Inilah Partai Politik Pendukung Penistaan Agama Islam yang perlu di ingat

Inilah Partai Politik Pendukung Penistaan Agama Islam yang perlu di ingat

PDIP, NasDem, Golkar dan Hanura tidak sedikitpun berempati kepada kaum muslimin yang kitab sucinya telah dicemooh dan dihina oleh Ahok.


Empat partai politik yakni PDIP, NasDem, Hanura dan Golkar menegaskan tetap mendukung Ahok-Djarot di Pilkada DKI Jakarta 2017.

Dukungan diberikan meski saat ini Ahok ditetapkan sebagai tersangka penistaan agama Islam oleh Bareskrim Polri. Dukungan diberikan usai rapat tertutup tim sukses Ahok-Djarot di Rumah Borobudur, Jalan Borobudur Nomor 18, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (16/11/2016) lalu.

Rapat tersebut diikuti perwakilan empat parpol, yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Golkar, Partai Hanura, dan Partai Nasdem.

Sekretaris Timses Ahok-Djarot, Ace Hasan Syazdily mengatakan alasan mereka tetap mendukung sang penista agama Islam lantaran partai politik pengusung yang terdiri dari empat parpol tetap kompak dan solid mendukung Ahok dan Djarot. Karena itu, tidak ada lagi keraguan dari semua parpol pendukung terkait status hukum Ahok yang telah ditetapkan sebagai tersangka.

Bareskrim Polri sebelumnya menetapkan Ahok sebagai tersangka penistaan agama Islam. Kondisi tersebut jelas membuat keempat parpol layak mendapat sanksi hukum lantaran terang-terangan mengangkangi Pancasila dan Kebhinekaan.

PDIP, NasDem, Golkar dan Hanura diduga tidak sedikitpun berempati kepada kaum muslimin Indonesia dan dunia, yang kitab sucinya telah dicemooh dan dihina oleh Ahok.

Namun celakanya umat Islam yang telah menggelar aksid damai 4/11/2016 lalu justru dituding oleh para buzzer dan pendukung Ahok sebagai kelompok radikalis, instoleransi, makar pemerintah dan tidak Berbhineka Tunggal Ika.

Ketua Dewan Pertimbangan MUI Prof Din Syamsuddin menyesalkan ucapan Ahok yang mengutip ayat Alquran yang tidak dia imani.

“Ucapan tersebut jelas dirasakan umat Islam sebagai penghinaan terhadap Islam, kitab suci Al-Qur’an dan ulama. Karena memasuki wilayah keyakinan pemeluk agama lain dengan memberikan penilaian dan pemahaman yang diberikan para ulama dan dengan memakai kata yang bersifat negatif, pejoratif dan mengandung kebencian,” sesalnya.

Ucapan tersebut, kata Din menunjukkan intoleransi dan rendahnya tenggang rasa terhadap keyakinan orang lain dan sangat potensial menciptakan kegaduhan sosial dan politik yang dapat mengarah kepada terganggunya stabilitas nasional. (wan)
*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda

No comments

Komentar anda sangat berguna untuk meningkatkan penulisan artikel