Sihir politik, kekuasan bisa diraih dengan menipu

Sihir politik, kekuasan bisa diraih dengan menipu

Mereka menipu melalui pencitraan yang nyaris sempurna, Namun saat berkuasa, kebijakan yang dilakukan sungguh membuat rakyat tercekik.


Tahun 2018-2019 merupakan tahun politik. Karena di tahun ini, PILKADA serentak telah dilaksanakan, menyusul PILPRES 2019. Sebuah pesta, yaitu pesta Demokrasi 5 tahunan. Setiap 5 tahun sekali negeri ini mengalami pergantian dalam memilih pemimpin.

Salam pun berubah, jadi 1 jari, 2 jari, atau 3 jari. Tak ayal, banyak dari masyarakat yang mungkin berbeda dalam memilih paslon (pasangan calon).

Korban pun berjatuhan, tetangga tak mau menyapa tetangganya, teman telah berubah jadi lawan, para ustadz dan kyai sudah terlanjur saling mengkafirkan atau membid'ahkan, saudara bisa langsung bertengkar, dan rumah-rumah suda terlanjur dibakar.

Mereka melakukan sesuatu yang dikira bakal membuat negeri ini akan lebih sejahtera selama 5 tahun ke depan. Aksi bagi-bagi sembako, kaos, minyak goreng, beras, dan tak dapat dipungkiri 'money politics' sering terjadi. Terjatuh kedalam lubang yang sama kok nggak pandai diri ?

Pada saat blusukan ke pasar, di viralkan oleh media nasional, seakan-akan malaikat turun dari surga, yang akan menyelesaikan masalah yang ada.

Saat mendatangi masyarakat dielu-elukan seakan jadi "kesatria penolong". Pencitraan berjalan dengan nyaris sempurna. Namun saat berkuasa, kebijakan yang dilakukan sungguh membuat rakyat tercekik.

Dengan sadis dan tak peduli, ia segera menaikkan harga BBM, TDL, Pajak, dan lain-lain. Harga-harga kebutuahan pokok melambung tinggi dan inflasi meningkat luar biasa tinggi. Pengangguran merajalela, para buruh demo dimana-mana menuntut kenaikan gaji.


Untuk kampanye Presiden dananya bisa menghabiskan 5 Triliun bahkan lebih. Bayangkan bila gaji mereka 500 juta per bulan, maka dana satu tahun baru terkumpul 6 Miliar. Jika ia menjabat 5 tahun, baru terkumpul 30 Miliar. Padahal saat kampanye mereka menghabiskan 5000 Miliar.

Maka jawabnya adalah korupsi dan menyalah gunakan kekuasaan. Bagi mereka korupsi sah-sah saja, asalkan tidak ketahuan. Kalau melanggar aturan perundangan, gampang, tinggal aturannya diganti. Gitu aja kok repot !

Itulah sihir dalam politik Demokrasi. Kekuasan boleh diraih dengan menipu, permusuhan, dan menghalalkan segala cara. Sebab di alam Demokrasi kekuasaan adalah segala-galanya.

Singkat kata, dengan kekuasaan, semua nafsu dapat terlampiaskan. Lagi-lagi rakyat pun gigit jari, membayangkan kenikmatan hidup di alam maya Demokrasi.

Apakah dalam Demokrasi, rakyat benar-benar berkuasa ? katanya kekuasaan di tangan rakyat ?

Di dalam Demokrasi rakyat tetap di asumsikan, ingat ya tetap di asumsikan "berdaulat". Tapi sebenarnya rakyat tidak terlibat dalam mengambil keputusan dan kebijakan dalam membuat aturan dan UU, yang membuat aturan adalah wakil rakyat, anggota DPR.

Ingatlah bahwa rakyat akan senantisa terus dibohongi oleh sebuah sistem yang mematikan, yaitu Demokrasi. Seperti yang diungkapkan oleh William Blum, ilmuwan Amerika, dalam bukunya "Demokrasi Eksport Amerika Yang Paling Mematikan ; Menyingkap Kebenaran Tentang Politik Luar Negeri AS".
*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda

No comments

Komentar anda sangat berguna untuk meningkatkan penulisan artikel