Pertarungan Sudirman Said dan Setya Novanto bukan sinetron

Pertarungan Sudirman Said dan Setya Novanto bukan sinetron


Pelaporan kasus pencatutan nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk meminta saham Freeport bukan sinetron, tapi pertarungan para mafia besar.

Anggota Komisi I DPR Effendi Simbolon menyampaikan itu terkait langkah Menteri ESDM Sudirman Said melaporkan Ketua DPR Setya Novanto ke Mahkamah Kehormatan Dewan karena diduga mencatut nama Presiden dan Wapres saat bertemu Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin bersama seorang pengusaha Riza Chalid.

Apalagi dalam perkembangannya, Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan Sudirman Said tak melapor ke Presiden sebelum melapor ke MKD. Bahkan Luhut menegaskan Pemerintah tidak akan memperpanjang kontran Freeport.

"Lalu, Menkopolhukam Luhut Panjaitan menegaskan jika pemerintah tidak memperpanjang kontrak Freeport. Ada apa?" ungkap Effendi Simbolon dalam diskusi "Membaca Arah Reshuffle Kabinet Jilid II di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (19/11).

"Padahal, Sudirman Said sebelumnya sudah memperpanjang kontrak?. Jadi untuk siapa perpanjangan kontrak yang dia lakukan," kata sambung Luhut.

Menurut mantan anggota Komisi VII DPR ini, selama setahun menjabat, Sudirman Said telah menanam dua bom besar. Yaitu audit forensik Petral dan perpanjangan kontrak Freeport. Untuk Freeport katanya, yang menjadi sasaran tembak bukan Setya Novanto, tapi Riza Chalid, pengusaha tambang yang kerap dikait-kaitkan dengan Petral.

Sementara Setya, hanya menjadi titik lontar, agar beritanya lebih menarik dan mendapat respon media yang besar. Mengapa? Karena kalau ada pelanggaran etik atau pidana yang dilakukan oleh Setya Novanto, Sudirman sangat memahami kalau persoalan itu bukan urusannya.

Dia menambahkan kasus Freeport merupakan kelanjutan dari pemecatan Ari Soemarno sebagai Dirut Pertamina oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), semasa menjadi Presiden. Ari Soemarno adalah kakak kandung Menteri BUMN Rini Soemarno, yang notabene neolib-kapitalis.

Bahwa dulu Ari Soemarno dan Reza itu satu geng, yang kemudian pecah kongsi. "Tapi, ada orang kuat lagi di belakang Rini dan Ari Soemarno itu,” ujarnya.

Karena itu kata Effendi, kasus Ari dan Rini dengan Reza itu sebagai pertarungan luar biasa dan lebih kejam dari G 30 S PKI. Kalau Setya Novanto, dia orangnya memang lugu, sederhana, dan ngantuk-ngantuk sehingga kalau berbicara panjang bisa lupa.

"Jadi, orang seperti Setya Novanto inilah yang dijadikan titik lontar oleh Rini Soemarno. Maka Presiden Jokowi harus bisa mengelola kasus ini, kalau tidak bisa senjata makan tuan," tandas Effendi. [rmol]


*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda