Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menilai poin ketiga paket kebijakan ekonomi jilid satu Pemerintahan Joko Widodo berupa peningkatan investasi di bidang properti tidak relevan dengan upaya mengatasi krisis. Karena, ada tujuan tertentu dari Pemerintah. di antaranya adalah pengadaan rumah bagi pekerja asal China.
“Poin itu kalau dilihat terkesan memang tidak nyambung,” kata salah satu pengurus DPP Muslimah HTI, Esti Ningsih dalam diskusi ‘Di Ambang Krisis Ekonomi 2015: Sebab, Dampak, dan Solusinya Bagi Perempuan dan Keluarga Indonesia’, di Hotel Grand Alia, Jl.Cikini, Jakarta Pusat, pada Kamis (17/9).
Menurut Esti, Pemerintah berdalih peningkatan investasi pada properti untuk memudahkan rakyat membeli rumah dengan harga terjangkau. Tetapi, ternyata yang terjadi sebaliknya investasi properti tidak menguntungkan masyarakat Indonesia.
Awalnya, ketika Jokowi membuka penawaran investasi di bidang properti. Tawaran itu langsung disambut oleh China. Melalui serangkaian pertemuan dan kunjungan kedua negara, akhirnya dibuatlah nota kesepahaman. Dalam hal ini, China meminta agar warga negaranya dapat dikirimkan ke Indonesia, bila nota kesepahaman ingin ditandatangani.
Infrastruktur-infrastruktur yang sudah deal diberikan ke China akan dikerjakan oleh buruh dari China. Untuk memenuhi nota kesepahaman tersebut, konsekuensinya China akan mengirim warga negaranya. Kemudian berdampak buruh China membutuhkan tempat tinggal yang layak di Indonesia.
“Inilah akhirnya kemudian, Jokowi mewacanakan peningkatan investasi properti. untuk menyediakan tempat tinggal bagi buruh China. Tapi, yang disampaikan Jokowi ke masyarakat, investasi di bidang properti untuk masyarakat menengah ke bawah agar dapat memiliki rumah dengan cara dicicil,” paparnya.
Paket kebijakan September itu, tegas Esti, tentu tidak bisa menjadi solusi mengatasi krisis ekonomi. Kalaupun bisa mengatasi krisis ekonomi, sifatnya hanya sementara suatu saat akan jatuh kembali.
“Kalaupun bisa, rupiah paling naik sedikit, toh tetap kondisi ekonomi tidak akan berubah, itu dari sisi
rupiah. Di sisi kondisi ekonomi global, ketika buruh China masuk, apa yang terjadi pada bangsa kita? PHK massal,” tandasnya.
sumber