Pembacokan pakar IT-ITB kebetulan atau direncanakan ?

Pembacokan pakar IT-ITB kebetulan atau direncanakan ?

Teman dekat Hermansyah, Ichsanuddin Noorsy berpendapat penyerangan di jalan tol itu berlangsung dengan rencana.


Teman dekat Hermansyah, Ichsanuddin Noorsy, berpendapat (setelah berbincang dengan keluarga korban) bahwa penyerangan di jalan tol itu berlangsung dengan rencana.

Baik dugaan awal maupun keyakinan Ichsanuddin Noorsy tentang adanya rencana, sangat menarik untuk memulai penelusuran logika insiden itu. Untuk mencari jawaban apakah pengeroyokan terjadi secara kebetulan atau terencana.

Mari kita “ikut duduk” di dalam mobil Hermansyah (HS) mengikuti kronologi yang dijelaskan oleh Kapolresta Depok, Kombes Herry Heryawan.

Sekitar jam 03.30, Minggu, 9 Juli 2017, Hermansyah keluar rumah dengan mobil Avanza. Adik Hermansyah berada di depan dengan mobil sendiri. Sekitar pukul 04.00 masuk tol Jagorawi menuju Depok.

Tiba-tiba mobil adik HS dipepet oleh sebuah sedan. HS ingin menolong adiknya. Dia mengejar mobil yang memepet mobil adiknya itu. Tetapi, dari arah belakang ada mobil (Honda Jazz) yang memepet mobil HS. Pengendara mobil Jazz ini menyuruh HS berhenti dan keluar dari mobil. HS dikeroyok dan salah seorang pelaku menyerang dengan sajam (senjata tajam). HS mengalami luka berat.

Apakah insiden ini terjadi secara kebetulan? Mungkin saja. Tetapi, dengan melihat fakta HS sebagai saksi ahli yang mengatakan chat mesum HRS adalah palsu, dan tentunya ada pihak yang tak berkenan dengan kesaksian itu, maka “ke-kebetulan” (keaksidentalan) peristiwa ini menjadi 1:100,000.

Banyak pertanyaan yang perlu dijawab. Kok bisa adik HS “kebetulan” terlibat kejar-kejaran dengan sebuah mobil sedan, kemudian adik Hermansyah dibiarkan lolos? Kok bisa “kebetulan” ada mobil Jazz yang berposisi di belakang Hermansyah dan “kebetulan” pula salah seorang penumpang Jazz atau penumpang sedan yang satu lagi sedang membawa senjata tajam?

Kok bisa mobil yang di belakang Hermansyah “kebetulan” terpisah dari mobil pelaku yang memepet mobil adik Hermansyah? Sehingga, “kebetulan” saja mobil Hermansyah terapit oleh kedua mobil pelaku penyerangan?

Kok kedua mobil pelaku tidak mengejar adik Hermansyah padahal awal peristiwa ini adalah pemepetan mobil adik Hermansyah? Kenapa kemudian Hermansyah yang dijadikan sasaran utama?

Kok para penumpang yang memepet Hermansyah itu langsung menyerang Hermansyah, tidak bertengkar lebih dulu kemudian meminta ganti rugi kalau ada kerusakan pada mobil mereka? Kalau Hermansyah tidak mau bayar ganti rugi, barulah “logis” melakukan tindak kekerasan.

Kalau misalnya para pelaku merasa Hermansyah harus bayar ganti rugi, kenapa mereka tidak langsung saja mencari dompet Hermansyah?

Kalau kemudian merasa tidak cukup uang di dompet Hermansyah, bukankah ada cara lain untuk membalas kerusakan mobil pelaku? Misalnya, pelaku bisa memecahkan kaca mobil Hermansyah atau memukul badan mobil beliau supaya tercapai skor sama-sama rusak.

Dalam banyak kasus “road rage” (marah di jalan), yang umumnya terjadi adalah pertengkaran tentang siapa yang salah. Kalaupun berujung dengan kekerasan, biasanya terjadi perkelahian tangan kosong. “Bolehlah” Hermansyah dihajar sampai bengkak-bengkak, tidak sampai mengancam nyawanya.

Dari penjelasan keluarga Hermansyah, para pelaku tidak mempersoalkan siapa yang salah dalam pristiwa pepetan itu. Mereka langsung menyerang dengan senjata tajam, dan ada kesan HS ditargetkan “finished”.



Kemudian dari cerita yang lain..

Salah seorang Alumni ITB bernama Teuku Gandawan mengharapkan kepada aparat kepolisian untuk menangani kasus pembancokan yang dialami Pakar IT Hermansyah.

Teuku mengungkapkan bahwa di titik lokasi pembacokan Hermansyah terdapat tiang CCTV dan banyak CCTV lainya di ruas jalan tol Jagorawi.

“Polri harus berupaya dengan sungguh-sungguh untuk menangkap para pelaku. Di titik lokasi kejadian ada tiang CCTV. Dan ada banyak kamera CCTV lainnya di ruas jalan tol terkait” jelas Teuku melalui akun Facebook pribadinya, ahad(9/7/2017).

Menurut Teuku waktu saat terjadinya pembacokan terhadap Hermansyah kondisi jalan tol Jagorawi dalam keadaan sepi, seharusnya pihak kepolisian akan lebih mudah melakukan investigasi.

“Waktu kejadian sangat terbatas dan jumlah kendaraan beredar juga tidak banyak. Harusnya bukan perkara rumit untuk segera mengidentifikasi para pelaku” papar Teuku.

Istri Hermansyah Cerita, Begini Kronologis Lengkap Pembacokan Suaminya

Peristiwa itu sendiri dialaminya pada Minggu (7/9/2017) dini hari sekitar pukul 04.30 WIB di depan istrinya, Irina.

Irina mengatakan, penyerangan itu terjadi saat mereka dari Cijantung, Jakarta Timur hendak pulang ke Depok.


Di tengah jalan, mereka dikagetkan dengan dua mobil yang ngebut dan ugal-ugalan.

Selanjutnya, pengendara tersebut meminta mobil Avanza putih nopol B 1086 ZFT yang ditumpangi oleh mereka berdua.

Saat memutuskan berhenti, suaminya yang membuka kaca pintu mobil langsung dipukuli oleh lima orang laki-laki.

“Posisi jalan saat itu sepi. Saya tidak bisa lihat wajah mereka (para pelaku)”

Akibatnya, suaminya berdarah-darah dan mengalami banyak luka. Seteleh sempat membilas darah suaminya yang mengucur deras, Irina langsung tancap gas ke RS Hermina Depok untuk menyelamatkan nyawanya.

“Saya hanya ingat RS ini saja. Makanya saya bawa kesini. Ada luka tusuk di leher, kepala dan tangan kiri,” ungkap perempuan asal Ukraina itu.

Dari berbagai sumber internet
*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda