Banyaknya pengangguran terdidik yang merayapi negeri kita

Banyaknya pengangguran terdidik yang merayapi negeri kita

Masa kuliah 4-5 tahun dengan biaya puluhan juta dari orang tua.seperti terbuang sia-sia,


Harga diri seorang jobless akan termehek-mehek. misalnya saat lebaran dan ketemu sanak keluarga atau teman-temanya dan bertanya, "oh, sudah lulus ya, sekarang kerja dimana ?" "Masih pengangguran bude !" Betapa pedih dan galaunya rasa hati ini.

Tak ada yang lebih pedih daripada menjadi seorang pengagguran. Apalagi pengangguran terdidik. Masa kuliah 4 atau 5 tahun seperti terbuang sia-sia, juga biaya kuliah puluhan juta dari orang tua.

Di media massa, setiap hari memang selalu muncul iklan lowongan kerja yang menawarkan kesempatan berkarir bagi pencari kerja, terutama para sarjana. Sayangnya, dari berbagai persyaratan dan kualifikasi yang dibutuhkan, umumnya tidak banyak yang bisa dipenuhi para pencari kerja.

Data tenaga kerja yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) per Februari 2015 mengalami peningkatan.

Sarjana pencari kerja
Menurut Ir Antonius Tanan, Direktur Human Resources Development (HRD) Ciputra Group yang juga menangani Ciputra Entrepreneurship School (CES), “Indonesia terlalu banyak memiliki perguruan tinggi dan terlalu banyak menghasilkan sarjana, tetapi sayangnya tidak diimbangi dengan banyaknya lapangan kerja,” tandas Antonius.

“Akhirnya kita hanya banyak melahirkan pengangguran terdidik, tahun 2008 kita punya 1,1 juta penganggur yang merupakan lulusan perguruan tinggi,” ujarnya.

Kepala BPS Suryamin menuturkan, jumlah tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2015 sebesar 5,81 persen dari jumlah pengangguran 7,45 juta orang pada Februari 2014, yang saat itu mencapai 5,70 persen dari 7,15 juta orang pengangguran.



  • Kemiskinan mengakibatkan banyak saudara-saudara kita bekerja di negara-negara tetangga sebagai pembantu rumah tangga, buruh perkebunan, buruh bangunan dan buruh rendah lainnya, bahkan tak sedikit kaum wanita menjual dirinya demi uang.

  • Kemiskinan terkadang membuat orang kehilangan kehormatan. Berbeda dengan orang-orang yang mempunyai uang, mereka akan lebih percaya diri.

Bagi yang mampu secara ekonomi..
Di berbagai daerah, khususnya perkotaan, ditemui banyak pemuda yang memilih menganggur daripada melakukan pekerjaan yang dianggap tidak sesuai dengan tingkat pendidikan dan gaji yang diterima juga dinilai terlalu rendah.

Gejala itu terutama terlihat pada kalangan lulusan PT yang secara ekonomi mapan dan belum berkeluarga. Mereka biasanya lebih memilih sementara waktu menganggur karena keluarganya mampu mencukupi kebutuhannya.

Pertanyaanya sampai kapan mau bergantung dengan orang tua atau keluarga ? bagaimana solusinya ?

Bersambung...
*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda