkupi oleh kekuatan-kekuatan gaib. Dengan kekuatan gaib itulah arwah nenek moyang dapat melakukan segala perbuatan yang tidak dapat dilakukan oleh manusia. Itulah mengapa manusia memuja arwah nenek moyang.


Pemujaan ini dilakukan dengan harapan untuk mendapatkan kesejahteraan hidup, kesuburan dan kebahagiaan (JWM. Bakker, 1976:119-120).

Pemujaan terhadap kesuburan yang akhirnya menjadi salah satu bagian terpenting dalam kebudayaan agraris bermula dari ketidaktahuan tentang proses yang terjadi di alam ini. Manusia merasa heran dan takjub menyaksikan kelahiran, sedang mereka percaya bahwa apa yang ada di dunia ini semua dilahirkan.

*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda