Lembaga konsultan politik PolMark Indonesia melakukan simulasi penantang Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pilpres 2019 di luar Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Hasilnya, nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mampu meraih potensi elektabilitas di atas 50 persen.
Survei dilakukan pada 13-25 November 2017 dengan melibatkan 2.600 responden dari seluruh provinsi di Indonesia. Metode yang digunakan, yaitu multistage random sampling dengan margin error lebih-kurang 1,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Setiap responden diwawancarai dengan metode tatap muka.
Direktur Eksekutif PolMark Indonesia Eep Saefullah Fatah mengatakan saat responden disodorkan nama pasangan calon presiden Gatot Nurmantyo dan Anies Baswedan, hasilnya 53,3 persen menyatakan akan memilihnya. Bila Anies yang menjadi presiden dan Gatot wakilnya, potensi elektabilitas ada di angka 50,4 persen.
Sedangkan, dia melanjutkan, bila Anies Baswedan disandingkan dengan Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), potensi elektabilitasnya mencapai 55,3 persen. Jika Gatot dipasangkan dengan AHY, duet ini diprediksi dipilih oleh 51 persen masyarakat.
Nama Gatot, Anies, dan AHY dalam survei PolMark Indonesia selalu mengekor elektabilitas Jokowi dan Prabowo meski masih rendah. Tercatat elektabilitas AHY (4,8 persen), Anies Baswedan (4,5 persen), dan Gatot Nurmantyo (2 persen).
Eep menjelaskan, munculnya kandidat alternatif masih terbuka lantaran jumlah pemilih loyal Jokowi dan Prabowo masih di bawah 50 persen. Jokowi memiliki elektabilitas 50,2 persen dengan pemilih loyal 30 persen dan Prabowo mempunyai tingkat keterpilihan 22 persen dengan pendukung loyal 9,9 persen.
"Ini mengindikasikan dua hal sekaligus: Jokowi belum ada dalam ‘zona aman keterpilihan’ dan pintu bagi kemungkinan munculnya kandidat alternatif masih terbuka," katanya dalam konferensi pers di SCBD Sudirman, Jakarta, Senin, 18 Desember 2017.
Wakil Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Andre Rosiade mengatakan partainya tetap menginginkan untuk mencalonkan Prabowo dalam pilpres 2019. Pasalnya, Prabowo masih dianggap tokoh yang berpotensi mengalahkan Jokowi.
"Nah, apakah ada tokoh lainnya? Sampai saat ini seluruh kader masih ingin Prabowo jadi capres. Ini berbanding lurus dengan hasil survei Prabowo tokoh yang paling berpotensi mengalahkan Jokowi," ujarnya.
Meski Prabowo akan berumur 67 tahun pada 2019, Andre menegaskan kondisi kesehatan Prabowo masih prima untuk bersaing dengan Jokowi sehingga tidak perlu mengusung tokoh lain. "Kalau dibikin lomba lari, saya yakin Prabowo bisa menang lawan Jokowi," tuturnya. (Tmp)