Setelah dua pekan Dinas Kebersihan DKI Jakarta melakukan swakelola, ternyata pengelolaan sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Kota Bekasi, makin buruk.
Salah satu pemicunya adalah Dinas Kebersihan DKI tidak mampu mengatasi tersendatnya pasokan bahan bakar yang menyebabkan terganggunya operasional 21 unit alat berat di lokasi.
Imbasnya, antrean panjang truk pembawa sampah yang akan masuk TPST Bantar Gebang makin mengular setiap harinya. Kondisi ini tentu berefek domino terhadap waktu pengangkutan yang makin lama.
Demikian disampaikan Pengamat Kebijakan Publik dari Budgeting Metropolitan Watch (BMW), Amir Hamzah kepada TeropongSenayan, Jakarta, Senin (1/8/2016).
"Imbas lainnya makin banyak tumpukan sampah di pojok-pojok jalanan Jakarta, karena keterlambatan truk pengangkut sampah yang makin kacau," katanya.
Menurut Amir, tersendatnya pasokan bahan bakar akibat Dinas Kebersihan DKI dalam mengelola TPST Bantar Gebang yang belum siap, sehingga mereka membelinya secara eceran.
"Kalau masalah bahan bakar ini saja mereka tidak mampu atasi, sampah bisa menjadi masalah pelik bagi warga Jakarta," beber Amir.
Amir mengungkapkan, masalah lain yang muncul pasca swakelola adalah, operator yang belum terampil mengoperasikan alat berat.
Seperti kecelakaan yang terjadi Minggu (31/7/2016) sore kemarin, sebuah alat berat terguling akibat kecerobohan operator.
Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, namun dipastikan alat berat itu mengalami kerusakan parah.
"Dengan sisa 20 alat berat yang berfungsi, tentu pengolahan TPST makin memburuk. Ini menggambarkan bahwa infrastruktur baru dibawah kendali Dinas Kebersihan belum siap" terang Amir.
Padahal, saat masih dikelola PT Godang Tua Jaya (GTJ), tercatat ada 53 alat berat yang dioperasikan.
"Makanya, kalau Pemprov DKI ternyata masih amburadul begini, sebaiknya jangan belagu, merasa siap tetapi sebenarnya tidak mampu," pesan Amir. (icl)