Poros baru yang digagas Demokrat, PAN, dan PKB, belum mampu untuk mengusung Capres

Poros baru yang digagas Demokrat, PAN, dan PKB, belum mampu untuk mengusung Capres

Ditanya apakah Prabowo masih punya cukup logistik untuk nyapres? Apalagi beberapa waktu ke belakang, Kivlan Zein menyebut dompet Gatot kini lebih tebal dari Prabowo. Hashim memastikan isi dompet Prabowo masih cukup tebal untuk nyapres.


Hashim Soal Prabowo Nyapres, Duit Tebal Hanya Mempertimbangkan Umur.

Adik Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo mengungkap alasan kenapa kakaknya belum deklarasi capres. Banyak pertimbangan yang lagi dipikir Prabowo. Salah satunya soal umur. Namun, kalau urusan duit, dia memastikan cukup.

Hal ini disampaikan Hashim usai jadi pembicara seminar bertajuk "Revolusi Putih" yang digelar Fraksi Gerindra di kompleks parlemen DPR, Jakarta, kemarin. Revolusi putih adalah kampanye memperbaiki gizi anak-anak Indonesia, satu di antaranya dengan mengonsumsi susu. Kata Hashim, gerakan ini sudah digagas Prabowo sejak 2007.

Usai acara, barulah Hashim bicara soal pencapresan Prabowo yang kesannya maju-mundur. Sebelumnya, sejumlah pengurus Gerindra di daerah sudah meminta kesediaan Prabowo nyapres. Namun eks Danjen Kopassus itu tak juga memberi jawaban pasti. Pengurus teras Gerindra kemudian menyatakan Prabowo sudah oke, tapi waktu pendeklarasian tak juga ditentukan.

Ada apa? Apakah Prabowo tetap akan nyapres? Hashim menjawab iya. Dia mengungkapkan, Prabowo masih yakin dan semangat akan nyapres lagi. Lalu kapan akan deklarasi? Hashim mengaku belum tahu. Meski kata dia, kemungkinan dalam wektu dekat. "Gizi, gizi yang (belum) cukup," kata Hashim.

"Mungkin Pak Prabowo (perlu) minum susu, makan telur, makan kacang hijau makan ikan nanti dapet pencerahan dapat wahyu bisa deklarasi," kelakarnya.

Anak bungsu begawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo itu kemudian menjelaskan berbagai faktor yang bikin Prabowo galau nyapres. Kata dia, Prabowo masih mempertimbangkan kesehatan dan umur. Apakah kesehatannya masih fit untuk mengikuti pilpres dan kampanye berkeliling Indonesia. Hal yang lain dan tak kalah penting adalah soal logistik. Apakah logistik yang dimiliki masih cukup atau tidak untuk membiayai kampanye dan seterusnya.

Selain itu, lanjut Hashim, Gerindra juga masih membahas soal figur-figur yang akan mendampingi Prabowo. Kata dia, memang ada beberapa nama yang dibahas dan muncul. Antara lain Gubernur Jakarta Anies Baswedan dan bekas Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Selain itu ada juga nama-nama calon yang diusulkan partai koalisi. Namun, ia menegaskan bahwa nama-nama itu belum mengerucut pada satu calon.

Hashim pun berharap cawapres pendamping Prabowo memiliki logistik yang cukup. "Kalau cawapresnya nanti ada akses ke logistik, itu Alhamdulillah, puji Tuhan," ucap Hashim.

Ditanya apakah Prabowo masih punya cukup logistik untuk nyapres? Apalagi beberapa waktu ke belakang, Kivlan Zein menyebut dompet Gatot kini lebih tebal dari Prabowo. Hashim memastikan isi dompet Prabowo masih cukup tebal untuk nyapres. "Oh, masih. Masih cukuplah," ujar Hashim.

Soal deklarasi, Hashim memperkirakan akan digelar setelah pilkada serentak 2018 digelar. Kata dia, pencalonan Prabowo akan lebih baik bila seluruh kepala daerah yang diusung Partai Gerindra menang pilkada. "Kalau kita menang 17 provinsi semua, langsung deklarasi, lebih bagus," ujarnya. Seperti diketahui, pilkada serentak baru akan berlangsung pada 27 Juni 2018.

Sementara itu, Ketua DPP Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menyebut deklarasi pencapresan Prabowo akan digelar 11 April mendatang di Sentul City.

Soal usia Prabowo sebelumnya juga pernah disinggung politikus Gerindra Desmond J Mahesa. Dia bilang, dalam rekernas dulu, kader Gerindra pernah meminta Prabowo kembali nyapres. Namun, permintaan itu ditolak oleh Prabowo dengan alasan merasa sudah tua. Prabowo pun meminta kader memilih calon yang lebih muda. Meski pernah ditolak, Desmond mengaku usulan ini kembali disuarakan karena sesuai keinginan kader dan simpatisan.

Pengamat politik dari UIN Adi Prayitno menduga faktor yang bikin Prabowo galau nyapres adalah belum mendapat cawapres yang cocok. Kata dia, Prabowo masih pusing mikirin siapa calon pendampingnya itu. Untuk bisa menang, Prabowo harus memilih cawapres dengan elektabilitas tinggi dan mendapat dukungan kuat dari partai. Tentu saja dengan kemampuan logistik yang mumpuni.

Tapi sementara ini, kata Adi, cawapres yang mendapat dukungan dari partai merapat ke kubu Jokowi. Sebut saja Ketum PKB Muhaimin Iskandar, Ketum PAN Zulkifli Hasan dan anak SBY, Agus Harimurti Yudhoyono. "Mereka berlomba-lomba untuk jadi cawapres Jokowi, dan tidak melirik Prabowo," kata Adi, saat dikontak tadi malam.

Cawapres yang tersisa adalah Anies Baswedan, Gatot Nurmantyo dan Tuan Guru Bajang alias TGB. Menurut dia, tiga tokoh itu tidak memiliki basis dukungan dari partai. Dan secara logistik tidak banyak membantu walau mungkin secara elektabilitas bisa diadu.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia ini pun berharap kondisi ini tak membuat Prabowo asal-asalan memilih cawapres. Karena salah memilih pendamping akan sangat merugikan. Misalnya, kata dia, Prabowo tidak memilih Gatot Nurmantyo walau sudah mentok tak ada calon lain. Duet tersebut menurut Adi tak akan menambah suara.

Pengamat politik dari Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) Said Salahudin yakin Prabowo akan tetap nyapres. "Pada akhirnya Gerindra akan tetap mengusung Prabowo. Calon dari militer belakangan cukup disenangi oleh pemilih," kata Said.

Sementara, poros baru yang akan digagas Demokrat, PAN, dan PKB, menurut dia juga masih tak mampu mendulang suara jika masih mengusung capres dari partai tersebut. Kata dia, tiga partai ini memang memiliki nama-nama yang mumpuni untuk jadi capres cawapres seperti Cak Imin, Zulkifli Hasan atau AHY. "Memang, dari masing-masing partai memiliki tokoh-tokoh sendiri, yang saya sendiri tak meragukan lagi kompetensinya. Tapi ini pilpres, bagus saja tidak cukup," ungkapnya.

Sehingga, menurut dia, koalisi partai-partai ini harus mencari cara lain untuk mendulang suara lebih banyak lagi demi memenangkan pilpres. Ia menyebut, partai-partai ini masih bisa mencari tokoh di luar partai, tetapi tak setipe dengan tokoh-tokoh yang ada. (rol)
*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda

No comments

Komentar anda sangat berguna untuk meningkatkan penulisan artikel