Yusril Ihza Mahendra mengaku tak gentar akan isu yang beredar bahwa Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mendapat restu Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk Pilkada mendatang.
Bahkan, pakar hukum tata negara itu justru tampaknya belum sepenuhnya percaya atas klaim pria yang akrab disapa Ahok itu. “Soal klaim Ahok itu sepenuhnya saya serahkan benar tidaknya kepada beliau. Andaikata klaim itu benar, maka keputusan PDIP itu tetaplah saya hormati. Pilihan politik selalu tidak mudah. Setiap keputusan pasti ada risikonya. Tentu PDIP telah memikirkan keputusannya dengan sematang-matangnya,” kata Yusril dalam siaran persnya.
Yusril mengungkapkan, PDIP tentu leluasa untuk menentukan pilihan terbaiknya jika klaim itu tidak benar. PDIP, katanya, bisa memilih tokoh lain yang dianggap paling tepat untuk memimpin Jakarta.
Ketua Umum Partai Bulan Bintang itu pun yakin, sebagai partai besar, PDIP sudah kaya pengalaman. Saat ini, lanjut Yusril, Ahok memang cukup mahir bermanuver karena didukung banyak pihak.
Termasuk dari Presiden Joko Widodo. “Ahok memang lebih mudah bermanuver karena selain berposisi sebagai petahana dan didukung jaringan media mainstream, di belakang Ahok ada Jokowi yang kebetulan sedang menjabat Presiden RI. Dukungan Presiden kepada Ahok ini sudah menjadi rahasia umum, termasuk dalam hubungann”ya dengan proses pengambilan keputusan Pilgub DKI di internal PDIP,” tambahnya.
Lebih jauh, Yusril justru menyesalkan jika Presiden terang-terangan menunjukkan dukungan pada Ahok. Menurutnya, sebagai negarawan, Presiden harusnya berada di atas semua paham dan golongan.
Hal itu, katanya, sebagaimana yang pernah digagas Bung Karno. “Dalam pilkada, Presiden harusnya bersikap netral dan mengayomi semua kandidat yang akan maju ke pencalonan, bukannya malah bermanuver menunjukkan sikap pemihakan dan dukungan kepada Ahok sebagai salah satu kandidat,” tukasnya.
Mantan Menteri Kehakiman dan HAM itu juga mengaku tak khawatir dengan dukungan yang terus mengalir kepada Ahok, termasuk dari Presiden. Oleh karena itu, ia memastikan akan tetap ikut Pilkada DKI Jakarta sampai selesai.
“Saya dengan segala kemampuan terbatas yang saya miliki, akan mengikuti proses pencalonan Gubernur DKI ini sampai akhir, termasuk meyakinkan pimpinan partai politik yang masih terbuka untuk mengajukan calon yang dianggap pantas untuk diusung. Adapun hasil akhirnya, saya serahkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Apa pun keputusannya, saya anggap itulah yang terbaik buat saya,” tandas Yusril. (flo)
Sementara itu pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro,
Langkah maju mundur kerap dilakukan Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama dalam manuver politiknya diibaratkan sebagai tari poco-poco.
Menurut pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro hal itulah yang menunjukan inkonsistensi lelaki yang akrab disapa Ahok tersebut.
"Ahok melakukan poco-poco politik. Maju mundur maju mundur yang tak pasti," ujar Siti sebagaimana dikutip JawaPos.Com.
Profesor riset di LIPI itu memandang, mantan Bupati Belitung Timur itu kerap terburu-buru dalam menempuh langkah politik. Apalagi menjelang Pilkada DKI 2017 ini.
Lebih jauh Siti menilai langkah Ahok itu bisa menggiring menggerus kredibilitas calon incumbent pada pilkada DKI tersebut. Hal itu, katanya, akan membuat Ahok terlihat tak konsisten di mata publik.
"Komitmen dan konsistensi menjadi taruhan seorang pemimpin. Karena melalui inilah pemimpin akan dipercaya publik ataupun masyarakat Jakarta," tuturnya.(uya)