Mochtar Riady (Lie Mo Tie) yang lahir di Malang, Jawa Timur 12 Mei 1929 adalah pendiri Lippo Group, sebuah grup yang memiliki lebih dari 50 anak perusahaan. Jumlah seluruh karyawannya diperkirakan lebih dari 50 ribu orang.
Aktivitas perusahaannya tidak hanya di Indonesia, tetapi juga hadir di kawasan Asia Pasifik, terutama di Hong Kong, Guang Zhou, Fujian, dan Shanghai. (wikipedia)
Sekitar akhir tahun 1999 atau awal tahun 2000, diadakan rapat orang-orang Tionghoa di Universitas Atmajaya, kawasan Semanggi Jakarta. Diprakarsai oleh Mochtar Riady dan anaknya, James Riady.
Inti dari rapat tersebut adalah bahwa penduduk di China daratan sudah mencapai hampir dua milyar orang. Dan membutuhkan suatu negara untuk dijadikan kolonisasi (mirip jajahan). Salah satu pilihannya adalah negara Indonesia. Karena Indonesia termasuk luas wilayahnya, subur, kaya, dan rakyatnya relatif gampang dibodohi
Strateginya adalah dengan cara sebagai berikut:
1. Membuat kompleks perumahan sepanjang bibir pantai laut Jawa.
Fungsinya supaya mudah menyelundupkan barang, dan yang paling penting adalah menyelundupkan orang dari China daratan melalui laut. Langsung ke bawah kolong rumah-rumah mereka yang berada di bibir pantai. Rumah-rumah tersebut juga berguna sebagai basis pertahanan, bila terjadi kerusuhan nanti. Mereka bisa langsung melarikan diri ke laut dengan speed boat yang stand by di kolong rumahnya. Perhatikan dan lihatlah bentuk perumahan di Pluit, Pantai Indah Kapuk, Pantai Mutiara, Ancol.
2. Merubah UUD 1945, terutama pasal tentang Presiden harus Pribumi Asli, diganti.
Cukup hanya dengan syarat bahwa yang penting Presiden harus berkewarganegaraan Indonesia.Tidak harus Pribumi Asli. Maka orang keturunan Tionghoa atau keturunan China bisa berpeluang menjadi Presiden di Indonesia. Memasuki tahun 2000-an, kita sering melihat di mall-mall banyak sekali counter berukuran 2×2 m2 dijaga oleh 5-6 orang China.
Yang bisa berbahasa Indonesia hanya 1 orang saja. Sisanya sedang belajar bahasa Indonesia, sambil menyesuaikan diri dengan lingkungan. Kini setelah jokowi jadi presiden dan Ahok menjadi gubernur DKI, mereka tidak ragu-ragu lagi. Dan tidak malu-malu lagi untuk menawarkan barang dagangan mereka, langsung dengan menggunakan bahasa China.
Jadi sebenarnya Jokowi itu siapa, bagi orang China? Pasal tentang syarat menjadi Presiden Indonesia di UUD 1945 sebenarnya telah mengalami amandemen (perubahan) pada tahun 2002. Jadi, presiden RI nanti tidak harus suku pribumi Indonesia asli.
Perlu diingat, bahwa koloni keturunan China telah berhasil merampas Singapura menjadi kolonisasi mereka. Dan menjadikan suku asli di Singapura, yaitu suku Melayu, sebagai warga kelas 2. Dan perlu diingat juga, di tahun 1969-1970 etnis keturunan China pernah membuat kerusuhan di Malaysia. Melakukan pembantaian terhadap orang-orang keturunan Melayu di Malaysia. Mereka ingin menjadikan Malaysia sebagai Singapura ke-2.
https://id.wikipedia.org/wiki/Insiden_13_Mei
Kerusuhan etnis China di Malaysia berhasil dipadamkan. Perdana Menteri Malaysia meminta bantuan kepada Presiden Soeharto untuk memadamkan pemberontakan etnis China tersebut. Presiden Soeharto mengirim seseorang bernama Pitut Suharto, ahli intelijen. Untuk bersama-sama tentara Malaysia mengakhiri pemberontakan etnis China di Malaysia.
Pernah juga pada suatu hari menjelang Idul Fitri 2015. Terjadi kerusuhan antara etnis Melayu dan etnis China di sebuah mall di Malaysia.
http://global.liputan6.com/read/2272474/kerusuhan-di-mal-ternama-malaysia-19-ditangkap
Sejumlah pihak khawatir kerusuhan dilandasi sentimen ras yang merupakan masalah peka di Malaysia. Hal ini tidak banyak dipublikasikan oleh media massa Malaysia, yang memang dikuasai oleh konglomerat China.
Kini di Indonesia, tinggal selangkah lagi JABODETABEK di-Singapura-kan.
a) Merancang JABODETABEK menjadi megapolitan. Dengan bantuan 5 pengembang besar:
Agung Sedayu, Agung Podomoro, Summarecon, Lippo Group, dan Sinarmas,
mereka membangun apartemen, rusunami, dan rusunawa. Memang harga dan ongkos sewanya murah, namun biaya maintenance-nya tinggi.
Biaya hidup juga tinggi. Sehingga orang pribumi tidak bisa hidup di JABODETABEK megapolitan. Kemudian apartemen rusunami dan rusunawa diisi oleh orang-orang Tionghoa. Tinggallah orang pribumi jadi babu, satpam, OB, dan supir. Semua bukti menyatakan kebenaran pernyataan ini.
Apalagi setelah Ahok merencanakan penggusuran 130 titik pemukiman pribumi di DKI Jakarta. Dan berniat belajar pada Singapura bagaimana cara membangun kota. Program ini juga dimuluskan oleh Jokowi dengan langkah-langkah nyata yang lebih besar.
b) Memiskinkan rakyat Indonesia dengan berbagai cara.
Terutama deregulasi serta memudahkan persyaratan untuk membuat pasar-pasar modern. Pasar-pasar tradisional hancur berantakan dan pribumi mati kelaparan.
c) Bekerja sama dengan pemerintah China dalam segala bidang, dan menggantikan peran Amerika di Indonesia selama ini.
Menjual atau menggadaikan aset-aset nasional Indonesia yang vital kepada pihak China.
d. Memasukkan buruh-buruh China berbadan kekar, karena mereka adalah tentara China.
Keadaan ini mirip saat Jepang akan menyerbu Indonesia. Mereka terlebih dulu memasukkan orang Jepang ke Indonesia, yang kelak bertugas untuk menyambut dari dalam, saat terjadi ekspansi.
e) Membiarkan kapal Induk Republik China bersandar di Natuna melalui laut China Selatan, yang berniat mencaplok Kepulauan Natuna.
Dengan cara mengklaim bahwa kepulauan tersebut milik China.
f) Jokowi secara sengaja membuat ekonomi dan politik Indonesia carut marut.
Untuk membuat pribumi semakin hancur berantakan, banyak pengangguran, dan jumlah orang miskin semakin besar. Orang semacam Ahok bukanlah tanpa sengaja untuk membuat kebijakan serta bertingkah laku yang memuakkan. Karena dia ingin memancing amarah pribumi, agar rencananya segera terlaksana. Sekarang terserah bangsa ini maunya apa?! Melawan atau membiarkan angkara murka merajalela? (*MC)
Sumber: (chirpstory)
“Indonesia Dalam Bahaya Besar: Rencana Keluarga Mochtar Riady & Kelompoknya” by @GheMax