Anjuran Presiden Joko Widodo kepada petani agar mengurangi menanam sawit bertolak belakang dengan kebijakan mensubsidi perusahaan sawit.
Lima perusahaan sawit berskala besar mendapatkan subsidi pemerintah dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Total bantuan mencapai Rp 7,5 triliun sepanjang Januari-September 2017.
Lima perusahaan sawit itu adalah: Wilmar Group, Darmex Agro Group, Musim Mas, First Resources dan Louis Dreyfus Company (LDC). Wilmar Group mendapatkan nilai subsidi terbesar, yakni Rp 4,16 triliun.
Di sisi lain, Jokowi baru-baru ini saat melakukan kunjungan kerja ke Jambi, meminta kepada petani agar mengerem memproduksi sawit. Hal ini ditengarai akibat perkebunan sawit sudah terlalu luas dan anjloknya harga sawit karena pasar global.
Tidak sampai di situ, Kepala Negara menganjurkan petani menanam komoditi di luar sawit yaitu tanaman pangan dan tanaman hortikutura seperti jagung, kedelai, durian, manggis, jengkol dan petai.
Sosiolog dari Universitas Indonesia, Thamrin Amal Tomagola mempertanyakan konsistensi Jokowi tersebut. Satu sisi dia mensubsidi konglomerat sawit, di sisi lain meminta petani mengerem menanam sawit.
"Konsistensi ucapan dan tindakan?" kata Thamrin Tomagolaseperti dilansir dari akun Twitter miliknya, Rabu (19/12).
Kalau sudah seperti ini, dia menilai pemerintahan Jokowi lebih pro kepada pengusaha besar ketimbang para petani.
"Enakan jadi taipan sawit ketimbang petani jengkol. Kok Pak @jokowi malah anjurin petani tanam jengkol?" ujar Thamrin Tomagola. (RUSLAN TAMBAK)