Kunjungan Katib Aam Nahdlatul Ulama (NU), Yahya Cholil Staquf ke Israel ternyata tak menyinggung soal Palestina, sebagaimana yang dia sampaikan sebelumnya.
Partai Gerindra pun melontarkan kritik kerasnya dan meminta agar posisi Yahya sebagai anggota Wantimpres dievaluasi kembali.
“Yahya Staquf dan Jokowi sama-sama ngibul tentang undangan ke Israel,” kata Waketum Gerindra Ferry Juliantono, Senin (12/6/2018).
Yahya Cholil Staquf atau yang akrab disapa Gus Yahya mengunjungi Israel untuk berbicara di diskusi yang diadakan organisasi Yahudi Amerika, American Jewish Committee (AJC) Global. Gus Yahya mengaku datang untuk membela Palestina di hadapan Israel.
Jokowi juga menyatakan hal yang sama meski menyebut kehadiran Yahya sebagai undangan pribadi, bukan atas nama Indonesia.
“Saya melihat, karena saya belum mendapatkan laporan, beliau juga belum pulang, (nanti) saya panggil. Intinya juga memberikan dukungan kepada Palestina,” kata Jokowi, Selasa (12/6).
AJC Global kemudian merilis video pemaparan Gus Yahya lewat kanal YouTube pada Minggu (10/6/2018). Dalam video tersebut pun ternyata Gus Yahya tidak secara khusus membahas soal Palestina.
Yahya hanya membahas mengenai Gus Dur, Islam dan Yahudi, dan ternyata samasekali tak menyinggung soal Palestina sebagaimana diperkirakan banyak pihak.
Oleh sebab itu, apa yang disampaikan oleh Yahya akhirnya menuai kontroversi dan kekecewaan dari berbagai pihak.
“Jokowi menyatakan bahwa kunjungan Yahya Staquf ke Israel memenuhi undangan AJC adalah urusan pribadi dan dalam rangka mendukung Palestina.
Sementara Yahya Staquf sendiri menyatakan ini undangan pribadi bukan sebagai wakil istana. Bagi orang yang tahu sejarah Islam dengan baik dan tahu sejarah Soekarno dengan benar, kebijakan Istana ini sungguh merupakan kebohongan publik serius.
Disatu sisi pura-pura dukung Palestina tapi sesungguhnya malah mendukung Israel atas nama apapun,” kata Ferry.
Tak hanya itu, Ferry kemudian menuding pemerintahan Jokowi mengikuti cara-cara Israel. Hal ini terkait informasi dari BIN yang menyebut ada sejumlah masjid yang terindikasi radikal, khususnya di Jakarta.
“Jadi bisa kita mengerti sekarang kenapa Pemerintahan Jokowi mencap masjid, kampus, ormas, dosen atas nama memerangi jihad karena sesuai persepsi yang dibangun Israel. Pikiran pemerintah Jokowi stereotype dengan pikiran Israel,” ujar Ferry.
Senada dengan Ferry, anggota Badan Komunikasi DPP Gerindra Andre Rosiade pun melontarkan kritikannya mengenai kunjungan Gus Yahya ke Israel. Menurut Andre, Yahya tidak benar-benar peduli dengan persoalan Palestina.
“Kalau bicara soal Palestina tentu dalam pidato beliau seharusnya menyinggung masalah Palestina. Dan yang perlu diketahui sebagai Pejabat Negara, tentu tidak bisa seenaknya saja menyatakan ini sebagai kapasitas pribadi,” ucap Andre.
Dia pun menyarankan agar posisi Gus Yahya sebagai anggota wantimpres dikaji ulang. Hal ini, menurut Andre, agar bisa menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia tak berpihak kepada Israel.
“Saran kami kepada pak Jokowi, posisi pak Yahya lebih baik dievaluasi kembali. Karena negara Indonesia mendukung kebijakan kemerdekaan Palestina, bukan berpihak kepada penjajah seperti Israel,” ujar dia.
Isi pembicaraan :
Diketahui, sebagaimana tampak dalam video yang dirilis AJC Global di kanal YouTube, Gus Yahya pertama-tama ditanya oleh moderator acara yang merupakan Direktur Internasional AJC bidang Hubungan Inter-agama, Rabbi David Rosen, tentang kesan menghadiri pertemuan di Yerusalem ini. (link)
Dalam video ini, mereka tidak secara khusus membahas mengenai kondisi Palestina. (simak videonya berikut ini).