Rindu dengan tangisan Garengpung

Rindu dengan tangisan Garengpung

Suaranya mirip sayatan-sayatan kepiluan, serangga ini bisanya menjadi indikator kestabilan ekosistem pedesaan.


Garengpung atau Kinjeng tangis merupakan salah satu serangga termasuk ke dalam sub ordo Cicadomorpha dan ordo Hemiptera. Serangga ini mempunyai banyak versi nama, seperti cicada (di Eropa), cengreret (Jawa Barat), garengpung atau uir-uir (Jawa)

Musim mbediding (panca roba) ditandai dengan perbedaan suhu yang signifikan anatara siang hari dan malam hari. Siang terasa panas sedangkan pada malam hari terasa sangat dingin. Disertai pula hembusan angin yang kencang. Sehingga badan menjadi gregesi (menggigil) kata penjual kopi di sebelah utara bangjo Ploso Nganjuk. "Angine gak nguati Mas... uademe poooool !"

Naaah, saat musim mbediding garengpung keluar dari dalam tanah untuk melakukan ritual perkawianan.

Jika anda kebetulan berada di sebuah desa, dan saat malam hari terbangun dari tidur, mendengar hembusan angin yang kuat menggerakkan pepohonan sehingga daun-daun bergesekan dan terdengar suara sayatan sembilu dari garengpung, seakan menghadirkan simfoni yang merdu, namun juga bisa mendirikan bulu kuduk bagi yang tidak terbiasa dengan kehidupan desa yang sunyi..

garengpung

Dengan suaranya yang mirip sayatan-sayatan kepiluan, serangga ini bisanya menjadi indikator kestabilan ekosistem pedesaan. Sayangnya, Saat ini di desa-desa pun serangga ini sudah sulit di temukan karena rusaknya habitat tempat tinggal mereka.

Menandai Bau Getah
Kinjeng tangis menghabiskan waktunya selama 17 (tujuh belas tahun) di dalam tanah dengan tetap mengandalkan lemak-lemak dan protein di dalam tubuhnya. Hanya dalam waktu 3 (tiga) hari setelah mereka keluar dari tanah, mereka berubah menjadi serangga sempurna.

Secara naluri serangga ini akan memperjuangkan kelangsungan generasinya dengan kawin, bertelor, untuk penciptaan larva-larva baru. Larva baru akan juga survive selama 17 tahun di dalam tanah seperti generasi sebelumnya.

Mereka sangat mampu membedakan usia pohon yang ditumpanginya. Ini juga sekaligus menjadi jawaban tentang kepunahan mereka, terlebih karena banyak pohon yang sudah ditebang sebelum masa usia larva.

Saat serangga ini mencapai tahap dewasa, keluar dari bawah permukaan tanah untuk melakukan ritual musim kawin. Seusai kawin, betina meletakkan telur di tanah, serangga ini mati. Garengpung kadang-kadang dikira belalang atau lalat besar, meskipun mereka tidak mempunyai pertalian keluarga yang dekat. 

gareng

Berbagai jenis obat pebasmi serangga dan juga penebangan pohon-pohon perindang di sawah, ladang maupun sekitar pekarangan rumah masyarakat pedesaan diduga ikut andil menyempurnakan kemusnahan serangga ini.

Salah satu sekolah madrasah di sebuah desa dimana masih banyak terdengar suara Garengpung, yaitu
MTs Dayah Nurul Iman, Madrasah Ibtidaiyah Swasta di Jember. Madrasah ini sebenarnya tak layak disebut sekolah jika melihat suasana tempat belajarnya, tapi para guru yang kebanyakan relawan, terus berbakti memberi bimbingan pada murid-murid yang sebagian besar anak dari penduduk miskin setempat.


Di Desa Bajulan, tepatnya 30 Km selatan Nganjuk, yang terletak di kaki Gunung Wilis juga masih banyak terdengar suara Garengpung.


*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda