Sewaktu kecil mungkin kita pernah membaca atau mendengar cerita tentang istana para peri, suatu tempat dengan kastil dan sungai yang indah.
Sebagai seorang yang lahir dan besar di Indonesia, gambaran seperti itu tentu hanyalah imajinasi karena tidak pernah ditemui kenyataannya. Namun, begitu menginjakan kaki ke daratan Eropa, sebagian dari imajinasi itu bisa terpenuhi.
Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Man Jadda Wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil.
Anjuran dari Imam asy-Syafi’i agar orang pergi merantau
Imam asy-Syafi’i adalah seorang ulama besar yang terkenal dengan kecerdasan dan kata-katanya penuh hikmah.
Diantara kata-kata beliau yang sangat baik untuk kita renungkan adalah nasihatnya agar seseorang mau pergi merantau, meninggalkan zona nyamannya menuju wilayah baru, suasana baru, pengalaman baru, dan berkenalan dengan orang-orang baru pula. Nasihat tersebut ia susun sebagai berikut :
Singa jika tak mau meninggalkan sarang tak akan mendapatkan mangsa
Anak panah jika tak tinggalkan busur tak akan mengenai sasaran
Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan...
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan keruh menggenang
Bijih emas tak ada bedanya dengan tanah biasa ditempatnya (sebelum ditambang)
Jika bijih memisahkan diri (dari tanah), barulah ia dihargai sebagai emas murni.
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan
Jika gaharu itu keluar dari hutan, ia menjadi parfum yang tinggi nilainya.
Kau akan dapatkan pengganti dari orang-orang yang engkau tinggalkan (kerabat dan kawan).
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang...
kawasan kota tua (Altstadt) Dresden Jerman |
Dresden
Awal menginjakan kaki di kota Dresden sebuah kota di Jerman yang dibelah oleh Sungai Elbe dan berada tak jauh dari perbatasan Ceko, Polandia, banyak tantangan yang dihadapi, utamannya tentu melawan udara dingin. Suhu di kota ini berkisar antara -6 sampai 8 derajat Celsius.
Perbatasan antara Jerman dan Ceko |
Selain itu, perbedaan zona waktu ternyata juga memberikan dampak tersendiri. Antara Jerman dan Indonesia memang ada perbedaan waktu antara 5-6 jam.
Stallhof im Residenzschloss |
Bagi orang Muslim, tantangan lain di Jerman adalah mencari makanan halal. Di Jerman yang mayoritas non muslim tentu tidak bisa sembarangan membeli daging di supermarket.
Meskipun di beberapa supermaket menjual daging berlabel halal. Membeli makanan lain, berupa snack, coklat, sampai obat-obatan juga harus ekstra hati-hati. Seringkali salah satu bahannya terbuat dari gelatin, tulang babi, ataupun mengandung alkohol.
Untuk menuju ke kota Dresden jika menggunakan pesawat jarak tempuh penerbangan memakan waktu kurang lebih 14 jam dari Jakarta via Amsterdam Belanda (tergantung masakapi yang di pilih).
Zwinger-museum |
Sungai Elbe dilihat dari Koenigstein Fortress |
Koenigstein Fortress (Festung Königstein) |
Gerbang masuk Koenigstein Fortress |
Dresden Frauenkirche |
Festung-Koenigstein |
PRAHA ! Kota yang selama ini cuma bisa dilihat lewat TV atau membaca dari Novel. Alhamdulillah Code Lab akhirnya dapat kesempatan untuk mengunjunginya....
Stasiun Kereta Api Praha |
Di Praha, trem generasi baru dan lama menggunakan jalur yang sama. |
Sistem tiketnya berbeda dibandingkan dengan Jerman, Perancis atau Belanda yang mengukur berdasarkan jarak dari titik A ke titik B, di kota Praha tiket dihargai berdasarkan waktu perjalanan.
Tiket yang paling murah seharga 24 Krone untuk 30 menit perjalanan, 124 Krone untuk tiket seharian, dan 344 Krone untuk tiket 3 hari.
Nah, yang jadi pertanyaan bagaimana untuk bisa pergi ke Eropa jika tak memiliki dana cukup karena kita tau tentu memerlukan biaya yang sangat besar baik untuk ongkos pesawat, membayar penginapan, transportasi ditempat tujuan selain makan dan minum.
Banyak jalan menuju Roma, salah satunya kita bisa mengikuti program Au Pair yang akan Code Lab bahas pada postingan terpisah. Apa sih Au Pair ? Au Pair, adalah bekerja sebagai asisten pada keluarga angkat (host family)