Cerita dari negeri para bedebah, kita mesti impor gula agar bisa minum teh

Cerita dari negeri para bedebah, kita mesti impor gula agar bisa minum teh

Padahal di PG Madiun dan Malang kelebihan gula sampai susah nerima panen tebu dari petani, bahkan uang tebu minimal baru diterima petani dua bulan karena menunggu terjual


Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) menyatakan bakal membatasi impor gula. Namun saat ini, impor gula belum bisa dihentikan.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, saat ini kebutuhan gula nasional adalah 4,5 juta ton per tahun. Sementara produksi nasional hanya sekitar 2,5 juta ton.

"Jadi bagaimana pun kita mesti impor 2 juta ton. Kalau tidak, anda tidak bisa minum teh. Jadi persoalannya bukan impor atau tidak impor saja. Persoalan pokoknya adalah bagaimana suplai dalam negeri lebih baik dari sebelumnya, dengan meningkatkan hasil tanaman dan rendemen," tutur JK usai mengunjungi pabrik gula Gempolkrep milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X di Mojokerto, Sabtu (6/12/2014). (DF)

Padahal sebelumnya...

Presiden terpilih Joko Widodo menyetujui penghentian impor gula jika hal itu merugikan petani tebu di Tanah Air.

Hal itu disampaikan Jokowi saat berdialog dengan petani tebu di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Selasa (7/10/2014).

"Kalau memang merugikan petani, dan gula di Indonesia cukup, gampang saja, kita setop impor gula," kata Jokowi pada acara "jagongan" (bincang santai) dengan ribuan petani di padepokan milik Ketua Aosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Arum Sabil di Desa Tanggul Kulon, Kecamatan Tanggul, Jember.

Sebelumnya, Ahmad, petani asal Blora, Jawa Tengah, meminta mantan Wali Kota Surakarta itu menghentikan kebijakan mendatangkan gula dari luar negeri karena hal tersebut telah membuat gula milik petani tidak laku. (bisnis)

Sedangkan...

Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), Ismed Hasan Putro berharap kepada pemerintahan ke depan agar melarang impor gula rafinasi yang dinilainya menghancurkan industri gula lokal.

"Kita minta pemerintah Jokowi untuk menghentikan impor gula rafinasi. Sekarang ini, gula berbasis tebu sudah berkurang. Gula rafinasi ini saat ini dikuasai kartel," kata Ismed di gedung RNI, Jakarta, Minggu (12/10/2014).

Gula rafinasi atau gula kristal putih merupakan gula mentah yang telah mengalami proses pemurnian. Kebijakan impor gula tersebut sejatinya diperuntukan untuk industri tapi ternyata terjual di pasar retail. Hal inilah yang membuat harga gula lokal tidak dapat bersaing dan merugikan para petani tebu.

"Sekitar 1 juta lebih gula petani tidak bisa keluar gudang karena tidak laku. 200 ribu ton gula RNI juga tidak bisa keluar gudang. Regulasi ini membuat petani tebu terbunuh," ujarnya. (tribune)
*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda