Di dunia ini beragam orang dengan karakter dan sifatnya masing-masing. Orang yang oportunis adalah Orang yang selalu mencari keuntungan bagi pribadinya dan menomor-duakan kepentingan yang lain, sekali pun itu kepentingan orang banyak.
Dalam istilah agama Islam, sikap seperti ini tergolong kepada sifat nifak. Rasulullah saw bersabda, "Ciri munafik itu ada tiga, yaitu jika berkata dia berdusta, jika berjanji dia menyalahi dan jika dipercaya dia khianat". (HR. Bukhari)
Mereka yang oportunis sering kali bersikap manis jika berhadapan dengan kepentingan dirinya dan sebaliknya jika tidak ada keuntungan bagi dirinya, dia bersikap ketus dan lalai. perilaku demikian bisa disebut dengan kedustaan, karena penampakan luarnya tidak sesuai ucapan-nya.
Ada kelompok-kelompok yang sangat sensitif pada isu agama, tak bosan mengampanyekan "jangan bawa agama", setali tiga uang dengan kampanye "no SARA". Biasanya dirangkai dengan jargon "Beragam", "NKRI harga mati" dan lainnya
Tambahannya, mereka juga kelompok yang sama dengan pendukung penista agama ketika terjadi kasus penistaan terhadap ayat Al-Maidah 51. Mereka teriak, "Jangan bawa agama dalam politik, memilih pemimpin jangan pakai agama, ini negara bukan negara agama, dan teriakan semisalnya
Lucunya, sekarang masanya pilkada, kelompok diatas yang paling anti agama tiba-tiba berpeci, bersarung, mendatangi pesantren dan Masjid. Ini ciri oportunis, melakukan apa saja yang perlu dilakukan demi syahwat kekuasaan
Ternyata yang bilang "Jangan bawa agama", tahu persis bahwa ummat Islam di Indonesia adalah kekuatan yang besar, pasar paling potensial. Maka mereka pun rela dipoles "Seolah beragama", walau penentangan dirinya terhadap agama begitu meluas.
Ada yang terkenal mengayomi ormas preman, kata-katanya tajam pada ulama, tiba-tiba berubah dicitrakan sebagai pemimpin yang amanah. Ada pula yang tiba-tiba rajin ke kajian setelah sebelumnya menuduh bahwa kajian Islam adalah sumber radikalisme dan mengkriminalisasi para penyeru agama Allah.
Saya mendoakan dalam hati, semoga mereka betul-betul tercelup hidayah. Semoga kepura-puraan itu menjadi hal nyata, mereka menjadi pembela-pembela Islam sebagaimana Umar bin Khaththab yang dulu ingin mrncederai Rasulullah
Tapi melihat kondisi dan fakta, agaknya masih jauh dari harapan. Tapi tak apa, bagi Muslim dakwah itu akan tetap berjalan. Dan justru ummat jadi tambah menyadari bahwa agama itu adalah inti kehidupan mereka
Sebab bagi Muslim, jangankan hidup, mati saja harus dengan agama. Jadi inilah hidupku, inilah matiku, semua hanya untuk Rabb yang mencipta diriku, dan hanya kepada-Nya aku dikembalikan
Es lilin dan Es kobar
Ada yang jualannya es legal, menawarkan makanan cuma untuk menghidupi keluarganya, pergi pagi pulang malam, tidak dibantu penguasa apalagi merugikan penguasa, tapi dia ditangkap. Alasannya karena membuat anak-anak ketagihan es lilin
Ada lagi yang jualannya narkoba, jelas-jelas merusak generasi muda, makan dari uang haram, bukan hitungan ratusan ribu omsetnya tapi ratusan milyar. Jelas-jelas merugikan negara, tapi karena penguasa jadi kawannya, dia bebas, namanya eskobar
Kejadian di negeri ini juga begitu, ramai-ramai menumpas hoax, tapi yang menentukan hoax atau tidak, juga sukanya bikin hoax. Bila hoax adalah penipuan atau pencitraan, dari dulu kita sudah kenyang dengan hal seperti itu
Penistaan agama, penghinaan pada ulama, bahkan ujaran kebencian pada Islam, semuanya tidak ada proses yang jelas, hilang begitu saja, tapi jika hal itu berkaitan dengan penguasa, pasal hoax berlapis siap menjerat
Ketika pejabat negara salah kata, tinggal diralat lalu meminta maaf, itupun bila menimbulkan gelombang protes. Tapi jika yang melakukan yang dianggap lawan politik, tak ada kasus pun bisa dikasuskan, tiba-tiba ada saja chat mesum
Kita sepakat hoax itu dilarang, tapi mother yes please (mbok ya o) adil dalam penerapannya, dan jangan seolah hoax itu dibebankan pada kaum Muslim, dengan melabeli Muslim Cyber Army sebagai penyebar hoax dan kepalsuan
Bahkan MCA itu adalah reaksi dari hoax yang disebarkan, atas penistaan terhadap agama Islam yang ramai di sosial media. Karenanya MCA tidak berbentuk organisasi yang punya ketua. Jadi janganlah disebarkan hoax seolah MCA itu organisasi
Janganlah disebarkan hoax bahwa bendera tauhid itu lambang ISIS atau radikalisme, janganlah menyebarkan hoax bahwa Khilafah itu adalah paham yang berbahaya. Janganlah seolah semua pemikiran Islam harus distigmatisasi negatif
Hoax bisa jadi disebarkan secara sengaja dan tidak sengaja. Tapi bila penguasa yang sudah menyebarkan hoax, ini yang paling bahaya. Sebab penguasa bisa menggunakan alat kekuasaannya untuk menindas, sepertinya begitulah sekarang.
Di sela kunjungan kerjanya ke Cilacap, Kamis 15 Juni 2017, Jokowi berkunjung ke Pondok Pesantren Al-Ihya Ulumuddin untuk melakukan takziah atas wafatnya pimpinan Pondok Pesantren KH. Chasbullah Badawi yang meninggal dunia pada Senin, 5 Juni yang lalu.