Pada perombakan kabinet atau reshuffle jilid II, Jokowi sukses mengenyahkan menteri-menteri yang tidak mendukungnya.
Ekonom dari Universitas Indonesia (UI), Faisal Basri meyakini hal itu, dengan mengacu pada dicopotnya Sudirman Said dan Rizal Ramli dari kabinet.
Sudirman Said sebelumnya adalah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), yang setuju dengan konsep lepas pantai atau off shore, pada proyek blok Masela. Presiden akhirnya memutuskan blok tersebut dieksplorasi di darat atau on shore. Dalam reshuffle pekan lalu, Sudirman Said akhirnya dicopot.
Digantikan engan Archandra Taher, yang sebelumnya bekerja di perusahaan yang melakukan kajian on shore di blok Masela.
"Pak Sudirman Said kan (setuju) off shore, nah dipilih teman-teman yang setuju on shore," ujar Faisal Basri kepada wartawan, usai ia menghadiri diskusi di Veteran Cafe, Jakarta Pusat, Senin (1/8/2016).
Selain Sudirman Said, dalam reshuffle jilid II Menteri Perhubungan Ignasius Jonan juga dicopot, digantikan oleh Budi Karya.
Jonan sebelumnya juga pernah berselisih dengan Presiden, termasuk soal peresmian terminal 3 Bandara Sukarno-Hatta.
"Misalnya pak Jonan memperlamat (pengoperasian) terminal tiga, dengan alasan mengada-ada, seperti dari tower (red: menara) taxi way (red: jalan untuk pesawat) harus terlihat," katanya.
Jonan juga sempat berselisih dengan presiden, atas proyek kereta cepat Jakarta - Bandung.
Dalam peresmian proyek kereta cepat pada Januari lalu di Walini, Jawa Barat, Jonan tidak hadir. Padahal peresmian itu dihadiri oleh Presiden Joko Widodo.
Saat presiden meresmikan proyek tersebut, kementerian yang dipimpin Jonan saat itu, belum mengeluarkan izin konsesi terkait penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum saat ini masih dalam pembahasan.
"Jadi yang tidak setuju diganti, jadi akan lebih lancar keinginan pak Jokowi, tapi belum tentu benar kan," katanya. (tribune)