Petugas Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim menangkap Asyari Usman, wartawan senior tinggal di Medan, Sumatera Utara. Asyari ditangkap atas dugaan tindak pidana pencemaran nama baik dan fitnah yang dilaporkan Ketua Umum DPP PPP Muhammad Romahurmuziy (Romi).
Kepala Subdirektorat II Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Kombes Pol Asep Safrudin mengatakan, Asyari ditangkap Jumat (9/2/2018) pagi.
”Betul itu. Yang bersangkutan ditangkap atas dugaan tindak pidana pencemaran nama baik dan fitnah yang dilakukan dalam bentuk tulisan atau artikel,”kata Asep saat dikonfirmasi iNews.id, Jumat malam.
Dia menerangkan, dugaan tindak pidana itu berupa tulisan berjudul Dukung Djarot-Sitorus: Ketum PPP Menjadi 'Politisex Vendor'? yang tayang di portal berita teropongsenayan.com pada Kamis (11/1/2018).
Asep menjelaskan bahwa Asyari sedang dilakukan pemeriksaan saat ini. Namun dia menegaskan bahwa penangkapan dilakukan karena polisi telah mendapat cukup bukti bahwa Asyari telah melakukan perbuatannya didukung dengan bukti-bukti digital.
Informasi di kepolisian, Asyari berlamat di Jalan Kemiri III No. 25 RT/RW 001/- Medan Kota Siderejo II Medan, Sumatera Utara. Dia merupakan mantan wartawan senior BBC London.
Penangkapan terhadap Asyari berdasarkan laporan dari politisi PPP, yakni Romi, Arsul Sani dan Achmad Baedowi. Laporan itu diregister dengan No. LP/102/I/2018/Bareskrim tanggal 23 Januari 2017.
Menurut laporan itu, Asyari beberapa kali membuat suatu tulisan/ pemberitaan diportal berita online teropongsenayan yang berisi fitnah pencemaran nama baik korban.
Dalam penangkapan itu, polisi menyita sejumlah barang bukti antar lain sebuah laptop dan telepon genggam. Tersangka dijerat dengan pelanggaran Pasal 45 ayat (3) jo Pasal 27 (3) Undang-Undang No 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan transaksi Elektronik (ITE) dan atau Pasal 310 / 311 KUHP tentang Penghinaan/Pencemaran Nama Baik. (Zen Teguh)
Dukung Djarot-Sitorus: Ketum PPP Menjadi “Politisex Vendor”
Salah seorang kader senior PPP di Sumatera Utara mengekspresikan kekesalannya terhadap perlakuan diktator DPP PPP yang dipimpin oleh Muhammad Romahurmuziy (Romi) yang “membebekkan” diri kepada pasangan Djarot SH dan Sihar Sitorus dalam pilgub. Yuni Piliang ingin membakar baju hijau PPP karena jengkel terhadap Romi.
Mungkin Yuni tidak begitu paham dengan perubahan drastis yang berlangsung di PPP pusat. Dia, barangkali, masih menganggap Romi seperti dia yang masih “waras” ideologi. Yuni rupanya masih polos. Dia menyangka Romi belum berubah menjadi oportunis yang siap mempermalukan warga Ka’bah.
Yuni tidak tahu bahwa Romi sudah menjadi “politisex vendor”, sudah menjadi “penjaja seks politik”. Dia baru tahu profesi baru Romi di “power market” (pasar kekuasaan) Jakarta. Yuni mungkin tak begitu paham bahwa semenjak krisis moral yang melanda seluruh elemen bangsa, Romi pun ikut tertular epidemi itu.
Ketua Umum PPP kini menjadi langganan “Om-om Politik” yang menjanjikan macam-macam kepada “Dik Romi”.
Yuni tidak paham bahwa “Mbak Romi” mengalami kesulitan hidup yang luar biasa di Jakarta. Beliau harus pandai-pandai mencari nafkah di tengah gemerlap kekuasaan yang sangat menggoda. Mbak Romi harus membayar sewa rumah dan berbagai tagihan lainnya. Dia tak mampu lagi menolak tawaran dari Om-om Politik yang duitnya tak bernomor seri.
Mbak Romi kini bisa bergaya lenggak-lenggok dengan pakaian serba mahal, keluar masuk “Plaza Pilitik” tingkat tinggi, sambil disenggal-senggol Om-om Politik dengan hadiah serba mewah. Saat ini, Mbak Romi semakin tinggi harganya.
Apalagi di musim pilkada seperti sekarang. Sekali “main” di pilkada bisa sangat mantap. Warung Mbak Romi ada di semua provinsi dan kabupaten.
Di provinsi-provinsi penting, Om-om Politik menjanjikan hadiah yang sangat atraktif. Pokoknya, kehidupan Mbak Romi sudah berubah menjadi “jetset politik”. Gemerlapan politik menjadi panggung Mbak Romi.
Kasihan Yuni Piliang yang jauh tertinggal di belakang kemajuan drastis Mbak Romi. Disangka Yuni, Mbak Romi masih akan menghormati lambang Ka’bah ketika menjatuhkan pilihan di pilgub Sumut. Kasihan sekali!
Tapi, Yuni, rajinlah berdoa semoga perilaku Mbak Romi bisa berubah. Siapa tahu dia terpanggil untuk keluar dari dunia hitam politik dan tidak lagi menjadi “politisex vendor”.
Oleh Asyari Usman (Wartawan Senior)
Mungkin Yuni tidak begitu paham dengan perubahan drastis yang berlangsung di PPP pusat. Dia, barangkali, masih menganggap Romi seperti dia yang masih “waras” ideologi. Yuni rupanya masih polos. Dia menyangka Romi belum berubah menjadi oportunis yang siap mempermalukan warga Ka’bah.
Yuni tidak tahu bahwa Romi sudah menjadi “politisex vendor”, sudah menjadi “penjaja seks politik”. Dia baru tahu profesi baru Romi di “power market” (pasar kekuasaan) Jakarta. Yuni mungkin tak begitu paham bahwa semenjak krisis moral yang melanda seluruh elemen bangsa, Romi pun ikut tertular epidemi itu.
Ketua Umum PPP kini menjadi langganan “Om-om Politik” yang menjanjikan macam-macam kepada “Dik Romi”.
Yuni tidak paham bahwa “Mbak Romi” mengalami kesulitan hidup yang luar biasa di Jakarta. Beliau harus pandai-pandai mencari nafkah di tengah gemerlap kekuasaan yang sangat menggoda. Mbak Romi harus membayar sewa rumah dan berbagai tagihan lainnya. Dia tak mampu lagi menolak tawaran dari Om-om Politik yang duitnya tak bernomor seri.
Mbak Romi kini bisa bergaya lenggak-lenggok dengan pakaian serba mahal, keluar masuk “Plaza Pilitik” tingkat tinggi, sambil disenggal-senggol Om-om Politik dengan hadiah serba mewah. Saat ini, Mbak Romi semakin tinggi harganya.
Apalagi di musim pilkada seperti sekarang. Sekali “main” di pilkada bisa sangat mantap. Warung Mbak Romi ada di semua provinsi dan kabupaten.
Di provinsi-provinsi penting, Om-om Politik menjanjikan hadiah yang sangat atraktif. Pokoknya, kehidupan Mbak Romi sudah berubah menjadi “jetset politik”. Gemerlapan politik menjadi panggung Mbak Romi.
Kasihan Yuni Piliang yang jauh tertinggal di belakang kemajuan drastis Mbak Romi. Disangka Yuni, Mbak Romi masih akan menghormati lambang Ka’bah ketika menjatuhkan pilihan di pilgub Sumut. Kasihan sekali!
Tapi, Yuni, rajinlah berdoa semoga perilaku Mbak Romi bisa berubah. Siapa tahu dia terpanggil untuk keluar dari dunia hitam politik dan tidak lagi menjadi “politisex vendor”.
Oleh Asyari Usman (Wartawan Senior)