Dibalik kunjungan wartawan Indonesia ke Israel atas prakarsa Nethanyahu

Dibalik kunjungan wartawan Indonesia ke Israel atas prakarsa Nethanyahu

Tujuan Nethayahu mengundang wartawan dari media mainstream Indonesia, agar bisa membantu memuluskan pembangunan jalur diplomatik Jakarta-Tel Aviv, melalui tulisan opininya.


Salah seorang di antara wartawan, Heri Triyanto, redaktur pelaksana harian Bisnis Indonesia, mengatakan bahwa lawatan mereka adalah bagian dari kerja jurnalistik, dan penting bagi para wartawan untuk melihat sendiri situasi di lapangan.

"Kunjungan ini memungkinkan saya melihat langsung (situasi di lapangan), tanpa kehilangan empati atas perjuangan rakyat di Palestina," kata Heri dalam wawancara dengan BBC Indonesia, hari Rabu (30/03).

Rombongan wartawan Indonesia, kata Heri, bertemu dengan para pejabat Israel, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dan mengunjungi beberapa tempat, di antaranya Masjid Al Aqsa di Jerusalem, kawasan Kota Tua, dan beberapa situs agama Yahudi dan Kristen.

Heri mengatakan dirinya juga bisa bertemu dengan warga biasa, yang hidup dalam situasi konflik dalam beberapa tahun terakhir. [bbc]

Sekretaris Jendral PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti menilai kunjungan para wartawan tersebut akan menimbulkan kontroversi di dalam negeri.

"Undangan Israel kepada media ini ingin mencari simpati bangsa Indonesia melalui pemberitaan dan kesan positif yang diberikan kepada wartawan di tanah air," katanya, Rabu (30/3).

Namun Mu'ti mengakui, sebagai jurnalis, wartawan bisa bertemu dengan siapa saja, karena wartawan dituntut tetap professional dan independen.

Akan tetapi, sebagai bagian dari bangsa Indonesia semestinya para jurnalis Indonesia, bisa memahami suasana psikologis dan politis bangsa dan Pemerintah. [rep]

Opini
Nethanyahu adalah pemimpin Israel garis keras, yang telah berulang kali melakukan pembantaian dan merampas tanah Palestina.

Keberangkatan kelima wartawan tersebut diatur dan dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah Israel, yang sedang membangun citra positif di depan masyarakat Indonesia.

Nethanyahu juga berkeinginanan membuka hubungan diplomatik dengah Indonesia. Setidaknya, selain membuka kantor perwakilan di Ramallah (Palestina), pemerintah RI juga membuka kantor setingkat di Tel Aviv.

Nethanyahu tampaknya berpikir, dengan mengundang wartawan dari media mainstream Indonesia, dan berbicara manis kepada mereka bisa membantu memuluskan pembangunan jalur diplomatik Jakarta-Tel Aviv.

Melalui media-media berpengaruh dalam pembangunan opini publik, Nethanyahu tentu berharap pandangan masyarakat Indonesia terhadap Israel bisa lebih bergeser ke arah positif.

Nethanyahu melihat ada dua celah yang bisa dimanfaatkan untuk membuat Indonesia menerima ajakan membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Indonesia sedang butuh banyak dana untuk mengatasi pelemahan ekonomi, dan Israel bisa membantu dengan mengajak para miliarder Yahudi di seluruh dunia untuk berinvestasi di Indonesia.

Para konglomerat yang mengendalikan detak jantung politik Indonesia tersebut juga menguasai media papan atas  TV, media cetak, dan online sehingga bisa dimanfaatkan untuk membentuk opini publik dalam rangka pembukaan hubungan diplomatik Indonesia-Israel.

Selain itu, para konglomerat yang menjadi tulang punggung kekuatan politik Jokowi, kebanyakan tak alergi pada pembukaan hubungan diplomatik Indonesia-Israel.

Bisa jadi, kegigihan Israel dan para pendukungnya di Indonesia untuk membuka hubungan diplomatik Jakarta-Tel Aviv malah membuat program deradikalisasi berantakan.

Kaum ekstrimis yang sudah tidur lelap pun bisa terbangun, dan terpancing untuk melakukan aksi berdarah secara terbuka.

Di luar konteks Indonesia
Nethanyahu juga ingin menggelamkan pendirian presiden otoritas Palestina Mahmud Abbas, yang tidak mau lagi berunding dengan dirinya. Abbas beralasan, Netahyahu selalu menggunakan isu perdamaian untuk mentupi penyitaan tanah-tanah bangsa Palestina.

Salah satu yang paling mencolok adalah pengabaian terhadap Peta Jalan Damai yang ditandatangani oleh Israel dan Palestina pada 2003.

Peta ini diprakarsai oleh kuarter AS, Rusia, PBB, dan Uni Eropa. Peta ini menyebutkan bahwa Israel harus menghentikan pembangunan pemukiman di Tepi Barat. Sudah lebih 70% tanah Palestina disita, terakhir tanah di bibir Laut Mati yang akan dijadikan obyek wisata oleh Israel.


  • Tujuan Nethayahu mengundang wartawan dari sejumlah media mainstream Indonesia, agar bisa membantu memuluskan pembangunan jalur diplomatik Jakarta-Tel Aviv, melalui tulisan opininya ?
*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda