Pribumi lambat namun pasti akan tereliminasi oleh warga Cina

Pribumi lambat namun pasti akan tereliminasi oleh warga Cina

Para pengusaha besar mendapatkan limpahan keringanan membayar pajak. Sementara kaum papa harus bersaing dan berebut untuk memberi makan keluarganya


Kapilatlis domestik di negeri kita ini, kini didominasi oleh warga etnis Cina, merekalah yang mengendalikan Perputaran roda ekonomi.

Dan adalah sebuah realitas bahwa akumulasi kapital dari para kapiltalis itu kini melalui pendekatan politik, yang tak mengindahkan moral.

Dengan demikian, bahaya selanjutnya, bila para kapiltalis itu sudah menjadi bagian dari operasi kapitalis yang datang dari RRC, maka suara gerakannya nyaris tak terdengar. Namun, pada gilirannya kemudian, tak terasa oleh kita semua, tiba tiba negeri kita ini pun sudah jatuh menjadi wilayah jajahan.

Ekonom kebijakan publik Universitas Cambridge, Prof Ha-Joon Chang, pernah menyatakan dengan tegas, bahwa doktrin trickle down effect selalu dijejalkan oleh kekuatan neolib.

Padahal, doktrin tersebut hanya akan menciptakan sosialis bagi golongan kaya dan free fight capitalism bagi kaum miskin. Para pengusaha besar mendapatkan limpahan keringanan kewajiban membayar pajak. Sementara kaum papa harus bersaing dan berebut hajat hidup di antara mereka untuk memberi makan keluarganya. Itulah yang terjadi hari ini, saat ”Indonesia Merdeka” menyentuh angka 71.


Rayuan maut teknokratik neoliberal, seperti diutarakan jurnalis progresif sosial demokrat, Naomi Klein, dalam ”The Shock Doctrine : The Rise of Disaster Capitalism” (2007), dibisikkan kepada para petinggi negara pada saat-saat menentukan sekaligus paling membahayakan: turbulensi, era peralihan, zaman vivere pericoloso.

Akibat dari bisikan-bisikan kekuatan neolib tersebut, Indonesia kini tidak lagi dikendalikan pemerintah, namun dikendalikan pihak asing.

Bayangkan, korporasi asing menguasai 70% penguasaan minyak dan gas, pertambangan batubara, bauksit, nikel dan timah mencapai 75%, serta tembaga dan emas 85%. Artinya, naik-turunnya lifting migas bergantung pada budi baik pihak asing yang mengontrol sektor hulu migas.

Cadangan SDA kita makin lama kian tergerus. Indonesia tinggal memiliki cadangan batubara 20 miliar ton atau hanya 2,63% cadangan dunia. Sementara ekspor batubara kita setiap tahun mencapai 309 juta ton. Cadangan nikel yang masih tersisa 1,028 miliar ton, tembaga 3,044 miliar ton, bijih besi 173,810 juta ton, dan bauksit 302,316 juta ton (Badan Geologi, 2012).

Mantra umum kapitalisme adalah "orang bisa menjadi kaya jika mereka bekerja keras" ini sering menjadi suatu kesalahan dalam penerapan. Ada begitu banyak posisi di puncak. Namun Dalam rangka menjadikan uang yang utama, kadang seseorang harus menjatuhkan yang lain.

Dalam masyarakat di mana sumber daya tidak merata, dan yang kaya akan selalu bisa menguasai sumber daya lebih. Sambil sesekali si kaya memberikannya pada si miskin dalam acara amal yang dipublikasikan. Ada banyak yang terbuang dari si kaya, karena mereka mendapat lebih dari kebutuhannya, sementara si miskin tetap kekurangan.


Anti Sosial
Di bawah sistem kapitalis, motif keuntungan jauh lebih besar dari altruisme. Jika orang khawatir tentang apa yang ada di kantong mereka sendiri, mereka akan menghindari membantu sesama karena mereka berkonsentrasi untuk mencukupi / merawat diri mereka sendiri.

Orang - orang akan berfikir untuk memprioritaskan diri mereka sendiri di atas kebutuhan masyarakat, karena mereka berfikir jika mereka kekurangan, masyarakat tidak akan membantu mereka.

Tidak Demokratis
Jika dalam sebuah demokrasi, satu orang mempunyai satu suara, ini tidak terjadi dalam kapitalisme..
Suara rakyat kecil dengan jumlah banyak, opini publik dan bahkan idiologi bangsa tidak begitu berpengaruh untuk pemerintah kita hari ini.

Pemerintah akan cenderung mendengar pengusaha yang mempunyai bisnis besar yang teah mendanani kampanye mereka.

Atau bahkan pemerintah akan merangkul dan bermanis - manis ria dengan media mainstream, karena berita manis dari media-media ini yang akan mempengaruhi bahkan menghipnotis opini publik.

Miris to broer ?!
*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda