Dukungan kepada mantan Panglima TNI Jenderal Gatot untuk menjadi calon presiden pada Pilpres 2019 dideklarasikan Forum Komunikasi Ustazah. Alasannya, Gatot amanah, gagah, merakyat, dan cerdas dalam menghadapi persoalan kebangsaan.
"Gatot amanah, gagah dan merakyat. Dia akan menjalankan roda kepemimpinan nasional dengan kewibawaan, jiwa merakyat dan juga cerdas dalam menghadapi persoalan kebangsaan,” kata Ketua Presiden 'Agamis' (Aku, Gatot Nurmantyo dan Muhaimin Iskandar), Hj Ida Mursidah di Jakarta, Minggu (15/4/2018).
Sementara itu, pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, majunya Gatot sebagai capres akan membuat takut dan khawatir para pendukung, relawan dan partai-partai pendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi)..
“Jika dibandingkan dengan Prabowo yang digadang-gadang akan maju dalam pilpres 2019 nanti, nama Gatot bisa dikatakan bisa menjadi sang penantang tangguh Jokowi,” ujar Pangi di Jakarta, Minggu (15/4/2018).
Namun, sambung Ipang, panggilan akrab Pangi, justru majunya Prabowo menjadi capres membuat geng Jokowi bersorak sorai bergembira karena mengetahui lawan Jokowi adalah Prabowo di pilpres tahun depan.
Ipang menilai ada upaya dari kubu Jokowi agar Pilpres dimenangkan secara mudah, yakni dengan mengajak Prabowo berlaga kembali. Nampaknya skenario ‘geng’ Jokowi akan berhasil.
“Jadi agenda setting geng Jokowi ini kelihatan sekali. Bagaimana caranya agar terulang kembali head to head Jokowi dengan Prabowo. Buktinya Jokowi bisa mengalahkan Prabowo di Pilpres 2014. Ternyata faktanya Prabowo belum bisa mengalahkan Jokowi. Sekarang yang dilawan Prabowo adalah Jokowi sebagai incumbent. Dulu Jokowi bukan incumbent saja Prabowo kalah,” jelasnya.
Salah satu indikasinya adalah langkah Luhut Binsar Pandjaitan yang kabarnya meminta Prabowo maju sebagai capres. Kalau Prabowo maju, maka mungkin ada deal lain atau bonus yang diperoleh Prabowo.
“Maju tapi kalah, enggak apa-apa. Kalau Prabowo maju maka otomatis juga mengangkat elektabilitas Gerindra. Kalau Prabowo head to head sama Jokowi, itu artinya sama saja Prabowo kembali memberikan tiket gratis kepada Jokowi kembali menjadi presiden dua periode," tegasnya.
Seharusnya, Prabowo belajar banyak dari Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri yang selalu kalah saat maju sebagai capres. Kemudian Megawati lebih memilih menahan diri dan merelakan PDIP untuk mengusung Jokowi sebagai presiden di Pilpres 2014.
Di sisi lain, kekuatan mesin partai pendukung Prabowo di pilpres nanti kalah banyak dan kalah kuat dari koalisi parpol pendukung Jokowi. Selain itu, tambah Pangi, saat ini Jokowi sedang menyiapkan beberapa ‘senjata’ pendongkrak elektabilitas yang membuat pemilih ‘enggan geser’ dalam mendukung Jokowi.
Beberapa senjata pendongkrak disiapkan salah satunya adalah yang berkaitan dengan infrastruktur dan gaya ‘merakyat’ Jokowi. Ini akan membuat Prabowo makin sulit lagi mengimbangi Jokowi. Apalagi dengan keunggulan pembangunan infrastruktur pemerintahan Jokowi yang menjadi kelebihannya.
Cawapres
Forum Komunikasi Ustazah juga mendeklarasikan Muhaimin Iskandar sebagai Cawapres Gatot. Ketua Presiden 'Agamis', Hj Ida Mursidah mengatakan deklarasi ini merupakan aspirasi dari masyarakat bawah.
Ida mengatakan, duet pasangan Agamis yakni Gatot NUrmantyo dan Muhaimin Iskandar merupakan perpaduan serasi tokoh nasional dan religius dalam memimpin perjalanan kehidupan bangsa ini. "Dan semoga Allah merahmati kedua pemimpin kita dalam melakasanakan tugasnya," katanya. (ht)
Catatan :
Media telah menjadi sarana dalam upaya perluasan ide-ide, gagasan-gagasan, dan pemikiran terhadap kenyataan sosial. Oleh karenanya, media semakin marak digunakan sebagai penggiring opini masyarakat menuju pencitraan yang diinginkan. Dengan begitu, media pun telah menjadi alat pembentuk citra.
Pepatah Romawi Kuno: "Bukan pasukan besar dan kuat yang dapat merebut kekuasaan melainkan opini yg dibentuk secara sistematis".
Framing berita merupakan perpanjangan dari teori agenda setting, yaitu pemilihan fakta dalam sebuah peristiwa yang dinilai penting disajikan dan dipikirkan pembaca (publik).
Framing tidak berbohong, tapi ia mencoba membelokkan fakta dengan halus melalui penyeleksian informasi, penonjolan aspek tertentu, pemilihan kata, bunyi, atau gambar, hingga meniadakan informasi yang seharusnya disampaikan.