Alhamdulilah ala kulli haal, tidak ada yang sia-sia dalam dakwah. Posting sebelumnya, sebagaimana yang saya duga, memang akhirnya dihapus. Tak ada apapun selain foto, 120.000 lebih likes, tetap saja dihapus
Yang dimaksud adalah foto saya bersama seorang Habib yang sekarang namanya tidak boleh disebut di sosial media. Bedanya, bila Voldemort tabi disebut namanya sebab kengerian, Habib satu ini dicintai ummat Muslim Indonesia.
Apa pelajarannya? Inilah bukti bahwa program "Deradikalisasi yang dijalankan penguasa, sebenarnya program De-Islamisasi. Sebab bagi rezim saat ini, ulama lebih berbahaya bahkan dari gerakan separatis yang hanya dilabel sebagai kelompok kriminal bersenjata"
Mengapa? Sebab ulama-ulama yang ikhlas ini tampil untuk mendakwahkan Islam secara menyeluruh, membuat ummat merindu pada syariah Allah. menjadikan ummat hanya taat pada Kitabullah dan Sunnah
Ulama-ulama yang dilabeli radikal ini tak mampu dibeli maka mereka lalu dikriminalisasi, tak mampu dibujuk harta maka dipenjara, tak mau menukar aqidah dengan harta asing aseng, maka dijatuhkan marwahnya.
Sebab ada agenda besar yang dijalankan oleh penguasa saat ini, yakni membuat negara yang netral dari agama, negara sekuler. Negara yang tak lagi tunduk pada Allah, tapi yang mendewakan nafsu, atas nama toleransi dan keberagaman.
Tengok saja, entah berapa kali orang-orang itu berusaha membuat ummat melupakan jasa ulama dan syuhada yang telah berjuang mempertahankan Nusantara dari rongrongan penjajah yang ingin mengambil harta, tanah, dan aqidah ummat
Inilah kita berada pada masanya. Masa dimana kebersamaan para ulama jadi ancaman, saat ummat yang merindu pada syariat dianggap makar, dimana hanya sekedar posting dakwah dianggap radikal
Kini ada keyword tertentu, wajah tertentu yang tak lagi boleh masuk dalam sosial media, pemberangusan media termasuk dalam program "deradikalisasi" itu. Tapi kita tak kan lelah, sebab dakwah perintah Allah, bukan perintah penguasa...(Felix Siauw)