Efek dari populasi lelaki Cina lebih banyak, munculah bisnis penampung sampah biologis buruh Cina

Efek dari populasi lelaki Cina lebih banyak, munculah bisnis penampung sampah biologis buruh Cina

Kembali menyitir laporan Economist, gerombolan laki-laki yang membujang pun terkonsentrasi dobel: secara kelas ekonomis dan geografis


Menurut studi “Global Gender Gap Report” yang disusun oleh World Economic Forum dan dikutip South China Morning Post, pada 1994 perbandingannya 115 bayi laki-laki yang lahir untuk tiap 100 bayi perempuan secara nasional. Angkanya naik pada 2004 yakni 121,2 untuk bayi laki-laki. Di beberapa provinsi ada yang rasionya mencapai 130 bayi laki-laki.

Beranjak ke 2008, rasionya naik sedikit menjadi 122 kelahiran bayi laki-laki untuk 100 bayi perempuan. Pada 2010, kali ini merujuk data Biro Statistik Nasional Cina, angkanya menurun menjadi 119 bayi laki-laki. Dua tahun setelahnya menjadi 118 bayi laki-laki. Tren penurunan terus terjadi, hingga pada 2015 bertahan di angka 113,5 bayi laki-laki.

Economist melaporkan di Provinsi Shandong, Cina bagian timur, rasionya sangat tidak seimbang. Pada 2010 tercatat 123 bayi laki-laki lahir per 100 bayi perempuan. Para perempuannya tak bertahan untuk menunggu lamaran pria lokal, melainkan memutuskan untuk pergi ke kota. Sebagaimana Wang, selain mencari kerja, mereka juga paham bahwa tawaran mahar laki-laki urban jauh lebih tinggi.

Kenaikan uang mahar di seantero Negeri Tirai Bambu bak harga tanah di pinggiran kota. Wang punya teman, Frank Zhang, yang menikah pada 2001. Kepada NPR Zhang mengaku kaget dengan lonjakan yang terjadi dalam jangka waktu satu dekade saja. Dulu ia membawa sang istri ke pelaminan hanya dengan modal 888 yuan atau sekitar Rp1,7 juta. Hampir 80 kali lebih murah dibanding mahar yang diterima Wang.

Di Zhongdenglou, sebuah desa di Shandong bagian barat, pada pertengahan 2000-an kaum laki-lakinya bisa menikah dengan modal 2.000 hingga 3.000 yuan. Namun, satu dekade kemudian nominalnya sudah melonjak jadi 200.000 yuan hingga 300.000 yuan, atau 100 kali lipat. Angka ini tergolong rata-rata. Ada juga laki-laki yang menyerahkan mahar hingga 500.000 yuan atau lebih.

Melamar = Punya Jaminan Masa Depan

Sistem transaksi jodoh yang berkembang di Cina nyatanya kurang lebih demikian: pihak perempuan harus diberi jaminan masa depan selayak-layaknya dari pihak laki-laki. Jadi hak laki-laki juga harus membiayai pernikahan, dan uang mahar biasanya satu paket dengan apartemen (rumah), mobil, dan properti lainnya.

Kembali menyitir laporan Economist, gerombolan laki-laki yang membujang pun terkonsentrasi dobel: secara kelas ekonomis dan geografis. Para sosiolog khawatir, di masa depan fenomena ini akan berdampak pada lahirnya epidemik prostitusi, perdagangan manusia, penculikan, kerusuhan massal, kejahatan yang terorganisir, hingga penyebaran penyakit kelamin.

Dampaknya telah berkembang hingga ke negara tetangga. Di pedesaan Cina bagian selatan, laki-laki yang putus asa dikabarkan mencari perempuan untuk dikawini hingga ke Vietnam. Jika ngotot ingin menggaet perempuan lokal, maka orangtua yang paling direpotkan. Dalam beberapa kasus, orangtua bahkan bisa jadi “korban”.

Bagaimana dengan Indonesia ?

Di Indonesia banyak sekali proyek-proyek yang dikerjakan oleh orang China akibat dari kebijakan rezim Jokowi mempermudah masuknya TKA terutama dari China,  akhirnya, banyak pekerja China mulai dari kelas manager hingga kuli kasar berterbaran dimana-mana, salah satunya yang berhasil di rekam adalah,  :

Proyek Pembangunan Bendungan Jatigede Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, mendapat sorotan. Bukan karena proyek mangkrak atau ganti rugi tanah warga yang belum selesai. Tapi karena makin merambahnya pelacuran di daerah proyek tersebut.

Maraknya pelacuran di kawasan proyek ini kerap diperbincangkan masyarakat sekitar proyek, dan mulai mengganggu kenyamanan warga sekitar.

Bahkan pelacuran tersebut bukan hanya dilakukan oleh orang-orang yang cukup dewasa, tapi juga oleh anak-anak sekolah. Diantaranya adalah Melati (17) nama samaran salah satu siswi SMK di Tomo.

Ia mengaku sering melacurkan diri ke para pekerja Synohidro Corp dari China. Biasanya ia melayani mereka di mes-mes atau rumah sekitar warga.

“Saya sebenarnya malu, tapi asal jangan ditulis nama asli saya akui memang para buruh cina itu kan butuh penyaluran biologis,” ungkap Melati, sebagaimana dilansir Jurnalpriangan.

Para pemuas nafsu itu biasanya tinggal di warung yang ada di kawasan proyek. Tapi sekarang lebih canggih melalui pesan handphone. Sehingga makin aman dari pantauan masyarakat dan pihak berwajib.

“Kalau melalui SMS mah, ayamnya masih segar mas. Bisa anak SMA atau anak kuliahan. pelanggannya adalah pekerja proyek yang dari China itu,” kata Wawan bukan nama sebenarnya salah satu germo di kawasan tersebut.

Dari berbagai sumber Internet
*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda

No comments

Komentar anda sangat berguna untuk meningkatkan penulisan artikel