Trik mengelabuhi dengan kalimat menipu

Trik mengelabuhi dengan kalimat menipu


Mungkin bagi pengunjung Code Lab yang nyasar ke sini tanpa anda sadari, sering mendengar atau melihat tulisan di berbagai iklan yang menawarkan jenis-jenis produk dengan diskon 0% (nol persen) alias membeli barang sesuai harga tunai namun pembayarannya bisa anda cicil atau angsur.

Kalimat atau kata-kata manis tampaknya sudah menjadi trend untuk mengelabuhi, menjebak  atau memperdayai konsumen, baik itu di dunia bisnis atau di dunia hati. Tak jarang kita terperosok atau terpedaya karena kurang bisa memahami apa maksud kalimat yang di ucapkan atau tertulis, Akhirnya, bagi yang merasa terpedaya terjadilah perang mulut seperti hakim, jaksa dan pengacara !

Nah marilah kita simak contoh jebakan batman tersebut..

Internet Unlimited tapi dengan syarat hal ini sudah menjadi kebiasaan para operator selular dalam meng iklankan produknya agar konsumen tertarik.

Kecepatan Full speed, begitu kita gunakan leletnya minta ampun, lalu operator bilang dengan enteng, mungkin trafik pengguna sedang ramai, mohon bersabar..dsbnya.

Iklan di surat kabar atau di TV tidak jarang menawarkan properti seperti apartemen dan ruko dengan bunga kredit nol persen selama empat sampai lima tahun. Apartemen yang berharga Rp 600 juta, misalnya, ditawarkan dengan uang muka 20 persen (Rp120 juta) dan angsuran bulanan Rp 10 juta selama 48 bulan atau angsuran bulanan Rp8 juta selama 60 bulan.

Yang lebih sering adalah tawaran belanja barang secara kredit dengan bunga nol persen dari toko-toko besar seperti Agis, Hypermart, Electronic City, dan Electronic Solution. Bank-bank yang terlibat juga tidak sedikit dengan nama khas produknya, seperti Cicilan BCA, Eazy Pay Citibank, Power Buy Mandiri, BII Xpay, dan Mega Pay. Anda percaya ada bunga kredit nol persen di negeri ini?

Sejujurnya, saya tidak percaya kalau di Indonesia ini ada kredit barang tanpa bunga yang ditawarkan untuk periode lebih dari tiga bulan tanpa batasan jumlah yang dapat dibeli dan dapat diambil sepanjang tahun. Ada dua alasan kecurigaan saya ini. Pertama, dalam ilmu keuangan, ada kredo yang sangat populer, yaitu ’There is no free lunch’.


Buktinya, pinjaman antar bank (call money) yang umumnya hanya beberapa hari selalu memperhitungkan bunga. Kedua, sepengetahuan saya, mata uang yang bunganya mendekati nol persen hanyalah yen. Itu pun tidak persis nol persen tetapi hampir nol persen.

Bunga di atas inflasi
Ada syarat perlu (necessary condition) agar sebuah mata uang dapat memberikan bunga mendekati nol persen. Syarat itu adalah inflasi mata uang itu harus mendekati nol persen juga. Ini sesuai dengan pernyataan Fisher yang mengatakan bunga nominal mesti sebesar inflasi ditambah suku bunga riil.

Di Indonesia, kita semua tahu kalau inflasi tahunan dalam lima tahun terakhir adalah sekitar delapan persen sehingga wajarnya suku bunga tabungan apalagi pinjaman dalam rupiah adalah di atas delapan persen p.a.

Jika ada pihak yang bersedia menabung atau meminjamkan dananya dengan bunga di bawah delapan persen, hitungannya dia akan mengalami penurunan nilai riil uangnya walaupun nilai nominalnya naik.

Kembali kepada tawaran kredit berbunga nol persen di atas. Di mana logika keuangan tawaran ini? Apakah produk yang ditawarkan dengan bunga nol persen itu adalah bekas atau kelas dua? Tentunya tidak. Apakah toko bersedia rugi bunga asalkan barang terjual? Tidak juga. Atau banknya yang bersedia tidak mendapatkan untung?

Untuk jangka pendek yaitu tiga bulan, bank atau toko mungkin saja bersedia rugi bunga minimal dua persen dan menjadi empat persen untuk periode enam bulan demi promosi kartu kredit atau produknya.

Namun, praktik ini tidak mungkin dilakukannya untuk periode satu tahun atau lebih dan terus menerus karena bisnis bank adalah jual-beli uang, menagih bunga dari debitur untuk dibayarkan kepada deposan.

Tidak ada toko dan bank yang bersedia rugi bunga, trik tawaran produk berbunga nol persen adalah pada harga yang dicantumkan. Harga yang ditawarkan kepada konsumen ini hampir pasti sudah mengandung komponen bunga. Untuk itu, cobalah Anda mencari tahu harga produk itu jika dibeli secara tunai.

Tanyakan apakah ada diskon tunai, diskon khusus, bonus, atau apa pun namanya untuk pembelian tunai. Pencantuman harga yang sudah mengandung unsur bunga ini lazim dilakukan untuk penjualan rumah dan properti lainnya. Kita begitu terbiasa dengan istilah soft cash, hard cash,dan lainnya.

Intinya, harga rumah atau apartemen yang ditawarkan itu sebenarnya bukan harga tunai, melainkan harga untuk pelunasan dalam 12 bulan atau bahkan dalam 60 bulan. Contohnya adalah sebuah apartemen mewah 54 m2 ditawarkan pada harga Rp 600 juta yang dapat dibayarkan dengan 12 angsuran bulanan Rp 50 juta atau 24 angsuran bulanan Rp 25 juta mulai hari transaksi.
Pengembang apartemen sesumbarnya akan mengatakan kalau pembelian kredit bunganya nol persen.


Cek harga tunai
Tetapi jika kita tanyakan harga untuk pembelian tunai, dia kan menawarkan diskon 12 persen untuk yang membayar secara cepat dalam satu minggu dan diskon delapan persen untuk yang melunasi dalam enam minggu, misalnya.

Dalam kasus ini, yang benar harga tunai apartemen adalah 88 persen x Rp 600 juta atau Rp 528 juta dan pembelian kredit dalam setahun atau dua tahun dikenakan bunga sebesar Rp 72 juta. Dengan demikian, bunganya jelas bukan nol persen.

Dengan menguasai matematika keuangan, Anda akan dapat menghitung bahwa tingkat bunga sebenarnya adalah 2,41 persen per bulan atau 28,97 persen p.a. untuk kasus pelunasan 12 kali angsuran sebesar masing-masing Rp 50 juta. Untuk alternatif 24 angsuran bulanan Rp 24 juta, tingkat bunga adalah 13,74 persen p.a.

Demikian sekilas info semoga bermanfaat bagi sampean yang mau belanja barang murah...
*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda