Beratnya mendongkrak cagub DKI Sandiaga Uno yang elektabilitas rendah

Beratnya mendongkrak cagub DKI Sandiaga Uno yang elektabilitas rendah

Terobsesi kemengan Jokwi-Ahok saat pilgub melawan Foke 2012 lalu, maka kini Gerindra mencoba untuk mengangkat Sandiaga Uno yang elektabititasnya amat rendah untuk bertandaing melawan Ahok yang jauh lebih unggul darinya


Upaya kader Partai Gerindra Sandiaga Uno untuk mendulang dukungan yang besar dalam pemilihan kepala daerah DKI Jakarta sangat gencar dilakukan. Selain kerap menggelar safari politik dengan turun ke lapisan masyarakat bawah untuk membidik simpati, Sandiaga juga getol menggelar pertemuan dengan kalangan partai politik.

Paling terbaru, anak buah Prabowo Subianto itu menggelar deklarasi bersama Dewan Pimpinan Wilayah PKB DKI Jakarta, Kamis (25/8). Pekan sebelumnya, Sandiaga menggalang dukungan dari Persatuan Tionghoa Indonesia Raya di Jakarta Barat. Dalam sebulan, rata-rata Sandiaga melancarkan gerakan politik lebih dari tiga kali, termasuk mengunjungi perkampungan dan pasar-pasar tradisional.

Langkah konkret untuk mendongkrak popularitas dan mengerek elektabilitas benar-benar dimanfaatkan Sandiaga secara maksimal mengingat singkatnya waktu dan rendahnya tingkat keterpilihan Sandiaga dalama sejumlah survei. Setelah dipilih secara resmi sebagai bakal calon gubernur dari Gerindra melalui Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) pada akhir Juli lalu, Sandiaga mengemban tugas yang berat.

Prabowo yang memberikan amanat khusus kepada Sandiaga untuk maju dalam kontestasi Pilkada DKI Jakarta 2017, sangat mengharapkan salah satu kader terbaiknya itu bisa memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin.

Wakil Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Aryo Djojohadikusumo mengingatkan bahwa Sandiaga harus bisa melakukan sosialisasi secara maksimal ke seluruh lapisan masyarakat ibu kota sebelum masa pendaftaran dibuka pada 20 September mendatang.

Tak ada pilihan lain, Sandiaga memang harus totalitas berjuang agar bisa lebih populer di mata publik khususnya lapisan bawah yang belum mengenal sosok pengusaha muda itu. Berdasarkan hasil survei terakhir yang dirilis oleh Manilka Research and Consulting pada pertengahan Juni lalu, elektabilitas Sandiaga memang jeblok.

Dari hasil survei dengan 400 responden itu, elektabilitas Sandiaga cuma sebesar 2,5 persen. Angka itu sangat jauh di bawah petahanan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang mendulang elektabilitas 49,3 persen.

Melihat kenyataan tersebut, Sandiaga meresponsnya dengan positif dengan menjadikan hal tersebut sebagai tantangan. Bagi Sandiaga hasil survei itu sebagai cambuk buat agar dirinya bekerja lebih keras lagi.

Sekitar 1,5 bulan berselang dari hasil survei tersebut, tingkat keterpilihan Sandiaga juga masih memprihatinkan. Dalam survei terakhir yang digelar Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia (LPP UI) pada awal Agustus lalu, nama Sandiaga tetap bercokol berada di papan bawah. Lebih memprihatinkan lagi, nama Sandiaga tak direkomendasikan untuk diusung menjadi calon Gubernur Jakarta.

Merespons realita hasil survei-survei yang tak “memihak” pada Sandiaga, Gerindra tak berkecil hati. Lebih dari itu, partai yang dikomandoi Prabowo itu tetap optimistis, termasuk bila tidak bisanya Sandiaga disandingkan dengan calon dari PDI Perjuangan. Aryo Djojohadi bahkan sesumbar Sandiaga dapat melenggang mulus dan bersaing secara kompetitif dengan calon lainnya.

Optimisme elite Gerindra itu didasarkan pada realitas politik pada ajang pemilihan gubernur 2012. Saat itu pasangan Jokowi-Ahok yang hanya diusung oleh dua partai sukses menaklukan incumbent Fauzi Bowo yang didukung oleh lebih banyak partai.

Lantas dapatkah Sandiaga menjungkirbalikkan hasil lembaga-lembaga survei dan secara nyata meraup dukungan yang besar dari masyarakat Jakarta?

Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Syamsuddin Haris, memandang cukup berat langkah Sandiaga untuk bisa mengalahkan Ahok yang begitu sangat populer dan memiliki elektabilitas yang tinggi, baik secara hasil survei maupun secara riil.

Dalam mengukur peluang penantang Ahok, menurut Syamsuddin, Sandiaga kalah jauh dalam segalanya. Bila mendasarkan pada hasil survei, selalu menempatkan Sandiaga berada jauh posisinya di bawah Ahok.

Peneliti senior pada Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI itu menyebutkan bahwa lawan Ahok yang sepadan adalah Risma atau Ridwan Kamil. “Masih berat kalau Sandiaga.”

Artinya, kans Sandiaga untuk bisa memenangkan pertarungan sangat tak mudah sekalipun Gerindra mendapat sokongan suara dari PKB atau PKS. Adanya upaya untuk menyandingkan Sandiaga dengan sejumlah nama populer semisal Yusril Ihza Mahendra agar terdongkrak, dinilai Syamsuddin juga tetap berat.

Bisakah Sandiaga mengulang mencetak sejarah kesuksesan pilkada Jakarta 2012 melawan incumbent dengan waktu yang singkat dan popularitas serta elektabilitas yang jeblok? (obs/agk)

*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda