Sadarilah satu hal, bahwa otak dan akal kita diciptakan Allah bukan untuk sekolah tapi untuk belajar! Sebelum sekolah ada, terbukti manusia tetap belajar. Artinya, tanpa sekolah bahkan kurikulum manusia bisa baik-baik saja.
Kadang sekolah melahirkan ironi, banyak manusia sekolahan yang justru gagap menghadapi realita kehidupan. Apakah kita masih membutuhkan sinus cosinus saat ini ?
Betapa banyak manusia sekolahan bekerja justru di perusahaan yg dimiliki oleh orang yg putus bahkan tak pernah sekolah. Betapa banyak tokoh di dunia dikenal dan berpengaruh karena jasa belajarnya, bukan karena jasa dan ijazah sekolahnya.
Kadang sekolah melahirkan manusia robot yg siap melayani pemerintah dan perusahaan. Tapi manusia pembelajar lahir untuk melayani kehidupan.
Sekolah adalah kebutuhan pejabat dan birokrat. Sebab itu jangan menjadi manusia sekolahan, jadilah manusia pembelajar. Manusia pembelajar selalu memandang bahwa sekolah tidak pernah cukup untuk memuaskan rasa ingin tahu dan semangatnya mencari ilmu.
Manusia sekolahan ibarat bunga dalam pot yg akarnya berkembang terbatas. Tapi manusia pembelajar bagai bunga yg tumbuh bebas di alam. Belajar di sekolah itu penting. Tapi belajar dari sekolah kehidupan itu lebih penting.
Ketika Allah berfirman, "Iqra'" itu bukan berarti membaca yg tersurat saja, apalagi di maknai kita harus belajar di sekolah.
Iqra', bacalah! belajarlah! justru dikombinasikan oleh Allah dgn banyak ayat yang berbeda, untuk mengajak kita memperhatikan penciptaan. Perhatikan dan renungkan penciptaan langit, bumi, air, laut, dan pengkisaran angin, dll Itulah makna membaca yg tersirat. Begitu juga pengalaman, bagaimana kesudahan orang² terdahulu, adalah bagian dari materi sekolah kehidupan.
Ternyata orang² jujur yg asing dlm hidup kekinian, bila ditanya, justru bnyk karena didikan orangtua di rumah, bukan guru di sekolah. Betapa banyak anak yang nakal di sekolah, setelah tamat dan dewasa malah paling hormat kepada guru²nya.
Sebaliknya, tidak jarang murid yg dulu berprestasi dan paling dekat dengan guru di sekolah, justru menjadi sombong setelah lulus. Semua akan ditentukan dalam sekolah kehidupan bukan sekolah letter "U" atau "L". Manusia Pembelajar lebih siap menghadapi semua itu.
Sekali lagi, kita bersyukur pernah sekolah, tapi kita kufur bila belajar cukup hanya di bangku sekolah dan kuliah. Betapa banyak saat ini, lulus S-3 tapi cara berfikir dan akhlakknya justru seperti anak SLTA. Bahkan ada yg terlibat narkoba.
Sebaliknya, ada yang tamatan SMA tapi cara berfikir dan bertindaknya seperti mahasiswa S-3. Mengapa, karena belajar bukan sekolahan.
Sebab itu, jangan biarkan pikiran kekanak-kanakan terperangkap pada tubuh dan usia yg telah dewasa! Jadilah manusia pembelajar sekaligus berkah, bukan manusia sekolahan yang bangga degan tingginya sekolah tapi minus karya.
Selama sekolah dan pendidikan dicampuri oleh kepentingan birokrat dan politik sesaat, maka yg lahir adalah manusia robot bukan pembelajar.