Cara mengatasi serangan jantung yang mendadak

Cara mengatasi serangan jantung yang mendadak

Serangan jantung biasanya disebabkan oleh penggumpalan darah atau penumpukan lemak, kolesterol, sehingga aliran darah ke jantung bisa rusak


Lebih dari satu juta orang indonesia mengalami serangan jantung setiap tahunnya, Sebuah serangan jantung atau yang biasa di kenal dalam istilah kedokteran infark miokard (MI), adalah kerusakan permanen pada otot jantung. “Myo” berarti otot, “cardial” mengacu pada jantung , dan “infark” berarti kematian jaringan karena kurangnya darah pasokan.

Serangan jantung, Adalah kondisi dimana pasokan darah menuju ke jantung terhambat. Ini adalah kondisi medis darurat yang biasanya disebabkan oleh penggumpalan darah atau penumpukan lemak, kolesterol, dan unsur lainnya. Gangguan aliran darah ke jantung ini bisa merusak atau menghancurkan otot jantung dan bisa berakibat fatal.

BEBERAPA GEJALA SERANGAN JANTUNG :

  • Rasa tidak nyaman dan nyeri di bagian dada, bagian tulang dada
  • Susah bernafas atau sesak nafas
  • Gangguan pencernaan ( mules, mual dan rasa ingin muntah )
  • Keluar keringat dingin, badan menjadi lemas dan merasa gelisah
  • Detak jantung sangat cepat dan tidak beraturan
  • Gejala diatas berlangsung kurang lebih selama 30 menit dan tidak hilang dengan hanya beristirahat.

BAGAIMANA CARA MENGATASI SERANGAN JANTUNG ?
Waktu terbaik dalam mengatasi orang yang terkena serangan jantung adalah dalam waktu 1 s/d 2 jam dari timbulnya gejala yang sebutkan diatas. Jika menunggu lebih lama, maka akan meningkatkan kerusakan hati dan akan beresiko besar untuk seseorang bertahan hidup.

Jika Anda atau keluarga ada yang memiliki gejala-gejala tersebut diatas, untuk pertolongan pertama, segera konsumsi aspirin dengan dosis normal 300 mg, tapi sebelumnya pastikan bahwa orang tersebut tidak alergi terhadap aspirin. Aspirin bisa membantu mengencerkan darah dan mengurangi risiko serangan jantung lebih lanjut. Segera bawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan tingkat lanjut.

Pengobatan yang diberikan rumah sakit kepada pasien yang mengalami serangan jantung adalah memberikan obat-obatan untuk melarutkan gumpalan darah (darah mengental ) dimana setelah itu akan di lakukan prosedur operasi untuk mengembalikan aliran darah menuju  jantung.

Komplikasi yang bisa terjadi akibat serangan jantung jika tidak di tangani dengan cepat


Gagal jantung.
Kondisi ini terjadi ketika jantung tidak bisa memompa darah ke tubuh secara efektif. Gagal jantung terjadi karena otot jantung telah rusak permanen akibat terjadi serangan jantung.

Syok kardiogenik.
Kondisi ketika otot jantung rusak parah dan tidak bisa lagi memasok darah ke tubuh dengan baik. Hal ini menyebabkan fungsi tubuh tidak berjalan dengan baik.

Jantung ruptur/retak. Kondisi ketika otot, dinding, atau katup jantung sudah retak.
Pasien penderita serangan jantung yang disertai komplikasi sering kali meninggal dunia sebelum mereka sampai di rumah sakit. (Sumber : alodokter.com)

Peluang Hidup penderita serangan jantung
Sekitar 33 persen orang yang mengalami serangan jantung akan meninggal. Kematian sering kali terjadi sebelum pasien mencapai rumah sakit, atau dalam satu bulan setelah pasien mengalami serangan jantung. Apabila pasien berhasil bertahan selama sebulan setelahnya, kemungkinan besar mereka dapat bertahan hidup.

Peluang hidup seseorang yang pernah mengalami serangan jantung bergantung pada beberapa faktor.

Pertama adalah faktor usia. Semakin tua kemungkinan terjadinya komplikasi akan bertambah besar.

Kedua, adalah seberapa parah kerusakan otot jantung yang terjadi akibat dari serangan jantung tersebut.

Ketiga, waktu yang dibutuhkan seseorang hingga dia mendapatkan pertolongan saat mengalami serangan jantung. Makin lama penanganan serangan jantung, maka peluang hidupnya akan makin berkurang.

Apa saja penyebab terjadinya Serangan Jantung
Penyebab utama terjadinya serangan jantung adalah penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner terjadi karena adanya penyumbatan pembuluh darah utama yang memasok darah ke jantung (pembuluh koroner) karena timbunan kolesterol berupa plak.

Darah yang menggumpal inilah yang dapat menghambat pasokan darah dan oksigen ke jantung melalui pembuluh koroner. Kondisi tersebut akhirnya menyebabkan terjadinya serangan jantung. 

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, antara lain:
  1. Merokok
  2. Diabetes
  3. Kolesterol tinggi
  4. Tekanan darah tinggi
  5. Kebiasaan mengonsumsi makanan berlemak
  6. Berat badan berlebih atau obesitas
Makin bertambah usia seseorang, kemungkinan menderita penyakit jantung koroner juga meningkat. Pria lebih cenderung terserang penyakit jantung koroner dibandingkan wanita.

Merokok. Karbonmonoksida dan nikotin pada rokok dapat meningkatkan tekanan pada jantung dengan membuat jantung bekerja lebih cepat. Rokok juga dapat menyebabkan terjadinya penggumpalan darah. Bahan kimia dalam rokok bisa merusak lapisan pembuluh koroner. 

Orang yang merokok berisiko lebih tinggi 24 persen untuk mengalami penyakit jantung.
Minuman keras. Mengonsumsi minuman keras secara berlebih bisa menyebabkan hipertensi dan kadar kolesterol bertambah. Akibatnya risiko terkena penyakit jantung koroner juga meningkat. 

Orang yang suka mengonsumsi minuman keras cenderung menjalani gaya hidup yang lebih buruk, misalnya merokok, makan makanan berlemak, dan kurang berolahraga.

Makanan. Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Selain itu, risiko menderita penyakit jantung koroner dan serangan jantung juga akan meningkat. Untuk menurunkan kadar kolesterol, Anda bisa mengubah pola makan dan mengonsumsi obat statin.

Diabetes. Pada diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2 yang tidak terkendali, kadar glukosa dalam darah yang tinggi merusak dinding pembuluh koroner. Penderita diabetes lebih rentan terkena penyakit jantung koroner.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi. Pembuluh koroner akan menjadi lemah jika hipertensi tidak ditangani.

Obesitas atau kelebihan berat badan. Kondisi ini tidak secara langsung meningkatkan risiko terkena penyakit jantung koroner atau serangan jantung. Tapi kondisi ini bisa menjadi pemicu munculnya faktor risiko lain. Orang dengan berat badan lebih cenderung mengalami hipertensi, makan makanan berlemak, dan berisiko terkena diabetes.

Olahraga. Kurang berolahraga bisa berakibat pada obesitas dan hipertensi.
Riwayat kesehatan keluarga. Jika terdapat anggota keluarga dekat, terutama orang tua dan saudara kandung yang memiliki riwayat penyakit jantung, risiko Anda mengalaminya akan dua kali lipat lebih tinggi.

Polusi udara. Berdasarkan penelitian, pajanan terhadap polusi udara terutama asap kendaraan, bisa meningkatkan risiko terkena penyakit jantung koroner.

Memiliki masalah dengan penyakit autoimun. Penyakit seperti artritis, lupus, dan penyakit autoimun lain bisa meningkatkan risiko mengalami serangan jantung.

Riwayat Darah tinggi saat hamil. Wanita yang mengalami preeklamsia atau tekanan darah tinggi saat hamil lebih berisiko mengalami serangan jantung.

Dari berbagai sumber internet !
*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda